Perasaan aneh masih menyelimuti benakku setelah kejadian di perpustakaan tadi. Kembali menuju ke asrama dengan sebuah kesuraman, bersama dengan atmosfer langit berwarna jingga-keemasan.
Sambil memegang setumpuk buku dengan satu tangan, aku mengambil kunci kamar di saku celanaku. Tiba-tiba, terdengar suara dari belakang yang mengejutkanku, membuat diriku hampir menjatuhkan buku-buku yang kubawa.
"Siapa ini!?"
Aku berbalik untuk melihat siapa yang berbicara kepadaku. Oh, ternyata Kei. Dia tampaknya berada dalam suasana hati yang bersahabat, meskipun cahaya yang memantul dari kacamatanya yang gelap memberinya tampilan yang menyeramkan.
"Ini aku..."
Ucapan santaiku membuatnya terdiam sejenak dan menjilat bibirnya dengan gugup.
"Siapa itu 'aku'? Aku tidak mengenal seseorang yang bernama 'aku". Apa kamu orang baru lagi?"
Suaranya tiba-tiba tegas dan cepat.
"Ya ... tapi kita pernah bertemu sebelumnya. Kemarin."
"Kurasa tidak, aku mengingat seseorang yang baru aku temui kemarin tetapi aku tidak mengenal seseorang bernama 'aku' ... lalu kemarin itu Kapan? dan hari apa ini!?"
Diriku mencoba untuk mengabaikannya. Aku sendiri tidak tahu, apakah dia sedang bercanda atau apa?
"Buktikan bahwa kita pernah bertemu sebelumnya!"
"Kamu tinggal di kamar 127 ini. Namamu Kei."
Kei melompat mundur, matanya dipenuhi rasa takut yang tak bisa dipahami.
"Bagaimana kamu tahu namaku? Sialan, ini hanya bisa berarti satu dari dua hal: Entah kita sudah bertemu, dan kamu mengatakan yang sebenarnya, serta aku tidak bisa mengingatnya, atau kamu adalah seorang mata-mata!"
Dia berhenti lagi sejenak...
"Atau seorang paranormal yang menguntitku."
Matanya melesat ke sekelilingku, mencoba mengintip ke dalam kamarku, meskipun sulit untuk percaya apakah dia dapat melihat melalui kacamata tebal itu. Suasana hatinya berubah dari ramah menjadi panic, hanya dalam waktu kurang dari satu menit.
"Aku bukan paranormal. Dan juga terdengar kasar jika kamu bilang diriku seorang penguntit."
"Bagaimana aku tahu itu? aku bukanlah seorang yang bisa membaca pikiran orang lain."
Kei lalu mengacungkan jari telunjuknya ke wajahku.
"...Tidak , jika kalau itu dirimu!"
"Hentikan itu, kawan. Kita bertemu kemarin. Ada apa denganmu? Aku tinggal di kamar ini."
"Bohong. Jika kamu berpikir kamu bisa menyamar sebagai Rendy, karena dirimu mengganggapku buta, kamu sangat keliru. Kamu bahkan tidak terlihat seperti dia. Maksudku, kemiripannya nyata, perawakan nya sama-sama kurus. Mungkin jika dilihat dari jarak jauh, tetapi tetap saja apakah kamu sedang bercanda ingin menyamar sebagai dia!? "
Aku ingin meraih pundaknya dan mengguncangnya. Merasa menjengkelkan, aku menggosok belakang kepalaku dan menghela nafas panjang.
"Tetap disana."
Kei mendekatiku, selangkah demi selangkah dan melihat kearah wajahku dengan seksama. Diriku tetap diam, jangan sampai dia menyerangku secara fisik, meskipun aku ragu dia bisa melakukan itu.
"Oh, tunggu! Aku melihatnya sekarang. Sialan, itu benar-benar kamu."
Diriku menghela nafas lagi, dan aku melangkah mundur, untuk berjaga-jaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scar and Arrhythmias
RomanceSeorang anak laki-laki SMA yang memiliki sebuah penyakit jantung. Kemudian dia pindah ke sekolah yang khusus menerima siswa yang disabilitas. Disana dia bertemu seorang perempuan yang memiliki bekas luka dikarenakan suatu kejadian. Pertemuan itu mul...