1.5 Small Talk

100 8 0
                                    

Diriku terbangun di kamar yang suram. Cahaya pagi yang cerah berkilau dengan langit-langit abu-abu muda. Aku bahkan lupa untuk menutup tirai tadi malam.

"!?"

Ini kamarku, bukan? Haha astaga, sepertinya diriku terlalu lelah untuk beradaptasi dan mengingat isi dari kamar ini. Kamarku ... Ini adalah kamar ketiga, setelah aku pindah dari rumah sakit. Berbagai hal di sekitar sini mengingatkanku perbedaan rasa dan kehampaan ketika diriku masih dalam kondisi sehat. Tasku yang berada di lantai dan sebuah buku tulis baru di atas meja. Kembali melihat banyaknya botol obat yang tersusun diatas mejaku. Aku menatap botol-botol itu sejenak, berfikir ingin membuang benda tersebut ke dalam tempat sampah. Aku membuka botol, mengeluarkan pil dan tablet serta kembali melihat aturan pakai obat tersebut. Rutinitas yang membuatku mual dan lelah. Mengambil gelas dan menuangkan air dari botol mineral yang kubawa selama perjalanan. Hal yang kuketahui dari perkataan dokter di rumah sakit dulu, bahwa meminum air putih setiap bangun tidur merupakan hal yang sangat baik untuk mengeluarkan racun dalam tubuh lemahku ini.

Teringat, seragamku berada di dalam lemari coklat tua itu. Aku menyelinap keluar dari bawah selimut dan meregangkan punggungku sebelum bersiap-siap. Mengenakan seragam sekolah yang baru terasa seperti mengenakan pakaian orang lain. Aroma dari detergen menyerang hidungku, begitu harum dan aku menyukainya. Seragam di negara ini dibedakan berdasarkan musim dan setiap sekolah mempunyai variasi warna dan desain tersendiri. Sementara saat di Indonesia seragamnya hanya kemaja putih dan celana kain abu-abu. Sejauh yang kulihat, tempat ini sepertinya kurang lebih seperti sekolah normal, kecuali untuk orang-orangnya.

Aku mengingat kembali pembicaraanku dengan Kei kemarin, tawa konstan Aiko, bahasa isyaratnya Narumi, gadis berambut hitam panjang dan pria berkursi roda. Yahh, aku baru bertemu lima siswa sejauh ini. Mungkin mereka tidak normal, tapi aku yakin orang lain juga. Atau, mungkin, orang-orang seperti mereka adalah apa yang dianggap normal di sekitar sini? Ya, apa yang dianggap normal di sekitar sini?

Aku tidak melihat banyak siswa berkeliaran setelah kelas kemarin, jadi mungkin ada klub ekstrakulikuler yang menjadi hal wajib setelah kelas siang. Jika demikian, aku ingin tahu apakah aku harus bergabung.

***

Sepanjang kelas berjalan, pertanyaan itu masih ada di benakku, jadi diriku memutuskan untuk bertanya kepada Narumi tentang hal itu. Lagi pula, dia memang mengatakannya kemarin jika ada sesuatu yang ingin kuketahui, aku bisa bertanya kepadanya.

"..."

"....."

Dia menyilangkan lengannya dan mengalihkan pandangannya perlahan ke Aiko, yang terlihat lebih sibuk dengan mencoba memutar-mutar pensilnya.

"......" raut wajah Narumi terlihat kesal.

"Ahaha ~! Maaf, maaf, Narumi ~! Apakah ada sesuatu yang kamu inginkan dariku? Oh ~ ... Begitu! Hm ... Itu pertanyaan yang bagus, Ren... hal pertama yang aku pikir ketika kau mendatangiku adalah tentang masalah penyakitmu atau lainnya. Mungkin diriku terlalu berfikiran yang negatif. Bagaimanapun, Aiko, tolong jangan buktikan kalau itu benar." terjemahan Aiko dari bahasa isyarat yang dilontarkan oleh Narumi.

"..." Narumi melanjutkan dengan isyaratnya.

"Oh, benar! Semua siswa disarankan untuk bergabung dengan klub. Banyak siswa yang melakukannya, karena sebenarnya tidak ada hal lain yang harus dilakukan. Ada juga acara sekolah, seperti festival yang akan diadakan dalam beberapa hari ini. Hampir setiap siswa di sekolah ini cenderung membantu, dan melakukan apa pun. Jadi ~! Karena dirimu benar-benar dipindahkan pada waktu yang sibuk dalam kegiatan festival ini ... mungkin kamu dapat membantu juga ~! "

"Tentu. Tentang apa festival itu?" sontakku merespon ajakan Aiko atau Narumi dengan cepat.

Aiko terdiam sejenak.

Scar and ArrhythmiasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang