yaksok!

508 89 53
                                        

Shinwon melangkahkan kakinya canggung karena Hwitaek membawanya kekamar pribadi sang presdir muda bukan ke ruang kerja.
Shinwon menatap kamar besar dan mewah tapi sepi itu takjub.

"Jangan jelalatan dan cepat duduk", Hwitaek menegur Shinwon yang masih betah menatapi seisi kamarnya.

Shinwon memanyunkan bibir bawahnya kesal karena nada perintah disuara Hwitaek. Apa yang Shinwon harapkan dari tuan muda sombong seperti Hwitaek. Sapaan ramah? Jangan harap.

Shinwon mendudukkan dirinya disofa bersebrangan dengan Hwitaek.

"Jadi Go Shinwon-ssi, apa yang kau pikir sedang kau lakukan?", Hwitaek tidak mau basa basi perihal apapun yang menyangkut adiknya.

Shinwon tidak takut tatapan intimidasi Hwitaek. Dia tidak merasa salah karena sarapan bersama Wooseok.

"Sarapan bersama adikmu", Shinwon menjawab santai. Dia bahkan menyandarkan tubuhnya dan menyilangkan kaki.

"Huh! Jangan seenaknya merubah kebiasaan! Kau mau bertanggung jawab kalau adikku kembali mengamuk?", Hwitaek berujar dingin. Sepertinya dia terlalu lunak pada pengasuh baru adiknya itu sampai berani membantahnya.

"Dia terlihat senang! Saya pikir tingkah tuan yang mengisolasinya justru membuat Wooseok kesepian", Shinwon menurunkan kakinya dan tidak lagi bersandar. Cukup pura-pura santainya.

"Tau apa kau? Kau hanya orang asing dengan ijasah SMA, jangan berlagak mengerti soal kejiwaan", Hwitaek tidak bermaksud merendahkan tapi memang itu yang ada dikepalanya sekarang.

Shinwon menatap Hwitaek kecewa. Padahal dia pikir Hwitaek tidak mempersoalkan masalah pendidikannya. Sebenarnya apa yang diharapkan Hwitaek darinya yang hanya lulusan SMA.

"Iya, saya lulusan SMA. Lalu kenapa tuan ngotot meminta saya mengurus Wooseok kemarin? saya akan pergi jika tuan hanya ingin merendahkan saya", Shinwon berdiri dari duduknya dan menatap Hwitaek yang masih menopang dagu. "Tapi adik tuan membutuhkan saya", Shinwon melanjutkan perkataannya lirih. Dia benar-benar ingin pergi dari hadapan makhluk egois ini sekarang juga, tapi tatapan kosong Wooseok kembali muncul dikepalanya.

"Aku tidak suka ada yang berubah dirumah ini", Hwitaek ikut berdiri dari duduknya dan menyuruh Shinwon untuk kembali duduk. Pria itu menurut dan kembali duduk dengan kaki rapat dan tangan diatas lutut. Defensif.

"Tapi jika Wooseok sembuh, otomatis banyak yang akan berubah", Shinwon ragu tapi dia ingin Wooseok sembuh.

"Adikku tidak sakit", Hwitaek pindah duduk disebelah Shinwon. "Dan aku hanya memintamu mengurusi kebutuhannya bukan membuatnya membaik", Hwitaek melirik Shinwon yang menjauhkan duduknya.

"Ya baiklah, saya memang hanya pengasuh", Shinwon akan beranjak dari duduknya tapi Hwitaek menahan lengannya agar kembali duduk. Shinwon mengerutkan dahinya menatap Hwitaek. Dia hampir saja mengumpat diwajah bosnya itu.

"Kenapa buru-buru? Jadwal Wooseok berikutnya masih setengah jam lagi", Hwitaek memajukan wajahnya mendekati Shinwon yang ikut memundurkan wajahnya setiap kali Hwitaek mendekat.

"Saya harus menemani Wooseok sarapan", Shinwon menahan dada Hwitaek agar menjauh. 'Apa maunya si brengsek ini? Kubunuh kalau dia berani macam-macam', Shinwon memaki Hwitaek dikepalanya saat tangan pria itu bertengger dipahanya.

"Kau sudah menemaninya semalaman, tidak bisakah kau temani aku pagi ini? Aku juga kesepian", Hwitaek berujar lembut didepan wajah Shinwon. Senyum manis bertengger dibibirnya saat Shinwon berhenti memundurkan wajahnya dan balas menatapnya lembut.

"Itu karena sikap tuan yang sangat arogan", Shinwon mendorong Hwitaek menjauh dan segera berdiri. Membungkukkan tubuhnya dalam sebelum berbalik keluar kamar dengan cepat.

Beauty And The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang