03❄ Dunia Sihir

2.1K 205 7
                                    

"Apapun yang terjadi nanti, kau tidak boleh pasrah dengan keadaan. Kau harus kejar kakakmu itu karena dia sangat membutuhkanmu di sana. Ibu mengharapkan banyak padamu, Alicesya M."

Mimpi itu?

Ah, aku tau maksud Ibu!

Alice's POV

"Akan aku bunuh kau monster! SEMUA SERAAAANG!!" Kata lelaki tua memimpin semua orang untuk membunuhku.

Lelaki tua itu mau membunuhku, eoh? Kalau tadi aku takut. Kali ini tidak.

HYAT...

HAP...

PRANG...

Semua senjata yang mereka gunakan untuk membunuhku. Kubekukan semua dan kulempar kesamping seperti caraku menghancurkan lampu gantung tadi.

Mereka semua kembali terkejut. Aku memanfaatkan waktu untuk kabur dari sini.

"KAU MONSTER KECIL! JANGAN LARI!"

Aku terus berlari entah akan kemana. Aku tidak mau terbunuh oleh mereka. Tekatku sudah bulat. Aku akan mencari Kakakku. Satu-satunya keluarga yang kupunya.

"AW...," Aku meringis saat ada tombak mengenai lengan tanganku. Aku tetap berlari hingga masuk kedalam hutan yang ada sekitar 50 meter dibelakang sekolahku.

Aku tersenyum saat ranting pohon yang menghambat jalanku segera memberiku jalan. Aku tidak tahu kenapa, yang kupedulikan sekarang hanyalah nyawaku.

"RASAKAN INI BOCAH MONSTER!"

"AW...," Lagi-lagi aku meringis saat tombak merobek kulit paha kananku.

Kulihat di depan sana ada sebuah titik yang memancarkan sinar. Entah kenapa firasatku mengatakan aku harus pergi ke sana.

Dengan kaki terluka aku tetap berlari walau gontai. Tinggal 5 langkah lagi aku sampai tetapi—

"AW..," Kali ini betis sebelah kiriku robek terkena tombak sialan itu. Aku geram dan berbalik sambil menjulurkan tangan ke orang-orang yang mendekat —membekukan mereka semua.

"Itu akibat kalian tidak mempercayaiku dan ingin membunuhku," Aku terkekeh geli mesti harus meringis berulang kali, "Kalian tenang saja, saat aku menonaktifkan kekuatanku kalian kembali seperti semula." Aku memberi seringai sebelum berbalik.

Aku menyeret kembali kakiku hingga sampai pada sebuah titik cahaya. Namun, kudengar suara yang sangat familiar ditelingaku memanggil namaku.

"Ica?"

Kubalikan kepalaku dan melihat Andrew yang menatapku sendu dengan air mata yang membasahi pipinya. Andrew menangis?

Mulutku bergerak mengucapkan 3 kata yang ingin kuucapkan sejak aku memiliki perasaan ini dengan tak bersuara,

'Aku mencintaimu, Andrew '

3 kata yang menjadi ucapan perpisahan, setelah itu tubuhku mulai pudar seperti Ibu dimimpiku ketika akan menghilang.

Cahaya itu melahap tubuhku hinggaku tidak sadarkan diri.

Author's POV

AqoonsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang