1.2

86 18 22
                                    

"Susah ya, mencintai seseorang yang di sukai sama banyak orang."

**

Nash dan Hayes segera pulang. Setelah sampai rumah Neneknya, dirinya melihat ada beberapa motor dan mobil yang terparkir di halam rumah Neneknya itu. Nash memandang Hayes seakan bertanya 'ada apa?' Hayes hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban atas ketidaktahuan dirinya.

Nash dan Hayes masuk, dirinya melihat sudah ada beberapa teman - temannya yang duduk mengelilingi Neneknya yang menangis itu. Nash mengedarkan pandangannya untuk mencari dimana keberadaan Ale. Tak ditemukan. 

"Dimana Kak Ale?" tanya Nash yang wajahnya sedikit mencemaskan.

"Dia di kamarnya, tadi Ale pingsan," jawab Lox seraya masih mengelus pinggang wanita yang sudah lanjut umurnya itu.

Nash yang mendengarkan jawaban Lox langsung berlari menuju kamar Ale. Dirinya terhenti tepat di depan pintu kamar Ale yang terbuka saat dirinya melihat Matthew sedang duduk seraya mengelus punggung tangan Ale.

Seakan tau kehadiran Nash disitu, Matthew segera berdiri dan bergeser dari tempatnya semula. Nash mendekat dan air matanya kembali mengalir. Matthew terkejut melihat Nash menitihkan air mata. Ya, dirinya baru tau seorang Nash yang dirinya anggap kuat hatinya dan tidak pedulian itu hari ini, detik ini menangis.

Matthew hanya bisa menepuk pundak Nash sebagai tanda untuk tegar dan kuat menghadapi peristiwa yang terjadi sekarang. Berita kecelakaan pesawat orang tua Nash sudah diberitakan oleh beberapa televisi.

"Gue keluar dulu, tolong jagain Kakak gue." Nash berlalu pergi setelah melihat keadaan Kakaknya yang tengah pingsan. Matthew mengangguk sebagai jawaban, segera dirinya kembali duduk dan kembali menatap gadis yang tengah tertutup matanya itu.

Nash duduk di sebelah Neneknya dan memeluk Neneknya. Sedangkan Hayes terus mengerang tak jelas dan sesekali mengusap wajahnya kasar. Tak henti - hentinya Cam, Carter dan Johnson menenangkan anak ini untuk tidak terlalu menyalahkan dirinya sendiri.

"Thank you ya udah mau datang ke rumah Nenek gue, gue yakin kalian pasti ngantuk ini juga udah malam. Nggak apa - apa kalau kalian semua pulang," kata Nash yang membuat anak - anak disitu menatap ke arahnya.

"Nggak, kita nggak bakalan pulang," ucap Gilinsky.

"Ya, kita nggak mungkin pulang dan biarin lo, Hayes, Ale sama Nenek lo dengan keadaan seperti ini," celetuk Matt yang baru saja datang bersama Ale yang sudah siuman.

"Bener tuh, kalau perlu kita tidur disini buat nungguin kabar dari orang tua lo juga nggak masalah," kata Cameron.

"Yes, we'll not leave you because we are family. Until whenever we are family," ucap Lox seraya memeluk Nenek.

"Thank you." satu kata yang mampu Nash ucapkan melihat keadaan saat itu.

**

Pagi datang menggantikan sang malam yang telah usai melaksanakan kewajibannya. Suara ponsel Nash yang nyaring berbunyi dan membuat seisi ruang tamu itu mengeluh berisik. Ya, siapa yang tak mengeluh berisik jika pukul 5 pagi disaat sedang enak - enaknya tetidur harus terganggu dengan suara berisik.

'....meletus balon hijau DOR...'  begitulah suara ponsel Nash yang berhasil mengundang hujatan beberapa anak - anak yang sedang menikmati tidur tanpa dibangunkan oleh ibunya masing - masing seperti hari - hari biasanya.

"Woy matiin itu alarm njir, nggak tau orang lagi tidur apa?" oceh Aaron seraya mencari posisi tidur yang enak.

"Siapa yang naruh alarm disini sih?" celetuk Nash yang masih menutup matanya dan memeluk stik PS milik Hayes. 

Setelah beberapa saat panggilan masuk di ponsel Nash tak kunjung dijawab sampai akhirnya berhenti juga nada dering ponsel Nash itu. Keadaan sunyi kembali setelah tak ada suara aneh yang mengganggu lagi.

1 menit

3 menit 

Hingga tepat 5 menit ponsel Nash kembali berbunyi dan berhasil membuat Matt, Aaron, Cam, Carter, Johnson, Gilinsky, Hayes hingga pemilik ponsel itu terbangun dan tak luput dari sumpah serapah untuk ponsel Nash.

"Anjing matiin woy itu alarm, kuping gue sakit ini ege," ucap Cam yang masih dengan menutup matanya.

"Itu telpon bukan alarm bego," kata Johnson seraya memukul kepala Cam dengan bantal kursi itu.

"BURUAN ANGKAT SEBELUM TELINGA GUE JADI DUA," kata Aaron seraya menutup telinganya dengan telapak tangannya.

Nash pun akhirnya mengangkat teleponnya sebelum ponselnya hancur lebur akibat ulah teman - temannya yang sudah siap untuk menghabisi ponselnya. Nash yang setelah mengakhiri panggilannya dengan orang di seberang sana langsung berlari ke kamar mandi.

"Itu orang kenapa?" tanya Carter seraya memandang kepanikan Nash.

"Tau, kayak orang habis kesurupan," jawab Gilinsky seadanya. Tak lama kemudian Nash yang sudah masuk kamar mandi keluar lagi.

"WOY GUE DAPAT DARI RUMAH SAKIT TENTANG ORANG TUA GUE!!" kata Nash yang terlihat senang sekali. Lalu dirinya masuk ke kamar mandi lagi.

Anak - anak disitu masih mencerna kalimat Nash baru saja hingga akhirnya mereka paham dan segera bersiap diri untuk ikut Nash ke rumah sakit. Matt berjalan ke arah kamar Ale untuk memberitahu kepada Ale. 

Hanya butuh sekali ketukan pintu kamar Ale terbuka dan melihatkan 2 orang perempuan yang sepertinya baru saja bangun dari tidurnya. Matt memberitahu Ale dan Lox dan mereka segera bersiap.

Akhirnya Nash berangkat dengan bersama Aaron, Cam, Hayes dan Carter. Gilinsky, Johnson dan Matt? Mereka di rumah menjaga orang yang ada di rumah. Ya, mereka juga begitu karena suruhan Nash.

**

Gimana part ini? Gue ga tega sebetulnya nulis 3 part ini (part 1.1 - 1.3) tapi ini sudah jalan ceritanya hehe. Maapkan authornya yaa.

Jangan lupa berikan kritik dan saran, makasih ya yang masih stay dan tetap mau baca cerita ini. 

Jangan lupa tinggalkan vomment ya gaes!!

Dan yang kemarin bilang kalau nggak masuk notifnya, aku gatau kenapa:(( tapi aku biasanya komentarin balik komentar kalian setelah cerita udah aku upd dan mungkin bisa jadi tanda kalau ini udah update. 

Makasih

-Istri Matt yang belum disah-in-

Silent (Matthew Espinosa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang