Setelah malam itu, Gracia mencoba untuk melupakan tentang Lidya. Kakak Senior yang sudah berhasil mencuri hatinya. Ia mencoba segala macam cara agar bisa menerima Nina untuk masuk kedalam hatinya. Lambat laun, usaha Gracia membuahkan hasil. Perlahan ia bisa menyayangi Nina, lebih dari kata sahabat, tapi tidak mengurangi perasaannya ke Lidya. Sekalipun mereka jarang sekali bersama tapi, Lidya sangat susah disingkar dari hatinya. Semacam sakit, tapi gak berdarah. Ya, kayak kesleo lah. Tapi di hati.
Kebersamaan mereka tak berlangsung lama, bukan selesai dengan hubungan ini. Tapi, karena harus terpisahkan status. Gracia yang saat itu sudah resmi menjadi anggota dari Team T. Sedangkan Nina tetap menjadi siswi pelatihan atau trainee bersama beberapa member trainee yang lain. Perlahan jadwal mereka sangat susah untuk di satukan. Gracia merasa ia harus lebih berbaur dengan yang lain. Dunianya bukan Cuma Nina dan Kak Lidya. Berbeda dengan Gracia. Shani malah merasa seperti aji mumpung. Orang yang selama ini ia sukai diam-diam sedikit memiliki jarak dengan kekasihnya. Pelan tapi pasti, Shani mulai masuk kedalam hidup Gracia. Namun, banyak fans yang suka saat Gracia dan Shani menjadi satu. Sampai akhirnya ada sebuah event comblang yang diadakan pertama kali di theater saat ramadhan. Dimana kabar Lidya danso menjadi jomblowan, membuat lutut Gracia melemas. Karna hari itu ia juga danso menjadi Jomblowan. Saat itu Lidya memilih Shani. Dan sebaliknya Shani pun memilih Lidya. Ada sedikit cemburu yang ia rasakan. Tapi, tidak boleh. Ia sudah punya Nina. seseorang yang selalu ada untuk Gracia menghapus Lidya.
Semakin hari, Gracia semakin mempunyai jarak terhadap Nina. Sejak Nina diangkat menjadi member Team T. Bukan membuat keduanya menjadi dekat, malah memberikan jarak membentang untuk keduanya. Sampai tiba hari dimana, saat ia membuka media social terlihat banyak foto Nina dengan lelaki yang di claim Nina sebagai 'Teman Masa Kecil'. Sayang, bukti yang tersebar sudah terlalu banyak. Mustahil bila teman masa kecil berpose saling menggenggam tangan erat. Dada Gracia mendadak sesak. Ia menggenggam erat hpnya. Ia mulai memainkan jarinya. Mengetik sebuah pesan untuk Nina.
*Line Opened*
Makasih ya :)
NinaH: Gre, aku bisa jelasin. Ini semua gak kayak yang kamu pikirin. Aku punya alasan. Nanti aku jemput kamu ketheaternya. Kita omongin ini langsung.
Gausah. Gapapa kok. Mungkin ini juga salah aku. Mungkin kamu udah terlalu lelah.
NinaH: Gre. Kita gak bisa bahas ini di chat. Gak akan ketemu. Kita harus ngomong. Kita ketemu sekarang. Aku jemput kamu.
Setelah menerima pesan terakhir itu, Gracia melempar hpnya kekasur. Meluapkan lukanya sendiri. Satu minggu yang lalu ia baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 16. Dan Nina memberikan kado yang sangat menyedihkan. 45 menit sibuk dengan selimut dan air mata, di luar terdengar suara klakson keras. Itu jelas Nina. Ia mulai siap-siap. Karena hari ini dia juga ada show. Ia mencuci mukanya, menyamarkan bekas air mata yang lancang melewati pipinya. Ia turun, tak menghiraukan Nina yang udah berdiri nungguin dia. Gracia langsung masuk ke mobil Nina di susul Ninanya sendiri. Dalam mobil hanya ada keheningan. Gracia memalingkan pandangannya ke jalanan. Semakin sesak rasanya saat Nina sesekali mencoba melihat kearah Gracia. Nina sudah tidak tahan dengan suasana ini. Ia menghidupkan lampu hazzardnya, dan menghentikan mobilnya di pinggir jalan tol. Ia menarik tangan Gracia, mencoba membuat Gracia menoleh kearahnya.
"Maaf, iya aku salah. Waktu itu, aku ngerasa bener-bener lelah. Pada kenyataannya, gimanapun usahaku bikin kamu bahagia, perhatian kecil dari dia buat kamu lebih berharga, Gre. Pelan-pelan dia dateng. Dia selalu bikin aku senyum. Sampai akhirnya aku ada di posisi kamu. Posisi dimana aku mencintai orang lain. Dan ada seseorang yang mengupayakan dirinya untuk masuk di hatiku. Aku coba kasih dia kesempatan. Sampai akhirnya jujur aku nyaman sama dia. Kamu boleh marah, aku minta maaf. Ini emang salah aku. Kalo kamu minta kita untuk jalan masing-masing, aku bakalan terima. Tapi, please jangan berhenti juga jadi sahabat aku." Gracia mencerna semua kata yang keluar dari mulut Nina. semakin ia pahami semakin sesak di dadanya. Tapi, Nina benar. Dan ia rasa ini bukan sepenuhnya kesalahan Nina. dia sendiri ada dalam kesalahan itu. Tangan Gracia terangkat menghapus air mata Nina yang menetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Some piece of Lidya
FanfictionSepenggal lantunan nada, menggambarkan keadaan hatiku.. LMD, Kang Jejogedan, 20 Tahun