Jimin merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan ponsel yang menempel di telinga. Bunyi operator yang hendak menyambungkan sambungannya terdengar jelas dan teratur. Setelah mencapai bunyi keenam, Jimin pun menyerah.
Taehyung belum kembali. Matahari sudah tinggi dan sebentar lagi menyentuh titik puncak. Sebenarnya apa yang terjadi?
Taehyung maupun Sohyun, keduanya tidak bisa dihubungi. Lebih tepatnya, mereka tidak mengangkat telepon Jimin.
Ia pun mengacak rambutnya pelan. Ia bisa mati kebosanan jika terus sendirian di rumah tanpa aktivitas yang berarti.
Lagipula, besok malam Jimin harus sudah kembali ke Paris. Ia harus memanfaatkan waktu sampai besok disini jika tidak ingin cutinya terbuang sia-sia.
Dan kencan tiga hari bersama Sohyun. Ia sama sekali tidak boleh menyia-nyiakannya.
Persetan dengan misi. Jimin sudah tidak peduli. Berhasil atau tidak, Jimin hanya ingin menghabiskan waktunya bersama Sohyun di hari-hari terakhirnya di Korea.
Tapi sudah hampir setengah hari, perempuan itu malah tidak ada kabar.
Jimin menghela napas panjang sambil menaruh lengannya di atas kepala, menutupi kedua matanya.
Min Yoongi.
Ada sesuatu dengan lelaki itu. Pasti suatu hal buruk terjadi dalam hubungan Yoongi dengan Sohyun. Skenario paling buruk, keduanya putus. Kesalahan Yoongi, jika menurut Jimin.
Dan Jimin hanya bisa berharap dirinyalah orang pertama yang menawarkan bahu untuk Sohyun di saat sulit seperti ini.
Tapi nyatanya? Sepertinya Sohyun sudah bersama Taehyung.
Jimin mengulas senyum kecil. Mengingat bagaimana sahabatnya juga jatuh akan pesona seorang Lee Sohyun, gadis yang sangat biasa saja, tapi mampu menarik hati tiga lelaki sekaligus.
Pikiran Jimin mulai berputar. Ada sesuatu dalam dirinya yang mengatakan bahwa ia cukup sakit setelah menyadari bahwa Taehyung satu langkah lebih maju darinya dalam menggapai Sohyun.
Haruskah ia egois? Pergi dan mengambil Sohyun untuknya? Hanya untuknya?
Ataukah kali ini Jimin harus memalsukan statusnya sebagai sahabat yang baik dan merelakan Sohyun untuk Taehyung? Di saat seperti ini?
Jimin menggigit bibirnya tanpa sadar. Keningnya mengerut perlahan.
Tidak, tidak. Ia tidak ingin memilih pilihan kedua.
Jimin sedang ingin egois.
Ia ingin Sohyun.
Like, right now.
*
"Dia belum mengabari apapun?"
Manajer Selena, Stuart, menyentuh bahu Namjoon saat proses rekaman terakhir sedang berlangsung.
Namjoon yang masih memakai headphone agar dapat mendengar suara merdu Selena Gomez untuk lagunya, menggeleng.
"Nope," katanya singkat. Lalu kepalanya bergerak mengiringi musik yang menjejali telinganya.
Stuart menggigiti ibu jarinya, ia bergerak tidak tenang di belakang Namjoon. Hingga bagian terakhir selesai dinyanyikan oleh Selena, Namjoon berbicara melalui mikrofon di depannya, "Oke. Ini sudah bagus." Ia melempar senyum kearah Selena Gomez yang berada di dalam ruang rekaman yang dibatasi kaca soundproof.
Tampak Selena tersenyum simpul sebelum membuka headphone-nya. Perempuan itu meneguk air mineral yang disediakan di dalam sebelum melangkah keluar ruang rekaman.
![](https://img.wattpad.com/cover/75865296-288-k779657.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[myg] Sweet Yet Bitter ✔
FanfictionMin Yoongi bekerja menjadi produser musik di Amerika. Dan disinilah SoHyun, harus menelan utuh hubungan jarak jauhnya dan mencoba bertahan dari rasa rindu. Stat : COMPLETED