Seven

406 25 1
                                    

Ayu pov

Apa yang diinginkan om-om galak ini. Dia menyuruhku untuk ikut bersamanya nanti. Oh tidak apa dia penjahat kelamin? Tuhan tolong hambamu yang cantik ini.

Entah apa yang membuatnya memberikan hukuman semacam itu. Dan kenapa ia begitu kejam padaku, bukankah aku hanya memutar mata saja. Masalah sepele bukan.

Aku keluar dari ruangannya dan menuju tempat dimana aku melaksanakan tugasku sebagai sekertaris.

Aku begitu heran padanya, bukankah seluruh teman-temanku yang mengapdi di kantor ini mendapatkan pekerjaan yang seharusnya, lalu kenapa aku tidak.

Ini semua gara-gara om-om galak itu. Menyebalkan.

Jam istirahat sebentar lagi akan mulai. Tapi lihatlah pekerjaanku, its so difficult work . Aku gusar! Bagaimana tidak, cacing-cacing diperutku telah kelaparan sejak tadi. Bertahanlah cing, bentar lagi kok!

Saat yang ku tunggu-tunggu akhirnya datang, mungkin bukan hanya aku yang menunggu saat ini, namun seluruh karyaan yang ada di tempat ini.

Aku merapikan dokumen-dokumen yang berserakan di atas meja. Dokumen-dokumen yang ku rapikan ku sisihkan sebagaian yang belum selesai aku kerjakaan, sayangnya dokumen yang ku sisihkan lebih banyak. Itu artinya lebih banyak yang belum selesai bahkan belum ku sentuh.

Aku beranjak dan berniat pergi ke kantin karena memang perut ku tak dapat di ajak kompromi lebih lama lagi.

"Kau mau kemana gadis tengil, cepat masuk ke dalam ruanganku. Ada jadwal yang harus kau beri tau padaku". Pria sialan, belum genap 8 langkah kaki ku melangkah ia telah memerintahku untuk masuk ke dalam ruangannya.

Tak sadarkah ia aku juga manusia butuh makan siang. Dengan malas aku memutar badanku dan berjalan menghampirinya di dalam ruangannya.

Aku menghentak-hetakkan kaki ku melangkah ke arahnya. Entah ekpresi apa yang di tunjukkan pada ku ketika melihat tingkahku. Aku tidak perduli.

"Kau ingin gedung kantorku roboh, gadis tengil" ujarnya. Aku mengedengus sebal, mengapa ia tak peka. Ini adalah kode bahwa aku kesal dibuatnya.

"Tuan, apa kau tak tau jam berapa ini?". Pandanganku masih lurus padanya.

"Aku lapar, aku ingin makan siang. Pang--". "Kau banyak bicara, duduk saja dulu" potongnya sambil menunjuk sebuah sofa yang ada di ruangannya.

Aku menurut karena aku tak mau berdebat panjang lebar lagi dengannya.

***
Autor pov

Tidak ada percakapan sama sekali antara Nathan dan Ayu kedua nya sama-sama bungkam.

Ayu bosan dengan keadaan seperti ini, ditambah dengan menahan lapar yang sejak tadi ia tahan. Ia tak kuasa lagi menahan lapar, sehingga ia memutuskan akan pergi dari ruangan sialan ini.

Disisi lain Nathan tengah gelisah pasalnya pesanan yang sedari tadi tak kunjung tiba. Ia khawatir akan satu hal.

Ayu baru saja berdiri dan berniat meninggalkan ruangan Nathan, ia mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu bermaksud meminta izin untuk masuk ke dalam ruangan Nathan.

Ayu mengurungkan niatnya untuk pergi dan memilih untuk duduk kembali.

"Masuk" ucap Nathan santai.

Tak berselang lama masuk seseorang membawa kantong kresek besar yang bagian depan kresek tersebut  bertuliskan merk.

Ayu mengeryitkan keningnya melihat merk yang tertera di kantong kresek yang dibawa orang yang baru saja masuk ke dalam ruangan bosnya selama dua minggu kedepan. Jika tidak salah merk itu seperti merk rumah makan / sejenisnya. Menambah rasa laparku saja batinnya.

My Little Lady [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang