Pukul 12.00 Siang hari. Sinar matahari tidak begitu panas, daun-daun berguguran terbawa angin yang sejuk. Daniel sedang seriusnya belajar di kelas pada jam istirahat ketika yang lain sedang makan siang. Daniel ingin sekali menjadi Spawnder hebat seperti ayahnya kelak, atau bahkan Exinder jika Daniel lebih berusaha lagi. Menjadi murid senior memang butuh usaha keras. Daniel bahkan tidak memikirkan tentang pacar ataupun hang out bersama teman sebayanya. Daniel lebih sering fokus ke ujian sekolahnya agar dapat membuat ayahnya bangga.
Di depan pintu kelas, seseorang sedang memperhatikan Daniel. Daniel yang tidak menyadarinya, tetap fokus belajar. Tiba-tiba Edward datang dan menyapa Daniel dengan rusuh.
"Dude, kacau! kacau! kacau! everything is fucked up like crazy!"
"Dude can't you see? I'm studying you prick!" Daniel merasa terganggu.
"Kau tahu, malam minggu kemarin aku berkencan!" Ucap Edward.
"Seriously? How was your date?" Daniel penasaran dan tertarik dengan cerita Edward sehingga berhenti belajar dan menutup bukunya.
"She's super hot, of course. But this is a disaster." Edward menjawab.
"Why so?" Daniel bertanya dengan penasaran.
"Jadi, waktu itu kita berdua sedang berjalan untuk menonton konser di Studios, dan tiba-tiba kita berdua bertemu dengan Ben." Edward memulai ceritanya.
"Ben? your roommate Ben Miller?" Tanya Daniel.
"Yeah, that Ben. Turns out that my girl and Ben are know each other." Edward menjelaskan.
"Hah? beneran bro? kok bisa?" Daniel terkejut.
"You won't believe apa yang Ben ceritakan kepadaku setelah malam itu." Ucap Edward.
"What is it?" Daniel menyimak.
"Ben Miller is her ex-boyfriend. CRAZY HUH!!" Edward menjawab.
"Tapi Ben Miller kan......" Sambung Daniel. Belum sempat melanjutkan kalimatnya Edward langsung meneruskan ceritanya.
"Yeah, before that. Ternyata Ben Miller dan Mona Sullivan pernah pacaran. Ben sudah ada di sini sejak Basic kan, Mona juga. Mereka sempat berpacaran ketika menjadi murid Middle. Tapi ketika itu, Mona harus pergi dan tidak bisa meneruskan sekolahnya di sini. Jadi sekarang Mona daftar ke sini lagi menjadi pendatang baru seperti kita untuk menjadi murid High. Kau tahu tidak, Ben sangat terpukul. Seorang Ben yang tangguh seperti itu terpukul karena Mona. Dia tidak pernah mau pacaran dengan wanita lain lagi sejak saat itu. Mungkin, itulah penyebab dia jadi Gay. Malang sekali Ben my man." Edward menceritakan kejadian pada malam itu kepada Daniel.
Mona Sullivan. Gadis yang pergi bersama Edward Carlos malam itu adalah seorang gadis yang berasal dari Greatof. Mona Sullivan merupakan kategori The Inventor. Mona memiliki warna mata biru, rambut panjang sebahu yang lurus, dan warna rambut Blonde belah tengah tanpa poni.
"Wow. Jadi sekarang kau berada di tengah-tengah mereka. HAHAHAHA" Daniel seperti biasa tertawa meledek Edward.
"Shut up!" Edward kesal.
"By the way, jangan lihat buku terus. Lihat ke depan kelas." Ucap Edward.
"Hah? Emang ada apa?" Daniel bingung.
"Itu ada gadis cantik yang memperhatikan mu sejak tadi, masa kau tidak sadar! peka dong dan, peka!" Edward jengkel.
Daniel beranjak dari kursinya dan segera menemui gadis itu. Gadis itu terburu-buru lari karena malu. Tapi Daniel mengejarnya hingga pada satu titik akhirnya mereka saling bertatap muka.
"Lauren?" Ucap Daniel.
"Ehm... Maaf Dan, tadi aku hanya ingin....em...itu.." Jawab Lauren gugup.
"Oh buku mu ya? maaf ya aku belum sempat mengembalikannya. Besok aku kembalikan deh." Sambung Daniel.
"Ah, iya tidak apa-apa Dan, hehe." Lauren tersipu malu. Sebelum Daniel pergi, Lauren melihat kesempatannya untuk dekat dengan Daniel.
"Dan, kau ada waktu malam minggu besok? Sebenarnya aku ingin mengajakmu pergi ke museum 3D..." Lauren memberanikan diri.
"Ah, soal itu.. maaf Lauren, aku harus belajar. Lain kali saja ya?" Daniel langsung pergi ke kelasnya meninggalkan Lauren.
Lauren Fisher. Seorang gadis yang menyukai Daniel Mirdas. Merupakan gadis yang berasal dari Smallof, kedua orang tuanya adalah Gridier. Lauren termasuk The Charmers.
Lauren selalu memperhatikan Daniel secara diam-diam. Hingga suatu hari, Daniel menyadarinya dan meminjam salah satu bukunya. Lauren sangat senang saat itu. Tapi Lauren tidak pernah berani untuk mendekati Daniel karena Lauren sangat pemalu. Lauren terus saja melihat Daniel secara diam-diam karena selalu bingung untuk memulai percakapannya. Setelah Daniel menolak untuk pergi ke museum, Lauren sangat kecewa. Lauren merasa Daniel tidak menyukainya. Lauren mencoba untuk tetap tegar dan bersikap baik-baik saja. Sejak saat itu, keadaan antara Daniel dan Lauren menjadi canggung. Lauren menjadi susah di ajak berbicara ketika Daniel ingin berbicara sesuatu. Dan Daniel tetap bersikap biasa-biasa saja dan terus fokus pada pelajarannya.
Di base Fields, Edward bertolak pinggang sambil melihat ke arah jendela kamarnya.
"Memang dasar bodoh si Daniel. Kenapa aku bisa bersahabat dengannya..." Edward mengeluh di kamarnya.
"Dasar penggerutu, kebanyakan main sama anak tenis meja sih!" Sambung Ben sambil memantulkan bola basket ke tembok kamarnya.
"Ehem, Ben. Kau beneran tidak apa-apa?" Tanya Edward.
"Bicara apa sih kau ini" Ucap Ben.
"Soal hubunganku dengan Mona. Kau beneran tidak apa-apa? I mean, aku bisa saja putus dengan Mona sekarang juga agar kau menjadi normal lagi." Ucap Edward.
"Hahahaha. Edward...Edward....kau ini sebenarnya naif sekali. Kau terlalu termakan gosip ya?" Ben menanggapi sambil tertawa.
"Aku sedang serius, kau malah menertawakanku." Ucap Edward.
"Um... bagaimana ya menjelaskannya. Begini, Aku memang susah move on dari Mona, tapi dia kan juga sudah melupakanku, dan dia bahagia bersamamu jadi untuk apa kau putus? Dan masalah aku normal atau tidak, aku katakan padamu dan hanya padamu karena kita sudah terlalu dekat, aku bukan Gay."
"HAHAHAHAHA....WAIT WHAT? WHAAAT?" Edward terkejut.
"Yea, I'm not Gay. Banyak sekali wanita-wanita mendekatiku hanya karena fisikku, karena aku keturunan Greatof, dan mereka tidak pernah benar-benar mencintaiku. Aku lelah, jadi aku biarkan saja gosip itu menyebar. Aku juga tidak mencintai Mona lagi. Aku hanya kecewa. But, I'm totally fine. Aku juga mau fokus ujian akhir agar bisa menjadi penerus Exinder." Ucap Ben Miller menjelaskan semua kesalahpahaman yang terjadi.
"Wow. What just happened? I think you just blow my mind!" Ucap Edward dengan sangat terkejut dan tidak menyangka.
"Thank god, now I don't have to be afraid that you'll love me somehow." Ucap Edward merasa lega.
"What the.....EWH! Siapa juga yang mau sama kamu. Kalaupun aku beneran Gay, aku akan cari yang lebih berotak!" Ucap Ben.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Rose and The Secret Family
Fiksi Umum[#167 in General Fiction 5/6/2017] [#173 in General Fiction 5/5/2017] Lady Rose yang masih kecil harus hidup dengan penuh rahasia. Apakah akan ada orang yang akan memberitahu dia yang sebenarnya? Lady Rose adalah seorang gadis kecil yang harus berad...