17.1❄ Perjalanan

1.3K 125 15
                                    

Author's POV

Matahari yang berisikan sihir cahaya putih mulai bersinar berpandu dengan gelapnya warna langit sehingga tampak kelabu, hal yang lumrah di dunia sihir ini sejak 17 tahun yang lalu. Perjalanan sudah di mulai. Sekarang mereka sedang berada di hutan menuju kota. Melewati setiap dedaunan kering dan juga ranting-ranting yang sedikit menghambat perjalanan.

Alice yang malas berlama-lama di hutan, memberi saran kepada Nicole agar Alice saja yang memimpin perjalanan selama di dalam hutan dan di setujui oleh teman-temannya, dengan menggunakan kekuatan mengendalikan tumbuhan tentunya akan lebih mempercepat waktu perjalanan di misi ini. Namun, Nicole selalu mempertegas  'jangan ada di antara kalian menggunakan kekuatan kalian! Tunjukan saja bakat kalian!', Mereka hanya bisa pasrah dan mengikuti aturan sang ketua.

"Hai, alice!"

Alice menoleh ke kiri dan tersenyum ramah tanpa ingin menjawab sapaan dari Wil. Selama perjalanan Alice hanya terdiam. Banyak yang sedang ia pikirkan, sampai-sampai ia tak sadar bila Wil berada tepat di sebelahnya. Alice fokuskan pengelihatannya ke depan dan benar saja, posisi yang sudah di tetapkan oleh Nicole sudah tidak sesuai pada posisi awalnya. Meski hanya berpindah sedikit dari tempat awalnya.

Sedetik kemudian Alice kembali teringat sesuatu, ia kembali menoleh. Wil menyadari itu. Wil hanya menatap Alice dengan sebelah alis dinaikan seolah mengerti gadis di sebelahnya akan menanyakan sesuatu. "Em, Wil. Apa kau tahu letak dimana hutan Lorbihotz berada?"

Hal itu lah yang sedari tadi mengusik pikiran Alice. Hutan Lorbihotz tempat dimana Holly di temukan oleh Tn. Bucko.

Jika berbicara mengenai Holly, Alice kembali teringat saat pertama kali ia dan kuda putih biru itu bertemu tadi pagi. Saat Alice berfikir Holly akan menyerangnya.

'Dimana kuda itu?' batin Alice menjerit.

Ingatan Alice mengenai kuda putih yang mendekati dan siap menerjangnya kembali mengusik pikiran Alice. Namun saat ini, Alice justru mengkhawatirkan kuda putih itu, karena Alice berfikir tidak mungkin bila kuda itu pergi begitu saja. Lama terdiam, sebuah bau mengusik indra penciumannya. Membuyarkan pikiran-pikiran yang sedang ia susun. Bau yang ia kenalbau kuda yang Alice cari.

Reflek Alice menoleh, dan benar saja —kuda itu sedang duduk tepat di sebelahnya. Alice hanya diam menatap kuda itu, tidak berniat menyentuh atau berpindah tempat. Seolah tidak perduli dengan keterjutan Alice, kuda itu mengangkat sebelah tangan Alice dengan kepalanya. Mau tak mau Alice mengangkat tangan kanannya tanpa protes. Seakan tahu kemauannya di penuhi, kuda itu segera menaruh kepalanya tepat di atas paha Alice.

AqoonsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang