14❄ Dua Misi Penting

2.1K 193 22
                                    

Selamat membaca!

Alice's POV

"Alice, apa kau sudah siap? Lebih baik kita berangkat sekarang, atau mereka akan mengomel telah menunggu lama." Ujar Lucy.

Aku mengangguk lesu dan mengambil ransel di atas tempat tidurku.

Di saat semua orang sedang tertidur pulas di ranjang mereka masing-masing, kami sudah harus berkumpul untuk keberangkatan kami pukul 2 dini hari. Ya, hari ini adalah hari dimana kami akan menjalankan misi itu, berpetualang ke beberapa tempat untuk mencari buku-buku bersejarah mengenai kekuatan kami.

Semalam kami makan malam bersama untuk membahas keberangkatan kami hari ini. Di tengah pembicaraan, aku dan Lucy mendapat panggilan mendadak untuk mengambil pakaian kami di Mrs. Vargas, yang mengakibatkan kami harus meninggalkan acara makan malam tersebut.

Hanya sedikit informasi yang sempat aku dengar, bahwa kami akan berkumpul terlebih dahulu di ruang senjata untuk mengambil beberapa senjata seperti busur panah untuk aku, beberapa pedang untuk Rhean dan sebuah samurai untuk Zayn ( entah mengapa Zayn memilih samurai untuk menemaninya bertarung, padahal selama latihan ia berlatih menggunakan tombak sebagai alat bertarungnya). Sedangkan, Sam yang lebih memilih bertarung menggunakan tangan kosong mengingat ia sangat pandai dalam beladiri.

Selama perjalanan aku hanya bisa mengangguk tanda mengerti, menggeleng bila Lucy bertanya yang tidak-tidak dan bergumam seperlunya saat Lucy yang terus-terusan berceloteh tentang apa saja yang ia lakukan bersama Nathan ketika mereka diharuskan bangun pagi oleh sang ayah untuk berlibur.

Sesekali aku tersenyum masam saat Lucy menceritakan keadaan keluarganya yang begitu harmonis, membuatku sedikit iri kepadanya. Lucy mempunyai ayah yang sangat menjaganya, ibu yang sangat perhatian kepadanya dan Nathan yang sangat menyayanginya. Betapa beruntungnya Lucy yang mempunyai keluarga lengkap dengan penuh kasih sayang, tidak sepertiku yang bahkan tidak pernah merasakan kehangatan keluarga sejak aku masih kecil.

"... saat liburan nanti, jika sempat aku akan mengajakmu berlibur besama kami. Aku yakin itu akan sangat menyenangkan." Ujar Lucy yang sangat antusias.

"Boleh, boleh." Balasku tak kalah antusiasnya.

Dari arah berlawanan, kulihat seorang lelaki mendekat ke arah kami. "Hai, Alice dan—"

"Lucya Alexandria, panggil saja Lucy." Sahut Lucy setelah melihat kebingungan lelaki dihadapan kami.

Lelaki itu mengangguk cuek, "namaku Rhe—"

"Rhean, Rhean Evans dari tingkat V-B. Lelaki tampan yang banyak dikagumi para gadis, termasuk aku." Potong Lucy dengan senyum yang begitu lebar yang justru membuat Rhean mengerutkan dahinya.

Rhean memang mempunyai banyak penggemar dikalangan perempuan. Namun, amat sangat disayangkan sebab sifat Rhean yang begitu polos mengenai masalah perempuan.

Jika reaksi Zayn yang cuek dan dingin kepada penggemarnya, Nicole yang tersenyum ramah kepada penggemarnya, dan Wil yang akan menggoda penggemarnya, lain hal nya dengan Rhean yang akan bingung kepada penggemarnya.
Karena menurutnya, tingkah gadis yang mengidolakan seseorang itu sangatlah aneh.

Kulihat ke sekitar tempatku berdiri, ternyata kami sudah berada di dekat pintu masuk ruang senjata yang tertutup rapat. "Lebih baik kita masuk sekarang. Aku rasa kita sudah terlambat." Ujarku sedikit bingung dengan pintu ruang senjata yang tertutup rapat seperti terkunci, tetapi aku tetap melangkah mendekat, disusul Rhean dan Lucy.

Belum sempat aku menggapai gagang pintu, suara Rhean mengintrusiku. "Untuk apa kau kemari, Alice?"

Aku menatapnya heran, "bukankah kita akan berkumpul disini?" Tanyaku balik.

AqoonsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang