Duapuluh tiga.

415 34 17
                                    

"Gue takut suatu saat nanti ketika gue buka mata, semuanya udah berubah."
-Kate-

🌻🌻🌻

Tak lebih dari 30 menit, Kate sampai di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta. Ia pun berlari dengan berburu-buru menuju ruang ICU tempat Alvin berada. Ia bahkan tak peduli jika dilihat banyak orang karena memakai dress dan heels ke Rumah Sakit. Ia tak perduli jika orang-orang melihatnya sangat awkward. Yang ia pikirkan hanya Alvin, Alvin dan Alvin.

Dari kejauhan, Kate melihat Sheryl sedang duduk dan tertunduk tak bersemangat di kursi depan ruang ICU. Dengan segera ia menghampiri Sheryl.

"T-tante, gimana keadaan Alvin?"

"Sayang, kenapa kamu ninggalin perlombaan?"

"Iya tante. Kate udah batalin ikut lomba dan langsung menuju kesini. Kate khawatir sama Alvin, dan kalo Kate ikut lomba bakalan percuma karena Kate ngga bisa nampilin yang terbaik nanti."

Sheryl langsung memeluk Kate dengan erat. Ia meneteskan air matanya. Ia sangat sedih melihat kondisi anaknya yang lemah tak berdaya.

"Kate, tante semakin takut. Tante takut kehilangan Alvin..." ucapnya lirih.

"Kita hanya bisa berdoa untuk Alvin. Alvin pun lagi berusaha tante. Jadi kita harus support dia untuk terus semangat." jawabnya sambil mengusap punggung Sheryl.

Tak lama kemudian, Dr. Mike menghampiri Sheryl dan Kate.

"Kondisi Alvin drop lagi, Bu. Dan sepertinya kali ini ia akan dirawat cukup lama karena ia benar-benar harus mendapatkan perawatan intensif."

Sheryl meneteskan air matanya lagi, namun tidak dengan Kate. Ia tetap mencoba menjadi tegar. Kate merangkul Sheryl untuk memberinya kekuatan.

"Dok, jika ada pendonor untuk Alvin, apa ia akan sembuh?"

"Tergantung pada kualitas ginjal pendonor itu juga. Jika ginjalnya tidak ada masalah, saya akan pastikan jika Alvin dapat kembali sembuh."

"Saya akan berusaha untuk membantu mencari pendonor, Dok. Saya akan berusaha."

"Baik, saya akan tunggu kabar baik itu. Saya permisi sebentar. Saya akan memindahkan Alvin ke kamar." ucap Dr. Mike yang langsung meninggalkan Sheryl dan Kate.

"Baik dok."

Dr. Mike dan dibantu oleh beberapa perawat memindahkan Alvin dari ruang ICU ke kamar. Alvin terlihat sangat pucat dan tak berdaya. Kate dan Sheryl hanya bisa menatapinya dengan mata berkaca-kaca.

Sheryl yang masih diluputi kesedihan akan kondisi Alvin yang semakin memburuk terus saja meneteskan air matanya tanpa henti. Kate selalu mengusap air matanya dan merangkulnya.

"Tante, kalau tante nangis terus, Kate yakin Alvin pasti ngerasa sedih juga."

"Tante ngerasa rapuh. Alvin sudah seperti hidup tante sendiri. Kalau dia sakit sedikit aja, tante ngerasa ngga ingin hidup."

Mendengar perkataan Sheryl, Kate seketika meneteskan air matanya perlahan. "Kate pun begitu tante. Alvin itu sebagian hidup Kate. Ngeliat dia sakit, Kate ngerasa kosong dan hampa." batinnya.

"Tante, Kate boleh ke kamar Alvin? Kate mau liat kondisi dia."

"Iya sayang. Masuk aja. Tante mau beli buah dan makanan dulu." jawabnya sambil menghapus sisa-sisa air mata dipipinya.

"Ok tante, hati-hati ya tante."

Kate pun masuk ke dalam kamar Alvin, tepatnya kamar nomor 248. Ia membuka pintu kamar Alvin secara perlahan karena ia tak ingin membuat Alvin terganggu. Dengan langkah kaki yang pasti, ia mendekati Alvin dan langsung duduk di kursi yang ada didekat kekasihnya itu.

Unconditional LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang