Sohyun mengerutkan keningnya. Ia menatap Jimin dan Yoongi bergantian. Bibirnya yang bergetar hebat digigit kuat.
Ia harus memilih di antara keduanya.
Ia pejamkan matanya sesaat sebelum menarik dalam napas-napas.
Keputusannya bulat. Ia memilih satu nama. Ia hanya berharap pilihannya adalah yang terbaik untuknya dan bayinya. Sohyun tidak memikirkan hal lain selain itu.
"Aku memilih..." Sohyun mulai bersuara.
Yoongi dan Jimin refleks menjilat bibir mereka yang kering. Bulu kuduk berdiri akibat panik. Dengan wajah dipalingkan, Sohyun tidak bisa membaca wajah keduanya.
Tetapi nama itu kerap melayang-layang dalam kepalanya. Seberapa keras Sohyun memikirkan pilihannya, nama itu kerap muncul. Sohyun sama sekali tidak bisa menyangkalnya.
"...Min Yoongi."
Sontak, Jimin dan Yoongi mengangkat wajah mereka, terkejut.
Begitu pula Sohyun.
Ketiga pasang mata menatap mulut pintu yang terbuka. Di sana berdiri Ibu Sohyun.
"Yoongi-ya," panggilnya.
Tatapannya sayu. Tampak gurat-gurat penuaan terlihat jelas di setiap sudut wajahnya. Matanya sembab akibat terlalu banyak menangis. Bibirnya mendatar, tidak tersenyum sama sekali.
Min Yoongi, sang pemilik nama yang dipanggil langsung bangkit dari duduknya. Meskipun kepayahan, ia tepat berusaha untuk berdiri tegak. "Y-ye, eommeonim?"
Ibu Sohyun menatap Jimin sesaat sebelum berpaling kepada Yoongi. Ia mengusap pelan lengannya sendiri.
"Bisakah kau ikut aku? Biarkan Jimin bersama Sohyun untuk sementara," katanya pelan.
Ketiga pasang mata itu membulat, terkejut.
"Ani, Eomma—"
"Menurut saja padaku," Ibu Sohyun memotong apapun yang hendak anaknya katakan. Otomatis, Sohyun menutup mulutnya.
Berat rasanya untuk keluar dari ruangan itu, meninggalkan Sohyun bersama Jimin. Seberapa banyak ia tahu Jimin bukan orang berbahaya, tetapi pengalaman sebulan lalu dimana Jimin tinggal hanya berdua dengan Sohyun malah mengakibatkan kehamilan bagi Sohyun. Dan Yoongi tidak ingin ada hal lain yang lebih daripada itu.
Perlahan, Yoongi meraih kruknya dan berjalan menyusul Ibu Sohyun yang telah berjalan lebih dulu keluar ruangan. Di tiap langkahnya, ia melihat ke arah Sohyun yang juga tengah menatapnya. Setelah menelan ludahnya sekali, Yoongi mencamkan dalam hati bahwa ia tidak mau terlalu khawatir. Ia percaya pada Sohyun.
Sungguh, ia percaya.
Pintu pun ditutup.
Jimin menghela napas panjang. Dengan kepala tertunduk, sesekali ia mencuri pandang Sohyun yang tengah menyisir rambutnya ke belakang.
Jimin bersumpah, ia hampir mengumpat karena Sohyun nampak sangat cantik di matanya.
Wajah Sohyun mengeras setelah tahu Ibunya mengambil Yoongi dari sana. Mulutnya tiba-tiba masam, ia tidak tahu apakah jawabannya akan tersampaikan atau tidak.
Tiba-tiba ia jadi ragu.
Ibunya menyerahkannya kepada Jimin. Harusnya beliau tahu, Sohyun tidak mengenalnya. Bagaimana bisa Ibunya meninggalkan putri satu-satunya di tangan orang asing? Sohyun jadi merinding sendiri.
Pilihannya yang sempat terpikirkan tiba-tiba terbelah dua. Ia jadi ragu.
Lalu maniknya beralih ke arah Jimin yang juga tengah menatapnya. Mulutnya tertutup. Tidak ada yang bersuara. Keduanya tengah mencoba membuat percakapan melalui tatapan.
![](https://img.wattpad.com/cover/75865296-288-k779657.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[myg] Sweet Yet Bitter ✔
FanficMin Yoongi bekerja menjadi produser musik di Amerika. Dan disinilah SoHyun, harus menelan utuh hubungan jarak jauhnya dan mencoba bertahan dari rasa rindu. Stat : COMPLETED