VIII

389 41 7
                                    

.....

Perlahan ku ketuk pintu rumahnya. Namun tak kunjung keluar. Aku tetap bersabar untuk menunggunya.

*****

Natha's POV

Malam sunyi nan dingin disertai runtuhan hujan dan juga gemuruh petir. Terdengar jelas dari indra pendengaranku suara ketukan pintu dari luar rumah.

"Malam-malam begini dan hujan masih saja ada yang ingin bertamu?." ujarku yang berusaha bangun dari ranjang kasur tidurku.
Aku berjalan menyusuri tiap lorong rumahku yang terlihat usang dan tua.

"Apakah kau tidak bisa bertamu esok saja!" ucapku dengan cepat membuka pintu tanpa melihat siapa yang datang.

"Apa aku tidak boleh menginap dirumahmu sehari saja?"ujar orang tersebut.
Aku mengenali suara itu. Itu suara Aurora. Ia tampak basah karena guyuran hujan dan badannya pun nampak mengigil kedinginan.

"Eh-eh aku kira siapa,kenapa kau bisa basah kuyup seperti ini?" ujarku sambil menggaruk tengkuk leherku.

"Bisakah kita berbicara didalam?" ucapnya yang sontak memeluk hangat diriku. Aku tidak menyangka ia berani memelukku seperti ini. Tidak, tubuhnya sedingin es namun aku dapat merasakan kehangatan tulus dari pelukannya.

"E-e-a-Aurora?" ujarku gugup.

"Kenapa? Apa aku tidak boleh menginap di rumahmu?" tanyanya yang mengadah kearahku.

"Bukan begitu,maksudku ayo masuk. Disini sudah terlalu dingin." jelasku.

Ia mengangguk kecil dan duduk di sofa ruang tamu. Aku melihat matanya sembab apa ia menangis? Atau terkena guyuran hujan? Yang pasti dia harus ganti baju sebelum ia sakit.

"Ra? Kamu mandi terus ganti baju. Sementara, kamu pake baju aku aja. Tapi,semua bajuku longgar dan bermotif lelaki." ujarku yang duduk disebelahnya.

Ia menoleh dan menatap wajahku. Tidak mata coklat tuanya mengarah ke arah bibirku. Apa ia ingin menciumku?
Ya, benar ia mencium lembut bibirku. Bibirnya dingin dan mengigil. Tapi,aku menikmatinya. Matanya terpejam dan menarik tengkuk leherku. Aku rasa ia sudah tenang sekarang. Terlepaslah ciuman kami.

"Iya Nath,aku minta maaf soal Alex. Aku benci dia Nath. Aku mau mandi dulu, soal baju tidaklah masalah." sahutnya dan bergegas menuju kamar mandi.

Aku menuju dapur dan membuatkan oatmeal untuknya. Aku tidak terlalu bisa memasak yang rumit. Aku hanya membeli makanan instan di supermarket. Aku tidak ingin makan, karena aku sudah kenyang dengan ciuman kita. Aku cinta dirinya.

"Nath," panggilnya.

'Oh tuhan dia begitu cantik, rambut basahnya, buliran air yang mengucur mengikuti lekuk lehernya. Membuat hatiku semakin meleleh.'

"Nath?" panggilnya lagi dan sontak membuatku terbangun dari khayalku.

"Iya?" jawabku dan menatap matanya.

"Aku ingin kau tahu satu hal. Tapi kau janji untuk tidak membenciku." tanyanya dengan air mata yang mulai membendung di sisi matanya.

"Tahu apa?"

"Aku hamil, Nath." ujarnya dan tertunduk dihadapanku.
Perkataannya membuat diriku serasa terhantam pukulan keras. Dan jiwaku terasa terhempas entah kemana. Aku tertegun dan mataku terbelalak setelah mendengarnya.

"Aku minta maaf Nath, aku gak percaya sama kamu, aku gak tau harus apa. Aku sekarang hanya punya kamu. Aku tahu kamu benci sama aku. Aku bakalan pergi dari kehidupan kamu." sambungnya lagi dan perlahan menjauh dariku. Aku memegang erat lengannya.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang