IX

350 39 11
                                    

Sorry kalo updatenya lama atau gmn, Author suka mumet mikirin hidup :')

Maap jga buat typo (soalnya abis nulis jrng dibaca lg, moga2 aja ngerti apa yg dimaksud dari kta2 yg typo)

Author's POV

Perlahan Natha mengerjapkan kedua matanya saat sesuatu sinar menusuk wajahnya. Ia meraba halus punggung Aurora yang kini berada dibekapan dadanya. Natha tersenyum nakal, karena kali ini mereka tertidur tanpa sehelai benang.

Suara perut berbunyi sesaat Natha mengelus-elus punggung Aurora.
"Kau sudah lapar, sayang." gumam pelan Natha seraya mengelus perut datar Aurora. Ia masih tidak percaya didalam perut gadis itu ada sebuah kehidupan.

Aurora menggeliat dan membuka matanya. Ia agak kaget dengan tubuh Natha yang membekap hangat tubuhnya, namun itu terasa nyaman baginya.

"Aku lapar." desah Aurora ditelinga Natha.

"Aku sudah mendengarnya lebih dulu dari suara perutmu." jawab Natha lalu tersenyum tipis.

"Aku yakin itu bukan aku. Melainkan bayi ini." lanjutnya dan mengelus pelan perutnya.

"Apakah tadi malam sakit?" senyum seringai Natha muncul.

"Sedikit." ketus Aurora. Natha memang tidak pernah merasakan seperti yang dialami Aurora malam itu. Dengan pertanyaan yang ia timbulkan justru membuat Aurora sedikit kesal.

Natha bangkit dari ranjang dan memperlihatkan tubuhnya yang dapat dikatakan 'macho' dengan tambahan otot dan urat yang menjalar disekitar lengannya. "Aku mau mandi, setelah itu kita sarapan." ucapnya lalu bergegas menuju masuk kedalam kamar mandi.

Aurora dapat mendengar Natha bersenandung dan bersiul dalam mandinya. Ia terkikik pelan mendengar gadis itu bersiul tidak jelas. Semua kejadiannya bersama Alex seakan sirna setelah dalam pelukan Natha.

Tak lama kemudian Natha keluar dengan balutan kaus pink disertai celana boxer. Walaupun warna bajunya agak feminim itu tidak mengurangi ketampanannya.

"Sudah puas mengagumiku?" ujar Natha yang membuat Aurora membuang wajahnya tak karuan.

"Aku mau mandi." sergah Aurora dan berjalan perlahan ke arah kamar mandi, karena area kewanitaannya masih berdenyut akibat ulah Natha semalam.

.....

Natha's POV

Aku beranjak menuju dapur dan membuatkan sandwich untuk sarapan pagi ini. Aku tak tahu apa yang harus dimakan setelah kehadirannya, aku hanya bernafsu untuk mencumbu bibirnya seharian. Lalu tak lama aku tengah menghidangkan sandwich ke atas piring aku mendengar suara yang tak lain dan tak bukan adalah suara Aurora. Ia meringis kesakitan sembari memegang perutnya.

"Aurora!" pekikku saat mendapatinya tengah duduk dipinggir kasur sembari mengusap kulit perutnya.

Ia habis mandi dan baru memakai baju dan celana, ia belum sempat mengeringkan rambutnya.

"Nath-hh sakit." lirihnya dan membuatku seperti merasakan apa yang ia rasakan.

Tak lama kemudian ia berlari menuju wastafel sembari menangkupkan telapak tangan dimulutnya. Ia memuntahkan salivanya, hingga berkali-kali.

"Kamu kenapa?" cemasku sembari memijat pelan tengkuk lehernya.

"Aku pusing, Nath." gumamnya lalu menggengam tanganku sebagai penyangga keseimbangan.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang