Langsung skip jika tidak berkenan ✌
______________________________
AKU menyesap kopiku, ini sudah gelas ketujuh sejak tadi pagi. Sekarang sudah pukul dua siang, tapi sama sekali belum merasa lapar. Selera makanku entah ke mana. Bahkan beberapa hari terakhir aku makan sedikit sekali. Sejak Mbak Nam pulang kampung aku bisa lupa makan jika tidak diingatkan. Aku lebih memilih berkencan dengan sketchbook, tablet atau layar komputer.Baru seminggu ini aku mulai bekerja lagi setelah sakit kemarin. Pekerjaanku menggunung. Aku juga harus bekerja lebih untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda karena sakit.
Telepon di mejaku berdering. Aku mengangkatnya setelah menekan tombol pause di tabletku. Aku memang sedang fokus bermain game, aku suntuk dua hari ini hanya di kantor.
Rencananya setelah pekerjaanku selesai, aku akan belanja untuk menghilangkan stres. Aku getol kerja seminggu full supaya bisa bersantai beberapa hari ke depan. Apalagi ada dua proyekku sebelum sakit yang sudah hampir ditahap finishing. Ah, leganya.
"Halo...."
"Halo... siapa nih?" Aku bertanya dengan agak kesal karena peneleponku tidak juga menjawab. Terdengar suara berisik yang sangat jelas. Seperti orang sedang tawuran.
"Halo, kalau nggak ngomong juga gue tutup nih!" Aku makin kesal saat mendengar suara jeritan seorang perempuan. Apa peneleponku sedang di rumah sakit jiwa?
"Mbak Rien. Ini Lisa." Akhirnya si penelpon mengatakan identitasnya. Lisa? Apa yang dilakukan gadis itu hingga begitu berisik. Sekarang masih jam kerja tidak mungkin dia menggosip dengan teman-temannya.
"Kenapa, Sa?" tanyaku sambil bersiap-siap untuk mengelus dada jika nanti yang dikatakannya bukan hal penting.
"Eh, eee... itu Mbak, pengantar nasi goreng yang Mbak Rien pesan sudah datang," jawab Lisa cepat, dia seperti sedang tergesa-gesa.
Mendengar ada beberapa suara lain di dekatnya aku hanya bisa mendesah. Sepertinya gadis itu memang sedang bergosip dengan teman-temannya.
"Jadi, Mbak mau pesanannya diantar langsung atau gimana?" tanya Lisa lagi.
"Nggak usah, suruh Rumi aja ngantarin. Sekalian suruh dia bikinin gue kopi lagi."
Aku menutup telepon setelah mendengar Lisa menyuruh si pengantar nasi goreng untuk menyerahkan pesananku pada Rumi. Rumi itu pekerja yang khusus membantu staf di kantor untuk urusan makan dan minum terutama saat ada klien yang datang untuk berkonsultasi ke kantor.
Tanganku kembali terulur meraih gelas kopi lalu mulai fokus menatap layar tablet, melanjutkan game yang tadi aku mainkan.
Aku tidak berniat menoleh saat mendengar derit pintu. Rumi sudah mengerti kalau aku tidak mau diganggu saat sedang bermain game.
Aku melirik sekilas pada tangan yang mengambil gelas kopiku yang kosong lalu menggantinya dengan gelas yang baru. Aku sempat melihat piring nasi goreng yang disodorkan di depanku, aromanya membuatku lapar. Tapi sekarang sedang tanggung, jadi aku memilih meminum kopiku dengan tetap menatap layar tablet.
Sepertinya Rumi masih berdiri di depanku karena tidak mendengarnya menutup pintu.
"Mi, tolong bayarin nasi goreng gue ya. Ini duitnya, kasih ke abang-abang pengantar tadi ya, kembaliannya buat kamu aja." Aku meraba-raba ke dalam tas, mencari uang untuk membayar nasi goreng yang aku pesan.
Aku menekan tombol pause lagi saat tidak menemukan uang di dalam tas. Aku mengambil dompetku.
"Ini, bayarin ya, Mi." Aku meletakkan uang di atas meja dekat piring nasi goreng lalu kembali fokus ke layar tablet.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pesanan Riena
Romance️Saat cinta di masa lalu menawarkan pilihan yang tidak seharusnya, dibiarkan saja hingga dirimu terbakar secara perlahan atau segera menjauh? Riena Pratiwi: *Gadis manis yang alergi pada segala hal berbau dapur, *Jomlo kronis dan, *Penyuka segala ha...