"Ayah ayo berangkat aku sudah siap" kataku sedikit kesal karena ayah tidak keluar-keluar dari kamarnyaApadahal ini sudah hampir siang dan aku tidak mau sampai melewatkan sedikitpun bagian karnaval nanti
"Aaaayyaaaaaaah" teriakku sekali lagi
"Apasih Runa pagi-pagi udah teriak teriak emang ini hutan apa?" jawab ayah yang sudah berada disampingku
"Emang ini hutan ayah, bahkan ini tengah hutan" tegasku sekali lagi
Inilah kebiasaan ayahku selalu saja mengatakan hal-hal yang diluar kepala dan terkesan aneh.
Menurutku"Oh iya ayah lupa, hehe" jawabnya sambil menggaruk pipinya yang aku tau sekali itu tidak gatal
"Ayah memang selalu lupa kan, udah ah ayo kita berangkat yah aku tidak mau sampai kelewatan" ucapku sambil menarik lengan ayah untuk berjalan
"Eh..eh.. Iya Runa ayo kita pergi dan ayah bisa berjalan sendiri tanpa kamu tarik sayang"
"Ayah sih lama jadi jangan salahin aku kalau aku narik ayah" katanya kesal karena ayah dari tadi hanya menggodaku
"Iya iya ayah salah, ayo kita berangkat"
Author pov
Membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk sampai di alun-alun kota
Selama perjalanan ayah dan anak itu selalu bercanda satu sama lain bahkan tidak jarang diantara keduanya merasa kesal atas ucapan yabg mereka sendiri lontarkan
Runa selalu memakai jubah merah yang menjuntai menutupi seluruh tubuh kecilnya sampai mata kaki dengan dilengkapi tudung yang senada warnanya
Dia selalu memaki jubah itu ketika mereka akan mengunjungi kota etah untuk membeli perlengkapan untuk kebutuhan sehari-hari maupun seperti sekarang untuk melihat karnaval
Alasan Runa memakainya adalah karena dia tidak ingin orang lain ketakutan dan menghinanya saat melihat fisiknya itu
Alasam yang simple dan sederhana namun mengandung arti yang sangat menyedihkan
Runa pov
"Wah ramai sekali disini"
Bukan karena alasan apa aku berkata seperti itu tapi suasana dikota ini benar-benar ramai oleh para penduduk
"Ayah, kenapa ramai sekali?" tanyaku pada ayah yang sedari tadi menggandeng tanganku
"Mereka semua beramai-ramai kesini supaya bisa melihat pangeran Alex" jawab ayah yang sontak membuatku menganga
"Pa..paa..pangeran?" jawabku terbatagadis
"Iya pangeran, memangnya kenapa?" kata ayah
"Bukannya ayah bilang ini karnaval lalu kenapa ada iring-iringan pangeran?" tanyaku lagi masih tidak terima
"Oh iya ayah lupa bilang, karnaval ini diadakan untuk menyambut kepulangan pangeran Alex ke instana ini" aku hanya mengernyit tidak mengerti dan seperti biasa ayah mengerti ekspresiku yang mengisyaratkan 'aku masih tidak mengerti' ayah langsung melanjutkan penjelasannya
"Pangeran Alex itu selama ini berada di Xilium, dia dikirim kesana agar dia menjadi pangeran yang gagah dan layak untuk menggantikan raja nanti" aku hanya bisa ber"o" ria mendengar penjelasa ayah
Tidak lama kemudian terdengar suara terompet kerajaan yang menandakan bahwa iring-iringan pangeran telah tiba
Teeet teeereeet teeeeereeet
Datanglah iring-iringan pangeran yang disambut teriakan histeris dari para penduduk terutama para gadis
Bukan karena apa mereka bersikap seperti itu karena yang aku dengar tadi "pangeran Alex itu sangat tampan"
"Pangeran Alex gagah bagaikan dewa yunani"
"semoga aja dia menjadikanku ratunya" dan bla bla bla masih banyak lagi"Memang setampan apasih pangeran Alex itu sampai mereka teriak-teriak seperti itu sakit kupingku mendengarnya" kataku dalam hati
Rombongan pangeran semakin dekat dengan seorang pemuda berkuda putih yang aku yakini sebagai pangeran Alex
Perlahan kuda putih itu semakin dekat kearahku dan dapat aku rasakan bahwa kuda itu berhenti didepanku
Namun, sebelum aku dapat melihat wajahnya seseorang tanpa sengaja menyenggol penutup kepalaku dan memperlihatkan wajah buruk rupaku
"Eh maaa......aaaaaa monster!!!" teriak seseorang yang tadi menyenggolku
Dan seperti biasa jika ada orang yang melihat wujudku aku akan selalu kabur menghindari omongan orang lain yang melihatku selanjutnya
Tapi saat aku sedang berlari hampir ketengah hutan tiba-tiba aku menubruk seseorang
Brukk
KAMU SEDANG MEMBACA
Gin ōkami
WerewolfRamalan itu... Ramalan yang merubah semuanya, bahkan merenggut segalanya. Memang benar kata pepatah, jika kita menginginkan sesuatu maka kita harus melepaskan sesuatu yang kita miliki. Tapi aku tidak bisa melepaskan apa yang telah aku miliki, karena...