PART 6

3.1K 45 0
                                    

"Ma, Litha dateng nih!" Pekikku riang sambil menghambur ke pelukan ibu mertuaku. Aku sangat menyayanginya dan sudah menganggapnya sebagai ibu kandungku sendiri. Itulah yang menyebabkanku selalu tak mampu menolak permintaannya, bahkan mengutarakan keinginanku untuk bercerai dari putra tunggalnya itu pun tak mampu kulakukan.

"Hai sayang, Mama kangen deh sama kamu." Katanya sambil mencium pipi kiri dan kananku. "Emang ya si Yudha itu, kurang ajar banget sama orangtua! Kalian kecelakaan sampai kamu dirawat pun Mama gak dikasih tahu. Itu pun baru semalam dia kasih tahu, lewat telpon juga, benar-benar itu anak!"

Mama masih mengomel, bertepatan dengan masuknya Yudha ke ruang rawat inap Mama. Ia meletakkan tas yang berisi perlengkapan Mama di sofa.

"Nah ini nih biang masalahnya, baru muncul sekarang!" Aku terkekeh saja melihat Mama yang seakan jengkel sekali dengan Yudha.

Yudha hanya tersenyum menanggapinya, ia berjalan ke arah Mama dan menyapanya.

"Pagi Mamaku yang cantik. Duh aura bahagianya makin terpancar aja nih!" Kekehnya kemudian sambil mencium punggung tangan Mama dan mengecup pipinya.

"Ya kan Yang?" Tanyanya padaku untuk meminta dukungan. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum membalasnya.

"Gak usah sok-sok muji Mama, kamu! Mama masih sebel sama kamu, tahu gak?" Mama sudah menyerang Yudha dengan cubitan-cubitan yang bersarang di perut dan tubuh bagian depannya.

Yudha berusaha menghindarinya dengan bersembunyi di balik tubuhku yang duduk di tepi bed Mama.

Mama akhirnya menghentikan serangannya dan sekarang ganti dengan menggenggam tanganku erat.

"Mama tuh sayang sama kalian, khawatir juga. Kalian malah kompakan gak bilang tentang masalah kayak gitu. Kalian udah gak mau diperhatiin sama Mama lagi ya?" Wajah Mama kini berubah menjadi sendu.

"Ya ampun, Ma. Litha gak maksud kayak gitu, beneran deh. Kita juga sayang banget sama Mama. Kita gak mau buat Mama kepikiran aja." Aku sudah memeluk Mama yang kini mulai terisak.

Yudha juga bergabung memeluk kami dari posisinya yang masih setia di belakangku.

"Ini bukan salah Litha, Ma. Emang Yudha yang gak mau kasih tau Mama. Kayak yang Litha bilang tadi-alasannya gak mau Mama kepikiran, Yudha mau Mama cepet sehat, biar bisa pulang seperti yang Mama selalu minta." Kemudian Yudha mengecup puncak kepala Mama dengan sayang. "Bunda Lina juga gak Yudha kasih tau kok, takut Bunda umrohnya jadi gak khusuk. Bukan cuma Mama aja yang gak tahu, semuanya juga gak tahu, Ma. Jangan marah lagi ya Mamaku yang cantik, Yudha sayang Mama."

"Tapi Mama belum maafin kamu Yudha!" Ucap Mama lagi yang membuatku terkekeh dan Yudha tertawa karenanya. Kini aku yang beraksi untuk mendamaikan anak dan ibu ini.

"Maafin suami Litha yang nakal ini ya, Ma." Mama kembali mengalihkan padangannya pada Yudha dan menatapnya tajam.

"Yudha tahu gimana caranya Mama biar gak marah lagi sama Yudha." Aku yang mendengarnya langsung melemparkan pandangan bertanya padanya.

Yudha menyeringai kemudian membisikkan sesuatu di telingaku hingga menerbitkan senyum di bibirku.

"Ma, sebentar lagi Mama akan jadi nenek, Yudha akan jadi ayah." Bukannya wajah bahagia Mama yang didapatkan malah kemurkaan Mama kembali keluar.

"Wanita mana lagi yang mengaku hamil anak kamu huh? Jawab Mama Yudha! Mama tuh malu sama Litha dan keluarganya, bahkan setelah menikah pun kamu masih berhubungan dengan wanita-wanitamu itu kan. Mama sudah bilang dan nyuruh kamu taubat, umur gak ada yang tahu, Nak-"

"Ma, Litha yang hamil-disini ada cucu Mama." Potongku cepat. Aku sudah meraih tangan Mama dan meletakkannya di perutku.

Mama masih terdiam sambil memandangku dan Yudha bergantian. "Kamu beneran hamil sayang?" Tanya Mama serak. Dan aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

I'M SORRY, DARLING!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang