15

134 6 0
                                    

Pukul 7.00 Pagi hari di kelas Basic A, The Charmers. Semua murid duduk rapi dibangkunya menunggu arahan tugas dari Professor.

"Oke anak-anak, kemarin kalian sudah mempelajari bagaimana cara berkomunikasi yang sopan, mengenal karakter dan kepribadian seseorang. Kali ini, saya akan memberikan tugas lintas kategori. Saya ingin untuk ujian tengah semester ini kalian belajar merakit dan kerja sama dengan murid The Artist. Untuk temanya boleh bebas yang terpenting adalah Original. Seorang The Charmers tidak boleh meniru karya orang lain. Ingat, kejujuran adalah hal terpenting. Oke anak-anakku, sekarang kalian boleh menyusun konsepnya dahulu." Ucap secara rinci oleh seorang Professor yang sedang mengajar.

"Hmm, aku membuat apa ya??" Rose bertanya-tanya.

"Kalau Lily kira-kira tugasnya apa ya? Bagaimana dengan Martin? Dia kira-kira tugasnya bagaimana ya?" Rose berkata dalam hati.

Kelas akhirnya dibubarkan setelah Bel terdengar. Murid-murid berhamburan di koridor dan sebagian menuju cafeteria termasuk Rose. Di cafeteria Rose menemui Lily dan Martin dan mereka makan bersama. Mereka membicarakan tugasnya untuk persiapan ujian tengah semester.

"Wah aku senang sekali, aku ingin merasakan bagaimana caranya membuat pupuk alami, YEAHH! kau harus membantuku ya Li." Martin berkata dengan antusias dan semangat.

"Tenang saja, itu adalah urusan gampang, kau tidak perlu khawatir. Aku perlu latihan baseball untuk Ujian Tengah Semester, huft!" Lily mengeluhkan tugasnya.

"Wah seru sekali ya, aku harus minta bantuan siapa ya kalau kalian sibuk seperti ini." Ucap Rose.

"Oh aku tahu! Nick! Yes Nick adalah seseorang yang tepat." Ucap Martin.

"Tidak, tidak, tidak. Dia sungguh angkuh dan dingin. Bagaimana caraku berbicara dengannya?" Rose menolak saran dari Martin.

Tiba-tiba Nick muncul dari belakang. Dan langsung duduk bersama Rose, Martin, dan Lily.

"Siapa yang kau sebut angkuh? Kalau hanya membantu kamu saja sih hal mudah, Cih!" Ucap Nick.

"See? you do that again." Rose jengkel.

"Eh, sudah sudah, kalian tidak perlu bertengkar. Kita akan bekerja sama semuanya okey?" Lily meleraikan suasana dengan senyum hangatnya.

Bel masuk kembali terdengar, semua murid segera kembali ke kelas masing-masing sampai waktu sekolah usai. Rose keluar dari kelasnya, berjalan di koridor dan hendak pulang ke base nya. Di perjalanan, Rose terus menatap ke arah Hutan Terbelakang dengan rasa penasaran akan sosok lelaki misterius yang dia temui saat ujian masuk. Dengan rasa penasaran yang memuncak, Rose memberanikan diri untuk pergi ke Hutan Terbelakang. Rose melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam Hutan.

Tiba-tiba, ada yang menepuk pundak Rose dari belakang.

"AAAAAAAHHH" Rose menjerit.

"Apa sih. Gitu saja kau takut." Ternyata Nick.

"Ih, bisa tidak kau berhenti bersikap seperti itu! Huh!" Rose kesal.

"Lagian sih, kalau kamu mau masuk ke Hutan kenapa tidak langsung jalan saja, malah berdiam diri di sini." Ucap Nick dengan nada angkuhnya.

"Eh...itu...aku....." Rose terbata-bata.

"Mencari bahan?" Sambung Nick.

"Hah?" Rose bingung.

"Iya, mencari bahan. Kau ingin mencari bahan untuk merakit kan? Aku tahu tempatnya. Di sana ada kayu-kayu bagus. Aku kan The Artist, aku bisa lihat bahan mana yang berkualitas.

"Oh iya! benar. Itu sangat benar sekali. Aku ingin mencari bahan. Hehehe." Rose berbohong.

Tanpa membuang waktu, Nick langsung melangkah masuk ke Hutan Terbelakang dengan Rose mengikuti dari belakang. Rose terlihat gugup dan gelisah. Tapi berusaha terlihat baik-baik saja.

"Nah, sudah sampai nih." Nick berhenti di suatu tempat.

"Tidak mungkin. Mengapa Nick membawaku kesini? Ini kan tempat lelaki misterius itu? Apa Nick mengenalnya?" Rose gugup dan bertanya-tanya dalam hati.

"Mister Polo! Mister Polo!" Nick sambil mengetuk pintu.

"Tunggu Nick, mengapa kita di sini? kau bilang mencari bahan, kenapa kita ke tempat ini." Rose bingung.

"Cerewet. Dia adalah pengumpul kayu terbaik di sini. Kalau mau dapat bahan yang bagus, kita bisa meminta tolong kepadanya. Dasar bodoh."

"ERGHHHH. Bisa tidak kau bersikap baik! Huh!" Rose benar-benar kesal dengan sikap Nick.

Banyak sekali pikiran-pikiran yang menghantui Rose. Rose sungguh penasaran dengan lelaki ini.

"Eh? Nick? sedang apa kau di sini? Rose kau juga ada di sini ya?" Polo Andreas membuka pintu rumahnya.

"Lagi-lagi orang ini. Aku sudah menduganya. Kenapa laki-laki ini mengenalku? Mengapa dia mengenal Nick juga." Rose bertanya-tanya dalam hati.

"Mister Polo, kau mengenalnya?" Nick heran.

"Silakan masuk dulu anak-anak." Polo dengan ramah membiarkan Nick dan Rose untuk masuk ke rumahnya.

"Aku mengenal banyak sekali murid di sini Nick. Aku sampai lupa bagaimana aku mengenalnya." Polo berbohong kepada Nick untuk menjaga rahasianya.

"Oh begitu ya." Ucap Nick.

"Bagaimana kalian bisa saling mengenal?" Rose penasaran.

"Yah waktu itu aku membantu mister Polo mengikat senar gitarnya. Dan kami mulai dekat sejak saat itu. Mister Polo adalah orang yang sangat ramah.

Dia bahkan mengukir patung kayu untukku." Nick menjawab pertanyaan Rose.

"Jadi orang ini adalah orang baik? Tapi....kenapa dia berbicara tentang keluargaku waktu itu." Rose masih bertanya-tanya di dalam hati.

"Ehem...ehem.. Jadi ada perlu apa kalian ke sini?"

"Kami butuh bahan untuk tugas ujian tengah semester nanti, kau punya kayu berkualitas?" Ucap Nick.

"Oh tentu saja." Polo berjalan ke belakang rumahnya dan mengambil banyak kayu-kayu terbaik yang dia kumpulkan.

"Ini. Ini akan mudah untuk di ukir dan di rakit. Kalian bisa menggunakannya." Sambil menyodorkan kayu-kayu ditangannya.

"Wah ini bagus sekali! Thanks a lot Mister!!" Nick senang dan sangat berterima kasih.

"Thank you mister Polo."  Rose menjawab dengan lembut.

"No problem. You can visit me anytime if you need anything, ok?"  Polo tersenyum kepada keduanya.

Nick langsung beranjak pergi tanpa menunggu Rose. Rose yang masih penasaran dengan Polo, ragu untuk bertanya sesuatu.

"Em.. Mister Polo?"  Rose dengan kepolosannya.

"Yes, pretty?"  Ucap Polo.

"Kau bilang waktu itu mempunyai sesuatu khusus untukku dan bicara mengenai ayahku, aku ingin mengetahui semua itu Mister." Rose dengan berani.

"Eh, benarkah? Kapan aku bilang begitu?" Lagi-lagi Polo berbohong untuk menjaga rahasianya.

"Kau bilang ketika aku sudah siap, aku harus datang menemuimu karena kau memiliki sesuatu yang spesial untukku. Kalau begitu aku sudah siap sekarang" Rose sekali lagi bertanya dengan berani.

"Hahaha, Rose...Rose... Mungkin saat itu aku mabuk. Kau boleh pergi sekarang, Nick mungkin menunggumu." Ucap Polo yang tidak tega melihat betapa polosnya Rose dan takut Rose akan sangat terpukul jika Polo memberitahunya saat itu.

"Hmm... Aku akan datang lagi ketika kau benar-benar akan memberitahuku." Rose dengan nada menantang dan langsung berlari pergi menyusul Nick yang sama sekali tidak menunggunya.

Tanpa sepatah kata pun Polo langsung menutup pintu rumahnya dan bersikap acuh terhadap apa yang dikatakan Rose kepadanya. Dia tidak menganggap serius ucapan dari Rose tadi.

***

Lady Rose and The Secret FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang