1.6 Game

82 7 0
                                    

Setelah jam sekolah berakhir, Narumi dan Aiko dengan cepat menemukanku di luar kelas dan mencegatku, seakan diriku mencoba untuk melarikan diri dari mereka berdua. Aku merasa sedikit terganggu, tetapi aku sudah mempertimbangkannya bahwa ini hanya sebuah permainan dan tidak ada maksud akan mengajakku bergabung dengan OSIS. Namun demikian, mereka tidak memberiku sebuah ruang untuk bergerak. Beberapa kali, diriku sempat bersentuhan dengan Narumi ataupun Aiko karena pengawalan mereka, itu membuatku terasa malu dan khawatir.

"Ada apa dengan pengawalan ini? Aku sedikit merasa tidak nyaman.."

Bahkan, itu membuat diriku merasa seperti tahanan berbahaya yang diangkut dari selnya.

"Wahahaha! Ada apa, Ren?"

"..."

"Itu benar, kita hanya akan bermain game Risk, ingat?"

Aku sudah tidak tahu lagi, ini terlihat sedikit menyeramkan bagiku. Aku mulai berpikir bahwa ketika diriku duduk untuk untuk bermain game, mereka akan mengikat dan menyiksaku sampai diriku setuju untuk bergabung dengan OSIS. Yahhh, itu sangat tidak mungkin, tapi tetap saja ... Untuk beberapa alasan, sepertinya itu akan sangat masuk akal ...

Aku pikir, ruang OSIS agak jauh dari kelas kami hingga perlu mengawasiku dari semua sisi, ternyata hanya dua blok dari kelasku. Ini seperti semudah membalikkan tangan.

"Apa ini? Kalian membuat diriku terlihat agak konyol dengan pengawalan kalian." Ucapku sedikit kesal.

"..."

"Itu tidak benar, Ren, Narumi mengatakan bahwa ketika hidup mereka terancam, orang-orang akan menunjukkan kemampuannya untuk bertahan hidup." Ucapnya dengan senyum kecilnya.

"Hah!? Terancam?"

Ekspresi Aiko tidak berubah, dia memberi suatu isyarat yang membuat Narumi terhibur. Narumi sendiri mencoba menutupi ekspresinya dan menyilangkan tangannya ke belakang punggung seakan rasa tertawanya itu tidak bisa dia tahan.

"Mm~ hm hm hm~..."

Aiko berpura-pura tidak tahu dan bersenandung riang. Hentikan itu, aku tahu kalian seakan punya maksud tersendiri dengan permainan ini.

Narumi membuka pintu ruang OSIS. Ini adalah ruangan yang sangat sederhana, berdekorasi papan dengan kertas-kertas yang menempel, dan jam dinding. Meskipun cukup besar, bahkan mungkin sedikit lebih besar dari ruang kelasku. Ada sebuah meja besar bundar di tengah yang dikelilingi oleh kursi-kursi, dan sebuah meja yang lebih kecil ditempatkan di bagian belakang. Ada beberapa meja dan kursi biasa yang ditumpuk di satu sisi. Selain dari meja dan kursi, ruangan ini tidak memiliki banyak hal lain untuk ditawarkan. Hanya beberapa lemari arsip dan rak buku yang ditumpuk dengan catatan dan dokumen sekolah. Tidak banyak lagi. Bahkan, tidak ada yang lain. Ini terlihat ... ruangan yang suram. Setidaknya mereka bisa meletakkan tanaman pot di sini, atau sesuatu. Tetapi hal yang paling menarik adalah ruangan ini kosong, tidak ada orang lain selain kami.

"Apakah kita datang lebih awal?" ucapku memastikan.

"..."

"Tidak ~."

"Apa maksudmu, tidak? Apakah itu berarti tidak ada orang lain yang akan datang ke sini?"

"...."

"Yupp, itu benar ~."

Sebelum aku sempat bertanya mengapa begitu, Narumi bertepuk tangan dengan penuh semangat.

"..."

"Ren, ayo kita mainkan Risk! Ayo, kamu sudah berjanji, bukan? Kamu harus ~! Hahaha ~! Oke oke oke ~! Apakah kamu ingin tahu aturannya? Kita bisa menjelaskannya padamu sambil mengatur semuanya! "

Scar and ArrhythmiasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang