Langsung lanjut aja deh
Happy reading!"Arghhh…" jerit Naruto kesakitan.
Ia baru saja mendorong Sasuke dan mengorbankan tubuhnya sendiri yang terserempet motor.
Si pengendara yang ternyata adalah Akasuna Sasori langsung meminggirkan motornya dan turun. Ia membuka helm dan menghampiri Naruto yang terjatuh telungkup dengan kepala membentur trotoar.Semua orang yang melihat kejadian itu berlari ingin melihat apa yang terjadi? Dua orang bodyguard yang ditugaskan Namikaze Minato untuk menjaga putri angkatnya kalang kabut menghampiri dan membantu Naruto duduk.
Siang yang cerah…
Tapi di parkiran sekolah mendadak hening saat si rambut dark blue yang tampaknya juga cukup shock dengan kejadian singkat yang dialaminya itu hanya berdiri mematung menatap Naruto yang masih berusaha tersenyum sambil menggeleng saat kedua pengawalnya menanyakan keadaannya."Namikaze-san, kau baik-baik saja?" Tanya Sasori menyesal. Ia menatap Naruto khawatir sekalipun rautnya tidak kentara. Naruto yang pelipisnya terdapat memar biru mendongak lalu tersenyum.
"Tidak apa-apa Akasuna-san. Aku baik-baik saja." Jawab Naruto lembut. Tapi tampaknya Sasori tidak percaya, dia ikut berjongkok dan memeriksa luka di pelipis Naruto."Ayo, biar kuantar ke UKS."
"Tidak usah. Aku baik-baik saja. Sungguh!" Naruto meyakinkan. Ia berusaha berdiri lalu tersenyum menenangkan, mengedarkan mata saphirenya mencari sosok pemuda yang baru saja ia tolong.
Cemas, ia takut mendorong si pemuda itu terlalu kuat. Naruto bernapas lega saat Sasuke yang berdiri diapit Shikamaru dan Kiba kini masih menatapnya kosong.
Berusaha melangkah tertatih, Naruto menghampiri pemuda itu dengan rona merah di kulit putihnya, bukan karena malu. Tapi karena menahan sakit di lututnya yang terantuk aspal, kaki kirinya juga sepertinya terkilir.
Dan kepalanya…
sejak tadi berdenyut nyeri. Naruto tersenyum saat sudah ada di depan Sasuke. Seolah tidak memedulikan mereka yang kini dikelilingi banyak murid yang berbisik satu sama lain, matanya terus terpokus pada pemuda raven di depannya.Hatinya mendesah lega saat sadar Sasuke tampak baik-baik saja. Sama sekali tidak terluka. Naruto memperhatikan dari ujung sepatu sampai ujung kepala Sasuke. Semuanya masih lengkap tanpa noda dan bebas luka gores. Itu artinya pengorbanan Naruto yang siang ini merelakan tubuh kecilnya sendiri yang menjadi tameng si raven tidak sia-sia.
Dan Naruto merasa bangga dalam hatinya. Sampai kemudian kedua warna bola mata terang mereka saling menatap, jika si mata saphire menggambarkan sorot hangat dan khawatir, maka si onyx justru menyiratkan sorot dingin dan mungkin sedikit… bengis?
"Apa yang kau lakukan?" desis Sasuke geram. Ia benar-benar tidak suka dilindungi siapa pun apalagi jika orang itu perempuan. Hancur sudah harga dirinya sebagai seorang Uchiha.
"E-eh?" Naruto menunduk saat sadar Sasuke tidak suka tindakkan heroiknya. Bodoh Naruto! Sasuke-kun pasti tersinggung! Naruto terus saja menyalahkan dirinya sendiri dalam hati. Kepalanya semakin tertunduk dalam.
"Apa yang kau harapkan setelah menyelamatkanku, heh?" sindir Sasuke diiringi senyuman sinisnya. Membuat tempat yang sebenarnya semakin banyak dipenuhi oleh teman-teman sekolah mereka itu mendadak hening. Ingin tahu hal apa yang akan diucapkan si pangeran sekolah yang begitu menawan?
Naruto tak menjawab. Ia masih tidak mengerti dan memahami. Sebenarnya apa maksud dari kata-kata Sasuke? Sedangkan dua orang pengawal Naruto hanya diam di belakangnya tanpa melakukan apa pun. Mereka mengenal Sasuke, Uchiha Sasuke yang adalah putra dari Uchiha Fugaku, salah satu sahabat karib dan rekan bisnis keluarga Namikaze.