Chapter 3

3.3K 309 6
                                    

"Aku akan mengatakan pada Kakashi-sensei aku keberatan menjadi perwakilan sekolah, Sasuke-kun. Jadi kumohon lepaskan tanganku..." pinta Naruto lirih. Wajahnya sudah memerah menahan sakit, ia benar benar kesakitan. Sasuke sangan sukses melukai fisik dan psikisnya.

"Kapan?" Sasuke semakin memperkuat injakan kakinya.
"Aw... sek-karang ju-ga..." Naruto menunduk dalam, matanya menatap tangan kanannya yang membiru. Sepertinya untuk beberapa hari kedepan akan bengkak dan membuat kesulitan menulis. Ya Tuhan, bagaimana caranya ia bisa mempertahankan beasiswanya?

"Kupegang janjimu!" Sasuke mengangkat kakinya lalu mendengus, membalikkan tubuhnya dan keluar dari kelas. Semua kerumunan yang tengah mengelilingi Naruto di depan kelas kini ikut bubar. Meninggalkan gadis bersurai pirang panjang itu memeluk tangannya yang bengkak sambil menangis terisak.

Memejamkan mata seolah menikmati setiap sentuhan rasa sakit yang menjalar keseluruh tubuhnya. Menikmati seriap perlakuan kasar Sasuke yang mampu mencabik tulang sumsumnya namun tetap tidak mengurangi sedikitpun perasaannya pada si raven.




Cinta...
Ketulusan cinta Narutolah yang selama ini mampu membuatnya tetap bertahan. Ia masih bisa tetap bersekolah seperti biasanya sekalipun setiap hari menerima perlakuan kasar dan hinaan dari teman teman satu kelasnya. Ia juga sudah sangat terbiasa diperlakukan layaknya sampah tak berharga diluar kelas.
Tapi, cinta butanya selalu saja membuatnya kuat.
Setidaknya walaupun dibenci...
Setiap hari dia masih bisa melihat Sasuke-kun.


"Dia akan menyesal!" kata suara ngebass yang cukup familiar di telinga Naruto tiba tiba. Saat ini dikelas memang hanya tinggal mereka berdua. Naruto berdiri dan menatap Gaara yang sama sekali tidak balas menatapnya dengan sorot bertanya.

"Gaa-ra-kun..."
"Dia akan menyesal. Dan suatu saat, semuanya akan berbanding terbalik, bertahanlah!" Gaara menjelaskan namun tetap ambigu. Membuat Naruto mengernyit aneh lalu menyeka air matanya. Kembali duduk dibangkunya tapi sebelumnya ia sempat tersenyum ramah.


"Arigatou sudah menghiburku, Gaara-kun"























Esok harinya, Naruto tidak masuk sekolah. Ia yang memang hanya salah satu penghuni panti asuhan Konoha tampak tidak banyak yang menghiraukan keabsenannya. Kelas justru terlihat hening karena salah satu objek mainan mereka hari ini menghilang tanpa kabar.

Sasuke yang duduk dua bangku dari seberang meja Naruto menatap bangku kosong gadis itu sambil mengernyit. Tidak biasanya Naruto bolos. Apa dia sakit? Tapi kemudian dia menggidikkan bahunya tidak peduli. Naruto mati? Itulah yang dia harapkan. Agar tidak perlu lagi bertemu dengan sosoknya yang dimatanya amat menyebalkan






#TBC
Typo bertebaran dimana mana

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang