Berdebar

17 6 2
                                    


Hari-hariku tidak lagi sepahit dan sehambar dulu, sekarang aku memiliki Alex, penyemangat sekaligus orang yang selalu menjadi alasanku untuk tersenyum.

Memiliki?

Apa aku pantas mengatakan hal itu? Entahlah, pantas atau tidak pantas tapi aku memang memiliki dia disampingku--sebagai teman.

Percakapan yang aku dan Alex lakukan sore hari itu membuatku menyadari satu hal, dia adalah sosok malaikat yang dikirimkan moongodnes kepadaku untuk berada disampingku.

Sekarang aku tidak menginginkan apapun lagi, tetaplah membuat ayah dan Alex selalu disampingku moongodnes ucapku dalam hati seraya berdoa

"Hei" suara seseorang membuyarkan lamunanku, siapa lagi kalau bukan Alex. Dia selalu saja merusak lamunanku dan menyuruhku ini itu, sangat menyebalkan.

Kuedarkan pandanganku kesegala arah untuk menemukan pemilik suara, disana... Pemuda itu--Alex--yang memanggilku, sedang kesusahan mencabut pohon ketela dari dalam tanah.

Kulangkahkan kakiku menuju dia berada "apa?" jawabku ketus setelah aku sampai dihadapannya. Biarkan saja, jawabanku yang terkesan ketus itu, aku memang sebal sama dia, karena dia selalu melakukan apapun seenaknya.

"Tanya lagi, nih... Tidak liat aku lagi kesusahan"

"Tidak" jawabku asal, yang sukses membuat dia berdiri tegak dan berjalan kearahku

"Matamu tidak buta kan?" tanyanya seraya menangkup pipiku dengan kedua tangannya yang sukses membuat kerja jantungku lebih cepat

Dug dug dug

Aduh, kenapa dengan jantungku? Kenapa dia berdebar sangat cepat kataku dalam hati, kutepis tangannya dan kulangkahkan kakiku sedikit menjauh darinya karena aku tidak mau dia mendengarkan debaran jantungku yang seperti suara kentongan saat perayaan, sangat berisik dan kencang.

                         
                                ***

Lihat lah dia, wajahnya memerah seperti tomat, ah lucunya.

Jangan kalian kira fisik Runa yang tidak normal dan bahkan menjauhi kata sempurna itu sangat jelek, buktinya aku bisa terpesona dengannya.

Meskipun bukan karena wajahnya namun, senyumannya sangatlah manis dan tidak dipaksakan seperti banyak orang yang ingin mendekatiku untuk menjadi pasanganku atau bahkan sekedar menjadi temanku.

Dia....berbeda
Senyumannya sangatlah tulus, walaupun banyak orang yang mencaci makinya namun dia terlihat sangat tegar dan masih bisa tersenyum bahagia, ah aku kagum padanya.

Lihatlah dia, sepertinya dia malu aku perlakukan seperti tadi. Inilah salah satu hal yang membuatku terpana dan jatuh hati padanya.

Ya...aku telah jatuh hati padanya ketika aku melihat dia dengan tulusnya tertawa dan menari-nari ditengah hamparan bungan yang kala itu sedang mekar.

Sungguh manisnya..

"A-aku tidak apa-apa" ucapnya terbata-bata

Aku senang sekali menggodanya, apalagi sampai membuat dia tersipu malu seperti ini "atau matamu sudah tidak bisa melihat lagi?" godaku sekali lagi

Kulihat dia mendengus dan menghembuskan nafasnya dengan kasar ahai aku berhasil sorakku dalam hati

"Alex, apa bedanya mata yang buta dengan mata yang tidak bisa melihat" jawabnya dengan sarkasik

Gin ōkami  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang