"We sure make it feel like we're together cause we're scared to see each other with somebody else."
-Matthew Espinosa-**
Nash merenggangkan tangannya untuk yang kesekian kalinya. Telapak tangannya kini berubah menjadi merah karena terus menggenggam pulpen yang ia gunakan untuk merangkum.
Nenek Nash datang dengan membawakan cemilan dan teh hangat untuk cucunya itu.
"Istirahatlah dulu Nash, jangan terlalu dipaksa. Nanti kamu lanjut lagi kan juga masih bisa," kata Nenek seraya duduk di sebelah Nash.
"Kurang sedikit Nek. Nanggung ini," jawab Nash.
"Nenek punya firasat yang tidak baik pada keluargamu." Nash yang mendengar seketika berhenti dengan aktifitasnya menulis. Dirinya menatap neneknya itu dengan tatapan bertanya tanya.
"Apa maksut nenek?" Tanya Nash.
"Sudahlah, mungkin hanya perasaan Nenek. Cepat selesaikan, temanmu pasti sudah bosan menunggu," kata wanita yang sudah lanjut usia itu seraya pergi meninggalkan Nash.
Nash masih terdiam di tempatnya seraya memikirkan kata - kata Neneknya. Namun, cepat - cepat ia tepis pikiran negatifnya dan melanjutkan lagi merangkumnya.
**
Pintu balkon di kamar Ale terbuka, mempersilahkan angin malam yang berhembus masuk ke dalam kamar. Suara 3 laki - laki yang bergema membuat kamar perempuan itu terasa hidup.
"Kak Nash curang ah, harusnya itu dioper. Bukan ditendang sendiri, kalau gitu main aja sendiri," kata Hayes yang sebal.
"Lah biarin, ntar kalau Nash oper bolanya kerebut lawan," jawab Nash yang tak mau kalah.
"Udah oper ae Nash, cepet woy," kata Matt yang ikut ikutan.
Akhirnya Nash pun mengoper bolanya dan segera diterima Hayes. Hayes segera menendang bola itu.
"GOL!!!" teriakan 3 laki - laki itu berhasil membuat kamar itu seakan stadiun sepak bola.
Sang empunya kamarpun hanya tersenyum melihat tingkah 3 laki - laki di hadapannya.
"Eh Nash, gue ajak Ale keluar jalan - jalan nggak apa apakan?" Tanya Matt tiba - tiba yang membuat Nash seketika menatap kakaknya.
Nash tidak yakin, tiba - tiba dia teringat dengan ucapan Neneknya. Nash ragu bercampur takut apa yang dimaksud Neneknya itu adalah Kakaknya. Namun, lagi lagi Nash menepis semuanya.
"Gue sih boleh ae, tinggal Kak Ale aja gimana?" Kata Nash. Ale menatap Matt yang seakan dari mata Matt memohon agar mau menerima tawarannya.
Ale mengangguk mantap yang membuat Matt berhasil mengembangkan senyum sumringahnya.
Sesaat sebelum Ale dan Matt pergi, Nash mendapat pesan dari Johnson.
On line
Kembaran Ipin : Dia udah balik kesini lagi.
Nanash : Siapa?
Kembaran Ipin : Yang selama ini kakak lo cari.
[Read]
Tiba - tiba wajah Nash berubah menjadi tegang. Matt dan Ale yang melihat membuat mereka bertanya tanya, Ada apa dengan Nash?
"Nash, lo nggak apa apakan?" Tanya Matt seraya tangannya ia lambaikan di depan muka Nash.
"Ha eh gue nggak apa apa hehe, yaudah sana hati - hati ya," kata Nash seraya mengantarkan kakaknya dan Matt ke depan pintu gerbang.
**
Kini Matt dan Ale sedang berjalan menyusuri pinggiran kota di malam hari. Matt memperhatikan diri gadis di sampingnya itu.
Sesekali ia tersenyum kecil, hampir separuh waktunya hari ini ia habiskan dengan gadis yang ia juluki gadis pendiam itu.
Namun sangat disayangkan, Matt belum mengetahui yang sesungguhnya tentang gadis ini. Pikiran Matt masih berputar putar dengan berbagai pertanyaan, ada apa dengan diri gadis ini? Sampai akhirnya dia berhenti berpikir dengan 1 pertanyaan yang ada di benaknya.
Apa gadis ini bisu? batin Matt yang seketika berhenti berjalan dan membuat Ale memandangnya dengan tatapan seakan bertanya 'ada apa?'
Matt tersenyum dan kembali berjalan, dirinya mengesampingkan pikiran tentang Ale yang bisu itu. Matt menggenggam tangan Ale erat yang membuat Ale menatap tangannya yang saling bertautan dengan Matt.
Ale kembali teringat kejadian 2 tahun yang lalu, saat seorang yang dia sayangi juga memperlakukannya seperti itu. Genggaman tangan yang sama seperti genggaman orang yang Ale sayang sehari sebelum kejadian itu datang.
"Lo lapar nggak?" Tanya Matt yang membuat Ale sadar dari pikirannya. Ale hanya menggeleng.
"Haus?" Tanya Matt lagi yang dijawab Ale dengan anggukan.
"Yaudah, kalau gitu kita cari tempat yang enak terus nanti gue beliin minum," kata Matt.
Saat Matt dan Ale sedang berjalan, pandangan Ale terjatuh pada laki - laki dan perempuan yang sedang keluar dari sebuah toko. Ale menyipitkan matanya, laki - laki itu mirip sekali dengan orang yang selama ini Ale cari dan Ale tunggu kepulangannya.
Apa dia sudah kembali? batin Ale.
"Lo liatin siapa sih? Serius amat," kata Matt seraya mengikuti arah pandang Ale.
Ale hanya menggelengkan kepalanya dan mencari laki - laki itu yang telah hilang keberadaannya.
Mungkin cuman bayangan batin Ale menepis pikirannya.
"Yaudah duduk situ yuk," kata Matt seraya menunjuk kursi yang berada di pinggir danau.
Ale dan Matt duduk seraya memandang luas danau itu. Matt membawa 2 cup coklat panas untuk dirinya dan Ale. Ya, udara malam itu begitu dingin setelah hujan membasahi kota itu.
"Boleh nggak kita foto?" Tanya Matt tiba - tiba yang berhasil membuat Ale menatap Matt bingung.
"Iya, foto berdua gitu. Boleh nggak?" Tanya Matt. Ale mengangguk, lalu Matt mengeluarkan ponselnya dan segera berfoto.
**
Gimana part ini?
Makin absurd banget cerita ini huwe.Berikan kritik dan saran ya buat part ini. Maaf kalau ada typo dan lain sebagainya, masih tahap belajar.
Doain wee besok selasa ku Ujian Nasional :" deg - degan ih. Jan jan ini yang namanya cinta? (Gaje bet) semoga ae nilai ku bagus Aminnn...
Biar bisa masuk sekolah yang ku cita citakan. #Authorcurhat
Jangan lupa vomment ya!!♥
30 April 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent (Matthew Espinosa)
RandomAlessia Gussel seorang gadis 19 tahun yang harus hidup dalam diam selama hidupnya, banyak yang menjauhinya karena malu berteman dengan seorang yang tak mampu bicara. Namun, seorang Matthew Espinosa, primadona baru di sekolah Ale justru penasaran ter...