Kupandangi restoran mewah yang berada di depanku. Restoran yang terdiri 3 lantai, dan tiap lantai mempunyai ruangan khusus masing-masing.
Lantai 1, ada dapur dan tempat makan lengkap dengan meja makan, bernuansa anak muda.
Lantai 2, khusus untuk family room, ruangan dengan nuansa santai penuh kekeluargaan.
Lantai 3, ruangan dengan tampilan eksklusif dalam tatanan interior mewah, ditujukan untuk kalangan professional yang hendak menjamu rekan bisnisnya atau bahkan menyelenggarakan kegiatan meeting internal perusahaan yang ruangannya bisa mencapai kapasitas 50 orang lebih.
Meskipun sudah beberapa kali datang kemari, tapi tetap aja responsku tak pernah berubah. Takjub dan wow ... amazing. Nggak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Aku masih ingat pertama kali datang kemari, sungguh memalukan. Memakai sandal jepit dan kaus oblong dengan tatanan rambut yg awut-awutan persis seperti orang yang baru kabur dari rumah sakit jiwa.
Tentu saja waktu itu aku nggak diperbolehkan masuk dengan mudah, karena salah satu syarat memasuki restoran ini adalah dilarang memakai sandal jepit.
Tanpa larangan itu pun, sebenarnya mereka pasti akan tahu diri jika akan memasuki restoran yang begitu elit dan besar ini.
Kalau bukan karena emosiku yang meluap-luap terhadap Tomi waktu itu, aku tak akan sudi mempermalukan diriku sendiri. Berteriak-teriak kalap memanggil Tomi, menjadi tontonan banyak orang, sampai 2 satpam keluar untuk menghentikanku. Aku hanya bisa menendang-nendang udara dan berbagai umpatan keluar dari mulutku saat aku ditarik paksa oleh 2 satpam yang berotot gempal.
Kalau saja waktu itu Tomi tidak keluar dan menghentikannya, mungkin aku sudah dilempar secara tidak hormat seperti bungkusan nasi busuk yang nggak ada gunanya.
Ah, lupakan! Toh, semua itu hanya masa lalu.
Dua pelayan mengenakan seragam hitam putih berdiri di kedua sisi pintu, tersenyum merekah menyambut kami berdua.
"Selamat datang Dara, selamat datang Frel. Kalian berdua sudah ditunggu tuan muda di lantai 3 ruangan tengah," ucap salah satu pelayan, sambil membukakan pintu untuk kami. Kami mengangguk dan tersenyum membalasnya.
Semua karyawan di sini sudah mengenal kami, jadi tidak perlu ada embel-embel panggilan nona yang perlu mereka sebutkan setiap kali ada remaja sepertiku datang kemari. Kecuali Tomi, yang selalu wajib, minta dipanggil tuan muda, terutama di depan para ceweknya. Dasar tukang pamer!
Begitu pintu terbuka lebar, kami langsung disambut riuh suara bising para pelanggan. Malam ini cukup ramai, hampir semua meja penuh diisi pelanggan. Beberapa pelayan hilir mudik, sibuk dengan urusan masing-masing.
Aku tak pernah bosan melihat tiap pemandangan yang disuguhkan di setiap ruangan dalam restoran ini. Seperti sekarang, suasananya keren, begitu santai tapi juga nyaman. Desain interiornya sangat elegan dan modern. Pemilihan warna dan tata ruangnya begitu sedap dipandang mata. Menghadirkan sentuhan warna kayu dengan kombinasi warna hitam, putih dan juga merah. Jangan lupakan wallpaper yang begitu menyita perhatian menghiasi beberapa sisi dinding dan sebagian langit-langitnya. Kata Tomi itu namanya pola London Art Wallpaper. Memberikan kesan berbeda.
Uniknya di sini, lampu yang diletakkan dalam kurungan besi hitam dibiarkan menggantung pada kabelnya dengan penyangga langit-langit ruangan, tepat di atas tiap meja. Ditambah lagi, ada jendela kaca tembus pandang dengan ukuran besar dan aneka tanaman hijau di sudut ruangan yang begitu menyejukkan mata. Terlihat lebih cantik dan segar. Membuat para pengunjung makin betah sekaligus nyaman.
Aku dan Dara semakin berjalan ke dalam menuju lantai 2, melewati dapur. Ada beberapa yang langsung menyapa kami dan melambaikan tangannya ke arah kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
FREL. (TAMAT) ✔
Подростковая литератураHUMOR ROMANTIS 🏆#1 dalam NOVEL REMAJA (11.6.2019-29.8.2019) Terkadang atas nama cinta, seseorang bisa melakukan segala hal di luar logika. Tetapi apakah cinta sebuta itu? Apakah cinta bisa mengubah seseorang menjadi sejahat itu? Saat salah satu ras...