1.4

102 17 64
                                    

"Sometimes we just have to deal with the fact that life doesn't always go our way."

**

Berdiri memandang peristirahatan terakhir sang Mama yang masih basah. Memberikan penghormatan terakhir atas semua yang perempuan itu lakukan. Mereka sudah rela jika harus berpisah selamanya dan berharap agar dipersatukan lagi nantinya.

Nash mengedarkan pandangannya dan melihat sosok perempuan yang sedang melihat ke arah mereka, perempuan itu tersenyum manis dan tenang seakan dirinya sudah bisa pergi dengan tenang. Nash pun ikut tersenyum, dirinya lega bisa bertemu Ibunya sebentar untuk terakhir kalinya walau dalam bentuk bayangan.

"Hei Nash, lo nggak apa - apakan?" tanya Gilinsky seraya menyenggol bahu Nash.

"Iya, gue nggak apa - apa," jawabnya.

"Lo senyum - senyum kenapa?" tanya Aaron seraya mengedarkan pandangannya namun tak menemukan apa pun yang menarik.

"Ah nggak, gue cuman senyum lega aja. Gue udah bisa relain Mama gue tenang," jawab Nash.

"Itu sudah memang harus Nash. Kita tidak mungkin akan terus menyesalinya," ucap Nenek seraya menepuk pundak Nash.

"Ya sudah, ayo kita pulang. Sebentar lagi akan turun hujan, kalian mau kehujanan disini?" kata Papa membuka suara. 

Ale segera mendorong kursi roda Papanya untuk pergi dan mengikuti anak - anak yang lain. Tak disangka saat Nash sedang berjalan ke arah mobilnya dirinya melihat Shawn.

"Dia ada disini."

"Siapa?" tanya Aaron

"Shawn," ucap Nash yang sangat pelan.

Segera Johnson, Aaron dan Gilinsky mengedarkan pandangannya untuk mencari dimana Shawn berada. Tak menemukan apa - apa. Matthew bingung melihat tingkah ketiga temannya itu yang melihat ke semua arah tempat pemakaman itu.

"Pada ngeliatin apaan sih?" tanya Matthew seraya ikut memandang ke arah manapun.

"Nggak, nggak ada apa - apa." Nash menjawab singkat berusaha untuk membuat Ale tak bertanya dan curiga.

Shawn batin Matthew saat melihat laki - laki berpakaian serba hitam itu sedang berdiri di belakang sebuah pohon.

"Eh gue balik duluan ya, soalnya ada urusan gue. Lupa tadi," kata Matthew yang menutupi alasan sebenarnya.

"Yah cakep - cakep pikun," kata Cam seraya memanyunkan bibirnya.

"Ih jijik Cam, amit - amit jabang bayik. Nanti anak gue kalau laki jan kayak lo dah. Cakepnya aja nggak apa - apa yang penting bukan kelakuannya," kata Aaron seraya mengelus - elus perutnya.

"Lo laki bego, ngapain lo elus - elus perut gitu," protes Gilinsky.

"Biar nggak nurun ntar ke anak gue," jawab Aaron enteng.

"Udah ya para calon bapak - bapak, arisannya dilanjut besok di sekolah. Sekarang pulang dulu, keburu hujan terus pada sakit semua kalau kehujanan," ucap Hayes yang sudah tidak sabar seraya menggandeng tangan Neneknya itu.

Mereka semua pulang sedangkan Matthew dirinya menemui Shawn teman lamanya itu. Berharap dirinya bisa berbincang - bincang dengan Shawn.

"Apa kabar lo?" tanya Matthew saat Shawn akan masuk ke dalam mobilnya.

Silent (Matthew Espinosa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang