07❄ Rhean as Andrew

2K 195 20
                                    

"Oke, misi pertama berhasil! Kita lanjut misi kedua."

"HEHH?!"

Aku, Silvia, dan Nathan terkejut kecuali lelaki datar, Zayn.

"Bagaimana bisa?" Nathan bertanya mewakilkan kami semua.

"Bisa saja." Jawab Peter santai.

"Maksud kami, kenapa bisa berhasil? Kami tidak melakukan apapun." Jelas Silvia.

"Kalian melakukannya." Kali ini Peter menjawab sangat santai dan itu membuatku gemas.

"Aw ... Apa yang kau lakukan? Aku ini masih gurumu tahu!" Peter meringis setelah kuinjak kaki kanannya.

"Kau menyebalkan, Peter." Kupandangnya malas. "Sebenarnya misi pertama kita itu apa?" Lanjutku.

"Ish, di dalam sebuah Tim dinilai akan seberapa banyaknya kerja samanya. Kalian sudah melakukannya walau tanpa kalian sadari. Ah, kecuali Zayn, dia tidak melakukan apapun. Perlu kujabarkan?"

"Tidak perlu. Aku mengerti," Nathan tersenyum penuh arti. "Jadi begini ... Pertama, saat perjalanan menuju hutan, Peter sudah merencanakan sesuatu untuk misi pertama kita yaitu mencari tahu kekuatan Alice. Ia sudah menduga bahwa Zayn akan sulit menjawab pertanyaannya walau sebenarnya Zayn tahu. Dipikirnya Zayn akan menjawab 'cari tahu sendiri!' Dan kita akan bekerja sama mencari tahu kekuatan Alice bersama. Tetapi pemikiran Peter meleset saat Silvia berkomentar buruk kepada Alice yang mengingatkannya pada kenangan buruknya. Alice pun menjadi tak terkendali hingga tanpa sadar Alice mengeluarkan kekuatan lainnya yaitu mengendalikan tumbuhan." Jeda Nathan.

"Kedua, saat aku akan tertimpa batang pohon, Alice menyelamatkanku tanpa berfikir panjang dan mulai dapat mengendalikan kekuatan keduanya dengan tenang."

"Ketiga, saat Alice mengingat kenangan buruknya dan aku menenanginya secara tak sengaja telepati milik Silvia berfungsi. Silvia menyesal dan khawatir kepada Alice dan berniat ingin meminta maaf tetapi permintaan maafnya justru tersampaikan dengan telepati. Sekedar info, telepati Silvia belum bisa dikendalikan sebelumnya." Jelas Nathan panjang lebar dengan pandainya.

"Aku paham sekarang, secara tidak langsung kami telah melakukan kerja sama dengan Peter sebagai pemandunya, aku pengedar masalah, Alice korban, dan Nathan perantara." Silvia ikut menyuarakan.

"Tepat sekali. Tetapi ada yang kurang," koreksi Peter.

"Apa?"

Peter melirik Zayn dan tersenyum miring. "Tentunya dengan Zayn sebagai penontonnya."

Kami berempat tertawa geli sedangkan Zayn hanya mendengus.

"Misi kedua ini saya akan membagi kalian menjadi berpasangan. Nathan dengan Silvia dan Zayn dengan Alice. Tugas kalian mencari bendera berwarna putih di hutan ini. Siapa cepat pasangan yang menemukannya boleh kembali ke Akademi untuk istirahat sedangkan pasangan yang belum juga menemukan akan terus mencarinya sampai ketemu. Saya akan tunggu kalian di gerbang Akademi. Ada yang ingin bertanya?" Aku mengangkat tangan.

"Kenapa Alice?" Tanya Peter malas.

"Em, apa Zayn bisa diajak bekerja sama?" Tanyaku ragu mengingat sikap Zayn yang begitu dingin.

"Sudah bisa kutebak. Zayn, apa kau bisa?" Zayn hanya bergumam. Misi ini benar-benar sulit. Aku menghela nafas berharap keajaiban berpihak kepadaku.

"Baik, kalian boleh pergi!" Titah Peter.

Kita berpencar. Nathan dan Silvia masuk ke dalam hutan terlebih dahulu. Selanjutnya Zayn dan aku. Aku terus mengikuti Zayn di belakangnya. Sebagai murid baru aku tak ingin tersesat.

AqoonsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang