Kami turun menuju lobi tempat aku bertemu dengan Pak Nakao, kemudian berbelok ke dalam koridor yang telah dikuasai suara ramai oleh siswa di sini. Sama seperti semua yang ada di setiap sekolah Jepang, kantin tampak terlalu luas dan anehnya di atur dengan tema modern kontras dengan eksterior klasik. Jendela-jendelanya yang terbuka ke halaman, Menuju gerbang utama.
"Yap~! Inilah Kantin...~!"
Pernyataan antusiasnya yang jelas membuat orang-orang di sekitar menatap kami, tetapi Aiko sepertinya tidak peduli, jadi kami menuju antrian untuk memilih makanan. Ada daftar pilihan menu makanan yang agak panjang, yang sepertinya lezat. Hingga aku menyadari bahwa kebanyakan dari menu ini adalah untuk mengakomodasi siswa yang membutuhkan diet khusus. Betapa baiknya, rasanya aku ingin kembali ke rumah sakit, makan bagian-bagian yang diukur dengan presisi ilmiah untuk memenuhi kebutuhan pasien. Aku memilih sesuatu secara acak dan mengikuti Narumi ke sebuah meja, dan duduk di hadapannya.
Saat aku mengunyah makanan yang tidak biasa, sesuatu yang jarang dan terasa lezat. Aiko menarik lengan bajuku ke samping untuk menarik perhatianku dan menunjuk pada Narumi.
"....."
Sejujurnya aku benar-benar tidak mengerti bahasa isyarat. Aku hanya bisa melihat gerakan yang cepat dari kedua tangan dan jarinya.
"Apakah kamu ingin mengetahui sesuatu?"
"Hmm tentang apa?"
"Tentang apapun! Kami adalah pembimbingmu jadi kamu harus bertanya apakah ada yang ingin kamu ketahui ~!"
"Hmmm, oh iya. Apakah ada perpustakaan di sekolah ini? Akhir-akhir ini aku banyak membaca, jadi aku ingin mengunjunginya."
Aiko memberi kerutan di dahinya yang membuatnya terlihat jelas bahwa dia tidak mempertimbangkan pertanyaan itu yang berdasarkan dari hobiku, membaca buku. Tetapi kemudian dia mengangkat senyumnya.
"Ada ~! Ada di lantai dua, kami bisa menunjukkannya padamu kapan-kapan!"
"Terima kasih."
Aku kembali menikmati makanan dihadapanku, sementara gadis-gadis berbicara di antara mereka sendiri.
***
Aiko dan Narumi berjalan menuju kelas dengan semangat, melontarkan sesuatu sepintas ke arahku tetapi Aiko menahan diri untuk tidak menerjemahkannya. Mungkin mereka berbicara tentang barang-barang gadis yang sensitif atau semacamnya.
Kami sampai di kelas lebih awal, tetapi kami bukan yang pertama. Gadis berambut lurus panjang yang aku perhatikan sebelumnya terduduk melamun melihat pemandangan dibalik jendela. Dia melompat sedikit saat Aiko menabrak ruangan dengan keanggunan sebuah Badak, dia tertunduk lebih dalam di tempat duduknya. Aku bisa merasakan ketegangannya jauh-jauh dari sini, seolah-olah dia perlahan-lahan berubah menjadi batu, hanya dari kehadiran Aiko dan Narumi. Entah tidak memperhatikan atau memahaminya, Aiko dan Narumi berjalan langsung melewatinya ke tempat duduk mereka dan mulai bercakap-cakap. Aku sedikit bingung dengan cuplikan kejadian yang terjadi. Bahkan saat kelas perlahan terisi dengan siswa lain dan diakhiri oleh seorang yang akan mengajarkan sebuah materi, sang guru.
Memasuki irama materi yang diajarkan sedikit terasa aneh, seolah otakku hanya bisa menyalin suara yang dipancarkan dari mulut sang guru. Menjelang akhir kelas, aku mulai menguap dan menghitung menit waktu yang tersisa. Rasa lelah di hari pertama sekolah mungkin akibat terlalu lama di rumah sakit sehingga tubuh ini lemah secara fisik dan tidak bernyawa.
Tak lama, bel terakhir berbunyi, akhirnya sekolah berakhir. Di depanku, Aiko dan Narumi sedang berbicara singkat. Setelah sedikit pertimbangan, mereka berpaling kepadaku.
"....."
"Sayangnya kita tidak bisa tinggal dan menemanimu berkeliling hari ini. Ren, Kita harus buru-buru, karena ada banyak pekerjaan yang harus kita lakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Scar and Arrhythmias
RomanceSeorang anak laki-laki SMA yang memiliki sebuah penyakit jantung. Kemudian dia pindah ke sekolah yang khusus menerima siswa yang disabilitas. Disana dia bertemu seorang perempuan yang memiliki bekas luka dikarenakan suatu kejadian. Pertemuan itu mul...