PART 4

3K 52 0
                                    

"Lit..Litha..Lithaya, bangun putri tidur! Aku sudah datang nih."

Samar, aku mendengar suara laki-laki dan sebuah tangan yang membelai pipiku lembut. Aku yang belum mampu membuka mata, hanya bergumam menanggapinya. Namun orang itu masih mengusikku hingga aku berteriak kesal.

"Please, Yud! Aku masih capek. Lakukanlah pada jalangmu sana! Jangan siksa aku lagi! Aku tidak sanggup jika harus melayanimu lagi."

Aku memaksa untuk membuka mata dan menyentak tangan yang masih setia membelai pipiku. Namun saat aku sudah dapat melihat orang di depanku dengan jelas-ia lah Erick-adik sepupu Yudha.

"Kak Erick!!!" Pekikku senang dan langsung menghambur ke pelukannya. Bahkan ia hampir terjungkal kebelakang karena aksiku tadi. Ah bodo amat, yang penting penyelamatku sudah tiba.

Erick ini adalah kakak kelasku saat kami SMA, kami hanya berbeda satu tahun. Aku sudah mengenalnya sangat lama, bahkan bertahun-tahun yang lalu saat aku belum mengenal Yudha. Kami menjadi dekat karena ekskul 'Sketsa' yang kami ikuti bersama saat SMA. Selain kami satu pemikiran dalam beberapa ide, ia juga pria yang asyik dan mampu diandalkan dalam berbagi rahasia bahkan beban hidup sekaligus. Bahkan dari kemalanganku yang harus menikah dengan Yudha, setidaknya ada satu hikmah yang bisa kuambil, aku dan Erick menjadi saudara sepupu.

Namun satu hal yang baru kuingat, aku masih polos tadi-tidak mengenakan apapun juga untuk menutupi tubuhku, hanya ada selimut yang membalutku. Detik itu juga aku langsung melepaskan pelukanku pada Erick, beringsut menjauh serta mengetatkan peganganku pada bed cover yang tengah melilit tubuhku ini.

"Hmm.. Kak, bisa tolong keluar sebentar? Aku mau rapih-rapih dulu." Kataku sambil menatap takut-takut padanya. Tapi entah kenapa dia malah terkekeh mendengar cicitanku.

"Rapih-rapih? Pakai baju kali maksud kamu ya, Lit?" Ledeknya kemudian.

Mukaku langsung memerah mendengarnya, aku juga menunduk dan tak punya kekuatan lagi untuk mengangkat kepalaku dan menatapnya. Ahh... sudah tidak punya muka lagi aku di depannya. Pasti ia juga sudah melihat kondisi kacauku atau bahkan ia juga sudah melihat beberapa sisi tubuhku yang polos saat tertidur tadi. SHIT!

Aku langsung membenamkan kepalaku ke bawah bed cover dan meringkuk disana seperti bayi. Aku malu sekaligus menahan tangisanku agar tidak keluar lagi. Semua ini gara-gara Yudha sialan!

Namun saat tanganku tak sengaja menyentuh lenganku, aku langsung mengetahui bahwa tubuh sudah terbalut dengan pakaian. Dan saat aku angkat selimut pun, aku bisa melihat bahwa aku sudah memakai celana selututku yang tadi kukenakan. Ah sial, aku di tipu oleh Erick! Aku langsung keluar dari persembunyianku dan memukuli lengan Erick yang masih tertawa dengan sangat puas.

"Ihhh.. kak Erick bohongin aku ya? Aku pake baju kok, nih buktinya!" Aku membuka selimut hingga menunjukkan pakaian yang ku kenakan.

"Iya, sekarang sih udah pake baju. Tadi mah pas aku dateng pertama kali, beuh bikin nafsu aja kamu nih, Lit." Aku hanya meringis malu menanggapinya.

"Pas aku dateng, aku nyari Yudha dulu. Kata bu Darmi, Yudha lagi keluar. Terus aku nyari kamu, dikasih taunya di kamar, yaudah aku susulin langsung. Eh kamu nya lagi tepar habis di gempur Yudha kayak gini. Karena takut aku gak bisa nahan, aku minta tolong bu Darmi untuk pakein kamu baju dulu, ehh.. sampe aku masuk lagi kamu belum bangun juga. Berapa ronde tadi sama Yudha?" Ledeknya sambil terkekeh.

Tapi bukannya tertawa, aku malah terisak karena teringat perlakuan kasar Yudha padaku tadi.

Karena Erick sudah sangat mengenalku, ia tidak sedikit pun memberondongku dengan pertanyaan kenapa aku menangis, ia langsung menarik dan memelukku sambil berusaha menenangkanku.

I'M SORRY, DARLING!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang