01❄ Kalung Crystal

3.4K 229 3
                                    

Author's POV

TOK!

TOK!

TOK!

"Hoammm..., " Dengan langkah gontai, gadis berambut cokelat berantakan itu berjalan ke sisi kanan —letak jendela kamarnya berada. Sesekali mengucek kedua matanya guna memperjelas pengelihatannya.

TOK!

"IYA-IYA, INI AKAN AKU BUKAKAN." Gadis itu merentangkan kedua tangannya ke sembarang arah dan menguap lebar —mencoba mengembalikan kesadarannya sebelum membuka kunci jendela di hadapannya dengan malas. Gadis itu membuka jendela tersebut lebar-lebar, sengaja memperjelas penampilannya ke orang yang telah mengganggu waktu tidurnya.

Dihadapannya lelaki berambut cokelat acak-acakan dibuat melongo —meskipun ia sudah terlalu sering melihat pemandangan seperti ini —dengan gadis yang tak malu mengumbar aibnya kepada lawan jenisnya. Rambut panjang yang tak teratur dengan mata setengah terbuka, kulit putih kusam dan piyama yang sudah kusut.

"Hei, kau belum rapih juga? Apa kau tidak ingin bersekolah, huh?" Lelaki bertubuh jangkung dengan seragam yang melekat ditubuhnya, juga ransel dan sepatu yang ia gunakan sehari-hari untuk pergi bersekolah —sedang menatap tajam ke jendela dimana gadis itu berada.

"Bisakah kau tidak melempari jendelaku dengan kerikil, lagi? " Ya, tadi bukanlah suara ketukan melainkan, lemparan batu yang selalu—

"Dan apa kau lupa bila aku tidak biasa datang sepagi ini? Sahabat macam apa kau?!" lanjutnya.

—sahabatnya lakukan setiap berkunjung kerumahnya.

"Justru aku yang bertanya, apa kau lupa kalau besok akan ada pentas seni di sekolah kita dan kita diwajibkan datang pagi untuk mempersiapkan semuanya secepat mungkin? Bukankah Mrs. Caroline sudah memberitahukan kemarin, Ca? Kau ini pikun sebelum waktunya ya.." Jelas lelaki itu dengan sedikit sidiran di akhir kalimat yang tampak sekali bahwa ia gemas dengan sikap pelupa sahabatnya itu. Ica, Alicesya.

Ica adalah nama sapaan bagi Andrew sejak mereka masih kecil. Sedangkan nama sapaan bagi yang lainnya adalah Alice.

"Ah ya maaf, aku lupa Drew," Alice memasang cengirannya. "Kalau begitu kau duluan saja atau masuklah ke kamarku. Aku akan membersihkan diri terlebih dahulu." Lanjutnya dan berlalu pergi ke kamar mandi di luar kamar.

Andrew menghampiri jendela kamar sahabat kecilnya dan melompat masuk ke dalam. Sudah menjadi kebiasaan bagi Andrew bila harus masuk melewati jendela, sebab sejak ia berkunjung ke rumah Alice pintu masuk rumahnya selalu terkunci dengan rantai dan gembok kuno yang tidak diketahui keberadaan kuncinya.

Alicesya Frozenymond gadis berusia 16 tahun dengan mata biru langit indah yang mampu membuat siapapun terhipnotis oleh kedua matanya —sudah dari kecil tinggal di rumah tua yang Alice tempati sendiri dengan pintu masuk yang selalu terkunci. Bahkan Alice sendiri tidak tahu alasannya. Lalu bagaimana Alice mendapatkan asupan makanan? Uang untuk biaya sekolah? Dan kebutuhan-kebutuhan lainnya?

Hanya 'mimpi' dari sang Ibundalah Alice mendapatkan petunjuk.


Alice's POV

"Kalau begitu kau duluan saja atau masuklah ke kamarku. Aku akan membersihkan diri terlebih dahulu."

Setelah aku mengucapkan itu kepada Andrew, aku berjalan ke kamar mandi dengan membawa handuk dan seragam sekolahku.

Aku masuk kedalam kamar mandi. Tak lupa untuk mengunci pintu. Kubuka telapak tangan sebelah kiriku dan menaruh sabun di atasnya, lalu aku genggam sabun itu sehingga keluarlah es yang menutupi sabun itu, dan bila digesekkan dengan kulit akan mengeluarkan busa.

Ya beginilah caraku untuk membersihkan diri, dengan memakai sedikit dari kekuatanku.

Alicesya Frozenymond, nama yang kupakai sebagai jati diriku sendiri. Ibuku pernah mengatakan di dalam sebuah mimpi bahwa Frozenymond bukan nama asliku. Itu hanya menggambarkan diriku sendiri. Frozenymond berasal dari kata Frozen yang berarti beku dan Nymond asal kata dari diamond yang berarti berlian, seperti kekuatanku.

Aku hanyalah seorang manusia yang diberi kekuatan melebihi manusia pada umumnya. Entahlah, tetapi jika ibu datang ke mimpiku ia selalu mengatakan bahwa aku tidak boleh memberitahu siapapun tentang hal tersebut.

Setelah aku membersihkan diri dan memakai seragam sekolahku. Aku buka telapak tanganku ke arah vertikal dan keluarlah cermin yang terbuat dari kristal. Cermin itu kugunakan untuk menata rambutku menggunakan sisir yang baru saja aku buat dengan kekuatanku kembali.

Hidupku ini memang menyerupai cerita fantasi yang teman-temanku baca. Ah, terkadang aku merasa sedang dibicarakan oleh temanku saat ia menceritakan novel fantasinya kepadaku.

Setelah selesai, aku berlari kecil ke arah belakang rumahku dan mengambil beberapa lembar daun di pohon beringin yang ada tepat di dekat jendela belakang rumahku. Lalu, aku ubah daun tersebut menjadi lembaran uang.

Kata Ibu, dulu beliau sengaja menanam pohon di dekat jendela belakang rumah agar memudahkan aku untuk mengambil daun dan merubahnya sebagai beberapa lembar uang untuk membeli keperluanku.

Kukeluarkan kekuatanku dan membuat bongkahan es. Kutaruh bongkahan tersebut di tanah pohon itu. Aku tersenyum senang saat bongkahan es tersebut mulai mencair dan meresap ke tanah.

Ibu mengatakan kekuatan yang kumiliki adalah Crystal Ice.

Ah ya, aku lupa.

Aku berlari menuju kamarku dan melihat Andrew yang sedang menatap arloji di pergelangan tangannya.

"Sudah sejam aku menunggumu, Alicesya." Aku hanya tersenyum lebar dan menampilkan gigi-gigi putihku saat mendengar ucapan sarkastik Andrew.

"Untung saja aku datang ke rumahmu satu setengah jam lebih cepat dari jam masuk sekolah." Tambahnya.

Aku acungkan kedua tempol tanganku di hadapan Andrew. "Kau memang yang terbaik, drew hehehe.."

Andrew mendengus dan beralih menatapku serius. "Apa Bibimu sudah memberikanmu uang? Aku bisa membayarkan biaya—"

"Tidak usah. Bibiku tepat waktu mengirimkanku uang, kok. Nih lihat... " Kutunjukan uang —ah tidak, daun itu ke arahnya sambil menjulingkan mata dan memeletkan lidahku.

"Haha... kau ini, ya?" Uh, aku sangat senang melihat Andrew tertawa bebas seperti itu. Aku hanya membalas dengan cengiran konyolku.

"Sudahlah ayo kita berangkat, Ca!" Andrew menghampiriku menuntunku lompat dari jendela dan menutup jendela kamarku.

Saat Andrew berbalik, ia menatapku heran. "Hei, sejak kapan kalungmu dapat bersinar dengan warna pelangi?"

Kutatap kalung yang melingkar di leherku. Kalung kristal berbentuk oval dengan terdapat huruf 'S' mengelilingi kristal yang diberikan ibuku dulu sebelum ia pergi meninggalkanku.

Aku terkejut, kalung tersebut sebelumnya hanya berwarna putih biasa dan sekarang kalung itu berwarna pelangi yang bersinar. Apa itu karena aku mengaktifkan kekuatanku? Tapi kenapa berwarna pelangi bukankah seharusnya putih seperti es? Entahlah.

"Ah i-ini mungkin karena pantulan dari cahaya. Emm.. Sudahlah, ayo kita berangkat dari pada kita telat datang ke sekolah." Aku tersenyum kikuk.

Andrew terdiam sebentar tetapi dia segera menggandeng tanganku dan kita mulai berjalan.

'Andrew apa kau tahu? Kau adalah satu-satunya orang yang kupercaya di dunia ini. Aku sangat menyayangimu, Drew. Aku harap suatu saat setelah kau tau kekuatanku kau tidak meninggalkanku'.






Author's note :

Jadi disini— Alice suka Andrew tapi Andrew hanya menganggapnya sahabat.

Vote + comment nya ditunggu(:

AqoonsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang