PART 8

2.2K 37 0
                                    

WARNING 21++ !!!

"Yang, perut kamu itu sudah besar begitu, sudah masuk tujuh bulan juga. Kalo kamu mondar-mandir butik terus, aku takut kamu kecapekan. Kamu kan juga sering ngeluh pegal begitu, apa gak sebaiknya istirahat di rumah aja?"

"Aku bosen kalo di rumah, aku gak ada aktivitas, gak ada temen ngobrol, pokoknya gak tau mau ngapa-ngapain deh. Aku juga gak capek kok di butik, Yud. Kamu tenang aja ya? Kan kamu sendiri yang nyuruh Nita bantu semua kerjaan aku, palingan cuma sedikit yang perlu aku tangani sendiri. Aku juga kebanyakan duduk kalo di butik, Yud."

"Yaudah, senyamannya kamu aja. Yang, ke villa yuk! Refreshing juga buat kamu, kita cari udara segar disana."

"Villa yang waktu kamu nyulik aku itu?" Tanyaku menyelidik, karena pikiranku langsung mengingat ke kejadian beberapa bulan lalu itu.

"Aku gak nyulik kamu." Jawab Yudha santai.

"Mungkin enggak, tapi aku gak boleh keluar dari kamar sedikit pun. Apa tuh namanya kalo begitu?" Yudha hanya menghendikkan bahunya.

Ish dasar pria tak bertanggung jawab! Runtukku dalam hati.

"Mau, ya?"

"Janji dulu! Gak ada lagi kejadian kayak kemarin–apapun yang mengingatkanku dengan peristiwa waktu itu. Dan kalo sampai itu terulang lagi, aku benar-benar gak mau lihat kamu lagi."

"Aku janji sayang, aku gak mau kehilangan kamu, aku juga gak mau hubungan kita dingin kayak dulu."

"Oke. Kapan berangkat?"

"Besok pagi."

"Lho kok besok sih, Yud? Besok itu masih weekdays lho kalo kamu lupa."

"Iya, aku tahu. Emang sengaja, aku juga lagi jenuh kerja terus, nanti kita pulangnya hari Minggu, jadi kita lawan arus gitu." Dan aku mengangguk sebagai jawaban.

Okelah aku turuti keinginannya kali ini, menyenangkannya sekali-kali, kan aku dapat pahala juga.

===^^^^^===

"Kamu mau makan dulu atau istirahat dulu?" Tanya Yudha saat kami baru saja sampai di villanya.

"Tiduran dulu lah, aku juga capek." Kataku yang mulai menuju kamar setelah ditunjukkan bu Darmi.

Ahh aku kangen wanita keibuan ini! Saat aku datang pun, bu Darmi langsung memelukku erat yang ku balas dengan pelukanku juga, aku sempat ngobrol sebentar dengannya, walau hanya menanyakan kabarnya dan kehamilanku.

"Capek? Gak salah kamu? Kan aku yang nyetir, Yang?"

"Kamu lupa? Siapa yang gak bolehin aku tidur cuma buat jadi temen ngobrol kamu? Kamu gak lupa juga kan yang nyuapin kamu karena kamu ngerengek laper dan gak mau berhenti cuma buat makan?" Serangku pada Yudha.

"Hahaha iya aku tahu. Aku cuma bercanda, sayang. Yuk, kita bobo dulu." Saat aku melanjutkan langkahku untuk menaiki tangga, tiba-tiba aku mendengar suara riang anak kecil di rumah ini.

"Neneekkkk!!! Runi dikejar om Rizal. Tolongiinnn–Awwhhhhh.. Ampun Om"

"Runi, jangan teriak-teriak begitu." Terdengar suara bu Darmi menengahi.

Aku segera turun dari tangga dan berjalan menuju dapur rumah ini, karena dari sanalah aku mendengar suara itu.

"Lho Yang, mau kemana, gak jadi istirahat nih?" Tanya Yudha yang sudah mengekoriku di belakang. Aku hanya mengangkat sebelah tanganku untuk membuatnya berhenti bertanya padaku.

"Ampun Om! Runi gak nakal lagi deh–ampun, geli Om hahaha..."

Aku menemukan anak perempuan yang sedang memeluk sebelah kaki bu Darmi dan Rizal yang sedang menggelitiknya.

I'M SORRY, DARLING!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang