XIV - Sweet Little Pie pt.2

442 17 5
                                    

"AURORA!!" suara bariton yang memekik keras membuat kami sama-sama tersentak.

...

"Papa!?" Aurora mengenali betul suara yang tak asing baginya. Dan begitu ia menoleh, seorang pria dengan jasnya tengah berdiri menatap kedua manusia itu secara gusar.

"I can explain it dad."

Dengan langkah kaki yang besar Andriz menghampiri putrinya. Satu buah tamparan berhasil lepas dari tangan besar milik Andriz yang membekas warna merah pucat di pipi kanan Natha.

"What are you doing with my daughter!" pekik Andriz menggema hingga penjuru ruangan.

"No dad, please.." lirih Aurora bahkan terdengar bergemetar menahan tangis.

Aurora mendekat ke arah Natha, menenggelamkan puncak kepalanya pada sela leher Natha. Tangannya bergerak untuk menyentuh bekas tamparan. Bukan itu adalah usapan, ya usapan. Hangat terasa ditangan Aurora pipi wanita didepannya. Dan Natha masih dalam peperangan dialam pikirnya.

"Jelaskan maksud ini semua pada Papa, Aurora!" Andriz menarik pergelangan tangan putrinya tersebut. Namun, Natha mencoba menahannya kembali.

"Mungkin saya lancang pada anda tuan, tapi saya hanya ingin menyatakan sebuah hal yang nyata bahwa saya mencintai putri anda." lugas Natha yang disambut tinjuan pada lekuk rahangnya.

Annadie mencoba meredam api suasana yang mencuat di dapur rumahnya tersebut. Namun, Andriz sendiri lebih keras dan tegas terhadap keluarga kecilnya.

"Mom I'm pregnant..." bisik Aurora yang kini memeluk mamanya. Dan reaksi mamanya tentulah shock dan menutup mulutnya. Tak disangka Andriz yang menginjak umur 45 tahun masih dapat mendengar apa yang dikatakan Aurora pada istrinya, yang sontak membuat matanya semakin melotot.

"HAMIL!!?"

Andriz menarik rambut panjang Aurora, dan membentaknya berulang kali. Tapi Aurora terus menggeleng, ia mengelak untuk mengatakan di hamili oleh laki-laki biadab itu dan tetap kekeuh bahwa anak yang dikandungnya adalah anak Natha.

"Aku hanya ingin menikah dengan Natha pah, aku ingin punya keluarga kecil bahagia dengannya. Punya keturunan yang imut dan lucu dengannya. Bukan dengan laki-laki biadab yang hanya menerima fase enaknya saja. Aku cuma mau Natha pah, mah."

"KAU TELAH MERACUNI OTAK PUTRIKU!" sarkas Andriz sambil menunjuk-nunjuk wajah Natha yang masih setia berdiri disamping Aurora.

"Inilah kenyataan tuan. Seberapa kuat kita menolak timbal baliknya semakin lebih kuat. Jalani sesuai persepsi yang telah diatur tanpa harus mengekangnya, saya akan menikahi putri anda jika anda sendiri bersedia dengan lapang dada." Natha berlutut dihadapan Andriz untuk meyakinkan dirinya.

"APA KAU GILA? PUTRIKU HAMIL DILUAR NIKAH, SEKARANG INGIN MENIKAH DENGAN WANITA? BAGAIMANA PANDANGAN ORANG-ORANG DENGAN KELUARGAKU, BODOH. PERGI JANGAN PERNAH KAU KEMBALI LAGI KESINI! DAN AURORA SAYA AKAN CARIKAN DIA CALON SUAMI YANG DAPAT MENERIMA KEADAANYA SEKARANG!"

"Gak! Kalau Natha pergi, aku juga pergi pah!" tantang Aurora.

PLAKK!!

"Mas sudah! Cukup!" jerit Annadie tatkala Andriz dengan tega menampar putri satu-satunya. Jelas ini perbuatan yang baru pertama kalinya dilakukan oleh Andriz, karena sebelum-sebelumnya ia selalu memanjakan putrinya.

"Mulai detik ini, kalian berdua angkat kaki dari rumah saya! Aurora, kau punya pilihan. Tapi kau memilih jalan yang salah, jadi pergilah. Semua barang yang telah papa berikan, akan papa rongsokan, untuk kartu debit ataupun ATM akan papa blokir malam ini juga." tegas Andriz lalu pergi dan membanting pintu kamarnya. Mungkin ia lelah dan juga masih memiliki jiwa ayah yang kuat, ayah mana yang tega melihat anaknya menderita seperti Aurora sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang