Surup-surup senja menyelimuti senja, membiarkan seseorang terlelap dengan dengkuran halus di dalam ruangan yang pekat aroma obat. Seorang gadis tampak menyibukkan diri, dan membunuh bosannya sendiri. Berharap seseorang yang terbaring lemah diatas kasurnya bisa cepat siuman. Tiba-tiba pintu di buka, membuat gadis itu terkaget, dan segera berdiri dari duduknya.
"Masih belum bangun aja anaknya?" Gadis itu menggapai tangan seseorang yang baru saja datang. Dan keduanya berjalan kearah sofa yang ada di dalam sana. "Belum, Tante. Tadi dokter Ira kesini lagi. Bilangnya sih efek dari obatnya, paling nanti jam tujuh udah bangun" Keduanya menyandarkan punggungnya di sofa, sama-sama menghela nafas lelah. Satu hari ini harus mondar-mandir di Rumah Sakit. "Makasih ya, Shani. Tante gak tau lagi harus ngehubungin siapa buat jagain anak nakal satu itu. Kamu kan yang akhir-akhir ini deket sama dia" Hati Shani mencelos mendengar kalimat terakhir yang meluncur dari Ibu seseorang yang masih terbaring lemah di ranjang sebelah sofa itu. "Iya gapapa kok, Tan. Lagian dulu juga kalo Shani sakit yang ngejagain Kak Lidya." Ibu Lidya pun berdiri, berjalan kearah jendela yang masih terbuka. Lalu menutupnya.
"Shani ada latihan lagi gak? Boleh Tante minta tolong?" Tanya Ibu Lidya yang sekarang berdiri di samping ranjang. Shani menoleh ke arah Ibu Lidya, mengernyitkan dahinya bingung "Gak ada sih, Tante. Palingan besok harus siap-siap dari pagi."
"Tante, harus pulang abis ini. Ada sodaranya Lidya yang dateng ke rumah juga soalnya. Tapi, kamu besok pagi banget kan ya. Yaudah Lidya tinggal sendirian aja. Dia udah biasa kok." Ibu Lidya mengambil tasnya, lalu dengan cepat Shani menahan tangan Ibu Lidya. "nghhh, Biar Shani yang jaga aja, Tan. Kasihan kalo Kak Lidya bangun sendirian." Ibu Lidya tersenyum lalu mengangguk kan kepalanya sekilas "Padahal Lidya emang udah kebiasaan di kamar rumah sakit sendiri. Tapi, yaudah gapapa. Nanti, Pak Kardi abis nganterin kerumah, Tante suruh stay disini. Jagain dari depan. Jadi kamu kalo mau berangkat ke venue hs tinggal minta Pak Kardi anter aja ya." Shani tersenyum lalu mengangguk kan kepalanya pelan. Lalu ikut berdiri, mengantarkan Ibu Lidya keluar dari kamar inap Lidya. Setelahnya ia kembali duduk di samping ranjang Lidya, mengamati wajah pucat yang syahdu. Beberapa kali bunyi handphone Lidya menusuk telinga Shani, seperti menusuk melihat preview chat antara sahabatnya dengan Lidya. Entah karena dia masih mencintai Gracia, atau dia benar-benar sudah terjebak dengan Lidya. Ia menggelengkan kepalanya pelan, saat seonggok Desy menelusup juga di benaknya. Lalu kembali menggenggam Lidya dan terlelap karena keheningan juga kerinduan.
~o~
Jam menunjuk kan pukul 21.28, tapi gak satupun chat dari Gracia yang di baca apalagi di bales. Membuat Gracia seharian tidak bisa berfikir fokus. Dijalan pulang setelah kegiatan pun, Gracia tetap menatap nanar kaca jendela mobilnya. Ia sangat khawatir akan keadaan Lidya. Papa Gracia yang sedari tadi melihat kegundahan putri satu-satunya pun tak berani menanyakan apapun. Sampai akhirnya mobilnya sudah sampai di rumah. Gracia memberi salam sebentar lalu segera masuk kekamarnya.
Sesampainya di kamar, Gracia sedikit memberanikan dirinya untuk menekan nomor telepon Mama Lidya. Setidaknya ia hanya ingin tahu bagaimana keadaan Lidya. Itu saja sudah cukup.
Tut...tut...tut..
'Hallo, Selamat malam?' Suara di sebrang sana, membuat jantung Gracia terpacu lebih cepat dari biasanya, ia menarik dan membuang nafasnya teratur.
"Nghh, Iya malem, Tante. Aku Gracia, temen satu tim nya Kak Lidya. Denger-denger Kak Lidya lagi drop, Te? Keadaannya sekarang gimana?" Tanya Gracia sedikit takut.
'Oh Gracia, yang akhir-akhir ini di deketin Lidya ya?' Mata Gracia melotot, memikirkan jawaban yang pas untuk diutarakan, sayangnya belum sempat Gracia menjawab, Mama Lidya sudah kembali melanjutkan omongannya. 'Gapapa, Gre. Lidya tadi siang udah sempet siuman. Abis itu tidur gara-gara pengaruh obat. Tapi, tante ga tau deh sekarang udah bangun apa belum anaknya. Soalnya terakhir jam 5 sore tadi tante tinggal, masih tidur anaknya'
KAMU SEDANG MEMBACA
Some piece of Lidya
FanfictionSepenggal lantunan nada, menggambarkan keadaan hatiku.. LMD, Kang Jejogedan, 20 Tahun