Pip pip pip pip cklek
Jungkook memasuki flat-nya perlahan. Tas besarnya tampak semakin besar dibandingkan ketika ia berangkat. Hari sudah malam dan Jungkook tidak ingin melakukan apapun selain bergelung dalam selimut untuk melepas lelah, tidur.
Hingga ia menangkap sepasang flat shoes yang sangat familiar di dekat pintu.
“Sojin Nuna?”
Tubuhnya bergerak cepat untuk masuk. Wajahnya berubah panik. Ia jatuhkan tasnya sembarang. Matanya segera memindai keadaan flat-nya yang gelap.
“Sojin Nuna?”
Tidak ada pikiran untuk menyalakan lampu, Jungkook terus melangkah masuk. Kepala dan mulutnya kerap menyebutkan nama kekasihnya.
“Sojin Nu--”
“Hiks,”
Di ujung sofa, Jungkook melihatnya. Sojin tengah meringkuk dengan selimut menyelimuti tubuhnya. Kotak tisu tergeletak di dekat kakinya dengan tisu-tisu bekas berserakan dimana-mana. Botol soju dan kaleng bir pun tersebar di meja dan lantai.
“Astaga, Jung Sojin! Apa yang terjadi?”
Jungkook menghambur ke arah Sojin. Ia rengkuh gadis itu yang masih terisak. Dibenamkannya kepala Sojin ke dadanya. Tangannya bergerak mengusap kepala gadisnya dengan lembut. Dari sana, Jungkook dapat mencium bau alkohol yang sangat kuat. Sojin mabuk berat, ia yakin.
“Ada apa? Apakah kau sakit? Kau tidak menyakiti dirimu sendiri, kan? Apakah ada seseorang berbuat jahat padamu? Hm?”
Pertanyaan-pertanyaan meluncur dari mulutnya. Dalam kegelapan, air wajah Jungkook terpancar kekhawatiran. Ketika ia menangkup pipi hangat Sojin yang basah akibat air mata, tangannya segera ditepis.
“Jangan sentuh aku.”
Jungkook berkedip sekali. “Ap-apa?”
Perlahan, Sojin mendongak. Dari cahaya lampu jalan yang menyusup masuk melalui celah jendela, Jungkook dapat menangkap genangan air mata di mata gadisnya.
“Bersenang-senang tanpaku? Tanpa omongan apapun semenjak kau pergi tiga hari lalu? Tak tahukah kau bahwa aku sangat mengkhawatirkanmu? Dikirim pesan, tidak balas. Ditelepon, tidak diangkat. Aku tidak punya satupun nomor teman atau dosen pembimbingmu. Mana kutahu kau selamat di jalan atau tidak. Kau pikir bagaimana perasaanku, hah?!”
Air mata Sojin mengalir dengan derasnya. Ia pun mendorong Jungkook yang diam seribu bahasa.
Ah, benar. Dia lupa.
Menelan ludahnya, Jungkook segera merogoh saku celana untuk mengeluarkan sebuah benda pipih berwarna hitam.
“Lihat ponselku.”
Jungkook menaruh ponselnya di meja. Ketika Sojin melirik ke arahnya, hancur yang ia lihat. Ponsel hitam itu remuk tak berbentuk, rusak. Keningnya mengerut kuat sampai ia kembali menatap Jungkook, menuntut penjelasan dengan air mata yang mengalir di pipi.
“Terlindas mobil di rest area. Nomormu terlalu sering diganti jadi aku lupa nomormu yang sekarang sehingga aku lupa menghubungi,” jelas Jungkook kemudian.
Mendengar itu, rahang Sojin bergetar. “Tetap saja. Hiks,”
Jungkook pun menghela napasnya. Dengan sisa tenaga yang ia punya, Jungkook menggendong Sojin sebelum bokongnya sendiri jatuh ke sofa dan ia taruh kekasihnya di pangkuannya.
“Maafkan aku. Oke? Aku janji tidak akan mengulanginya lagi.”
Sempat terkejut karena Jungkook mengangkat tubuhnya seolah tak ada beban, Sojin langsung menunduk. “K-kau tahu benar bahwa aku tidak suka jika kau berjanji.”
![](https://img.wattpad.com/cover/75865296-288-k779657.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[myg] Sweet Yet Bitter ✔
FanfictionMin Yoongi bekerja menjadi produser musik di Amerika. Dan disinilah SoHyun, harus menelan utuh hubungan jarak jauhnya dan mencoba bertahan dari rasa rindu. Stat : COMPLETED