XII

326 22 14
                                    

*Chapter kemarin bnyk kesalahan, mls buat revisi ya jdi lanjut ajalah.

.....

"Natha jahat, kamu berbohong! Katanya janji mau pulang lebih awal. Atau kau habis berkencan dengan sekertarismu, siapa namanya oh iya! Katy." sembur Aurora geram akibat pengakuan Natha yang kini menjadi alas untuknya duduk.

"Whoa! Aku sudah disini sekarang. Kamu harusnya malu dengan bayimu, kamu terlalu manja sayang" lirihnya sampai membuat nafas yang begitu kasar menyentuh pangkal leher Aurora.

"Aku tidak butuh, lagipula aku sudah cukup banyak berjalan-jalan dengan Melody." Natha mendengus dan menghela nafasnya, gadis didepannya itu terlalu menuntut dirinya. Dia tahu ini sebuah emosional yang pantas keluar dari seorang Aurora. Sikapnya berubah setelah bersama dirinya. Yang dahulu dingin dan juga tidak banyak bicara padanya kini memutar menjadi terlalu aktif dan--bawel.

"Bagus, itu hal yang cukup menyenangkan bukan?" tubuh Natha agak bergeser dari tumpuan bangku yang ia duduki dan membuat Aurora melemparkan tatapan tajam setajam silet*weh.

"Aku sekarang lapar!" pekiknya lagi tepat ditelinga Natha membuat matanya ingin melontar keluar dari tempatnya.

"Makanlah, apa itu terlalu sulit?" timpal Natha datar.

Kemudian ide gila datang tanpa diundang ke kepala Aurora. Ia menginginkan hal ini terjadi pada Natha. Ia tersenyum miris sambil tertawa dalam hatinya.

"Aku mau makan pecel lele tapi disuapin sama kamu pake TANGAN." tuntutnya memaksa tapi dengan pandangan yang membuang. Bukan karena hal lain selain ia agar tetap terlihat serius. Dan juga agar Natha mengabulkannya.

"Hah? Aku kan--"

"Gak ada bantahan! Ini permintaan bayi kamu, masa kamu tega liat dia ileran pas main sama teman-temannya" gumamnya sambil memainkan telunjuk diatas perutnya.

Natha membawa Aurora kembali mendekap tubuhnya yang memang sudah menempel sejak Natha pulang dari kantor. Dia tahu betul bagaimana seorang Aurora yang kini sering menuntut dan selalu ingin dituruti. "Tunggu sebentar aku ingin wangi tubuhmu membius segala kepenatanku di kantor" desah Natha ditelinga Aurora membuat udara yang dihembuskannya memasuki lubang telinga miliknya lalu merasakan segelintir perasaan. Natha bisa kejam dengan cara yang dia buat. Membuat Aurora terkalap dan membuka-tutup mulutnya.

Natha mencium lembut pelipis Aurora lalu turun ke leher jenjangnya. Membuat emosi yang diluapkan Aurora musnah berganti gairah. "Nath--" lirihnya.
Natha tidak menggubris sama sekali lirihan dari Aurora seakan lirihan itu hanyalah sebuah angin malam yang teduh dan menyejukkan. Dia tetap melancarkan aksi kejamnya itu. Menciumi tubuh Aurora sampai rasa kepuasan benar dirasanya.

"Natha aku lapar! Jika kamu ingin memakanku sekarang percuma saja. Badanku belum gemuk." tegasnya lalu turun dari pangkuan paha Natha.

"Baiklah, tapi sebelum itu biarkan aku kenyang dengan sebuah jelly." jawabnya lalu mendekatkan tubuhnya. Mengunci posisi Aurora pada lengannya, membuat benda kenyal berwarna merah jambu itu saling menempel dan melumat. Lumatan lembut mereka berakhir dengan senyuman Natha yang tulus, lalu membawa malaikat hatinya itu menuju mobil miliknya.

...

"Mas, satu piring pecel lele komplit pakai nasi, dan satu lagi dibungkus tapi pakai ayam." ujar Natha pada salah seorang karyawan kedai pecel lele kesukaannya, sengaja ia membawa manusia yang tengah dilanda lapar karena memiliki dua perut itu kemari.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang