VII

323 36 3
                                    

.....

Natha's POV

Sudah seminggu hatiku resah,cemas,dan merana. Entah,apa yang menimpaku saat ini. Melody kerap datang serta menghibur diriku hasilnya?nihil. Apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku rindu Aurora. Namun,percuma aku rindu saat ia senang bersama orang lain.

Hati ini bercekamuk. Patah. Apa yang aku rasakan mungkin tak sebanding dengan perlakuan ibuku.

"Ingin sekali aku menemuinya.."

Selalu terusik pemikiran seperti itu didalam otakku.
Siang ini aku ada meeting dengan clientku. Ya, aku sibuk dengan pekerjaanku. Akhir-akhir ini aku pun jarang melihat wajah manisnya. Melody selalu hadir ditiap langkahku. Aku takut berkata sejujurnya. Aku takut menjatuhkannya. Aku takut tetesan air matanya membuat hatiku resah.

"Natha!" teriak Melody dari ruang tamu.

Aku hanya membalasnya dengan mengangkat wajahku. Apa yang ia ingin lakukan pagi-pagi begini.

"Aku tahu kamu lapar, aku bawakan kamu bubur ayam kesukaanmu."ujarnya sambil menyodorkanku sebuah plastik yang berisikan bubur ayam.

Aku hanya diam menatap bungkusan tersebut.

"Kamu sakit Nath? Atau aku pindahin ke mangkok terus kamu makan ya." sahutnya cemas.

Aku seperti ingin berteriak. Aku ingin menangis. Perhatiannya sungguh membuat suasana amat kelam.

"Ini Nath."ujarnya yang menepatkan sebuah mangkuk didepan wajahku.

Aku hanya menatap sendu wajahnya.

"Aku suapin yah." lalu ia menyodorkan sendok kedepan mulutku.

Aku hanya menganga sambil terdiam. Lalu,perlahan aku mengunyahnya dan menelannya.

"Kalau kamu sakit, biar aku jagain kamu. Aku gak mau kamu kenapa-napa." ujarnya sambil mengelus pipiku.

Aku menangkupkan kedua telapak tanganku di wajah halusnya.

"Apa yang kamu lakukan jika perasaanku ini berkhianat padamu." ujarku jujur.

"Aku akan tetap menunggu perasaanmu kembali padaku."jawabnya dengan tanpa beban dan disertai senyuman.

"Namun, jika aku tidak kembali lagi kepelukanmu? Apa kamu akan rela terus menungguku?" tanyaku sambil meneteskan air mataku.

"Apapun alasannya jika kamu memang memilihnya dan benar-benar mencintainya. Aku ikhlas. Buat apa aku mengejar namun kamu sudah milik seseorang. Tapi, aku mohon jangan putuskan hubungan komunikasi antara kita. Aku gak bisa jauh darimu." jawabnya yang menyeka air mata yang mulai mengalir kearah leherku.

Ia membungkam mulutku dengan bibirnya. Sengatan-sengatan kasar dari bibirnya amat membuat suasana damai. Ia menepatkan tangannya di rahangku. Hingga akhirnya ciuman kami terlepas dan saling tersenyum.

"Terima kasih, Mel. Kamu selalu buat hatiku damai."ujarku dan melahap suapan bubur dari tangannya.

"Apapun itu, kamu tidak perlu berterima kasih. Ketahuilah aku terus mencintaimu."jawabnya dengan senyum simpul yang tertera diwajah coklatnya.

Aurora's POV

Entah kenapa,sudah beberapa hari belakangan ini otakku sama sekali tidak bisa menerima masukan dari pelajaran kuliah. Aku memikirkan Natha. Tapi, kenapa aku harus memikirkannya. Apakah ia akan merindukanku?? Setelah perlakuanku beberapa minggu yang lalu.

Bibir tipisnya, aroma tubuhnya, rambut lurusnya selalu aku rindukan. Tiba-tiba sesuatu ingin keluar dari tenggorokanku. Yang mendesakku untuk berlari kearah kamar mandi.

Akhir-akhir ini aku sering merasakan mual-mual, badanku seperti dipukuli, dan mudah lelah. Bahkan terkadang aku tidak dapat mengontrol emosiku. Yang terkadang dapat tiba-tiba senang bahkan terkadang emosiku meluap-luap.

"Ra, lu kenapa sih? Lu sakit? Kayaknya lu masuk angin deh." tanya Rasya dari balik pintu kamar mandinya kos-annya

"Aku gak tau ras, aku mudah capek lalu sering mual-mual." ujarku sambil menutup mulutku dengan punggung telapak tanganku.

Rasya hanya menatapku beku. Ia menyapu seluruh perhatiannya dari ujung kakiku hingga kepalaku.

"Kenapa ras?"tanyaku heran.

"Kapan terakhir kali kamu haid? Apa bulan ini kamu sudah haid?" tanyanya sambil memicingkan matanya.

"Umm,terakhir kali aku lupa. Tapi seinget aku bulan ini belum." jawabku sambil menggaruk kepalaku.

"Kamu hamil,ra!" ujarnya yang membuatku terkaget-kaget. Aku langsung lesuh dan lemas. Badanku mulai berat lalu jatuh ke lantai di depan pintu kamar mandi.

"Ya tuhan, apa mungkin Alex telah merusak hidupku. Aku hancur. Dasar laki-laki bangsat. Aku benci. Bagaimana aku harus mengatakannya kepada kedua orang tuaku nanti. Aku pasti akan dicecar dan dihina oleh tetangga. Aku pasti memalukan martabat kedua orang tuaku." gerutuku yang langsung mengalirkan air mata.

Rasya memelukku hangat. Aku juga merasakan ia menangis dipuncak kepalaku.

"Mending kita tes dulu. Aku beli testpack kamu istirahat aja dulu." ujarnya yang langsung berdiri dan membantuku menuju kasurnya.

Aku masih menangis. Tubuh Rasya hilang seketika. Natha. Aku butuh kamu sekarang. Andai aku bisa menuruti perkataanmu tanpa menyetujui egoku. Aku pasti tidak sehancur ini.

Tak beberapa lama kemudian Rasya kembali dan memberikan aku alat tes tersebut. Aku mengikuti langkah-langkah yang tertera pada belakang kardus alat tersebut.

Sudah beberapa menit aku mundar-mandir di ambang pintu kamar mandi Rasya. Keringat dingin mulai menjalar. Aku harap hasilnya negatif.

Lalu, Rasya keluar dan membawakanku testpack tersebut. Dan hasilnya.... Garis dua!
Aku positif hamil.

Lagi-lagi aku mengutuk diriku sendiri. Apa yang telah aku perbuat sungguh diluar nalarku. Aku kembali larut dalam tangisku.

"Mending kamu gugurin kandungan itu. Lagipun usianya masih muda jadi gak terlalu beresiko buat kamu." ujarnya sambil mengelus-elus punggungku.

"Aku harus mikirin dulu ras, tapi aku bolehkan nginep di rumah kamu ini dulu. Aku takut kalau langsung pulang." ujarku yang beranjak ke kasur milik Rasya.

Lalu, spontan semua mendadak semua mataku gelap dan aku tertidur.

Rasya's POV

Aku dapat merasakan pilu yang dialami Aurora. Akan merasa terancam bila aku menjadi dirinya. Namun, aku tidak dapat banyak membantunya. Aku hanya bisa menuruti apa yang ia minta selagi aku bisa. Aku menatap wajahnya sendu saat ia tertidur. Matanya sembab akibat terus-menerus mengeluarkan air mata.

Namun, tak beberapa lama kemudian rasa kantukku menyerang dan akhirnya aku berbaring disebelahnya. Ku tarik selimut hanya untuk menutupi badannya. Karena aku sudah terbiasa tertidur tanpa selimut.

Aurora's POV

Suara gemercik air dari luar membangunkan diriku. Aku kembali teringat bahwa aku tengah hamil. Aku tidak ingin merepotkan Rasya. Namun, rasa hatiku berkata aku harus menemui Natha. Namun aku tidak ingin merepotkan Rasya. Lalu, aku ambil sebuah kertas dan pena.

"Ras, aku mau berterima kasih banyak atas pengertiannya untukku. Aku memang bodoh. Malam ini aku ingin menemui Natha agar jiwaku lebih tenang. Terimakasih banyak,Ras."

Setelah menulis satu paragraf sebuah surat. Perlahan aku bangun dari ranjangnya dan berjinjit pelan agar tidak membangunkannya. Dapat aku rasakan udara dingin disertai hujan deras malam ini. Ini sudah pukul 10 malam. Apakah Natha sudah tertidur? Ada baiknya aku coba dahulu. Aku paksakan diriku terguyur hujan. Ada baiknya jika aku mati sekarang juga. Tak perlu waktu lama, aku tengah berdiri di depan pintu rumah Natha yang tertutup rapat.

Perlahan ku ketuk pintu rumahnya. Namun tak kunjung keluar. Aku tetap bersabar untuk menunggunya.

Typo bertebaran!
Bagi kalian para readers yg sgt baik, gw jg bth dikasih masukan ckck klo ada bahasa atau eyd yg gk bener boleh dikoreksi.

Maklumlah jari author yg segede gaban wkwk

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang