Bagian 1

12.6K 854 58
                                    

Pria kecil berlari memasuki sebuah rumah diikuti bocah lain yang mengenakan hoodie kebesaran dengan telinga panjang di bagian kupluknya.

" Chi, tunggu, Chi!"

Si pria kecil tak membalas seruan temannya, hanya terus berlari menghampiri kamar sang mama yang telah 4 hari tak ditemuinya pasca melahirkan.

" Papa!" pekiknya tidak sabar ketika melihat ayahnya berdiri di sisi ranjang, " Mama sudah pulang dari rumah sakit?"

Pandangannya bergulir pada sosok wanita yang mengenakan terusan berwarna gelap dan duduk berselonjor kaki di atas kasur.
Si bocah lantas tersenyum girang mendapati buntalan kecil di gedongan sang mama.

" Adik bayi?" suara kecil membuatnya menoleh cepat pada bocah di sebelahnya. Itachi tersenyum sumringah sebelum meraih tangan sahabatnya untuk menghampiri sang mama.

" Itachi," sapa Mikoto teriring senyum lembut menenangkan.

" Halo, Sayang-"

" Bibi perutnya sudah tidak bulat lagi," potong suara kecil milik bocah perempuan di sebelah putranya membuat Mikoto terkekeh geli.

" Karena bayinya sudah keluar," balasnya.

" Ini Sasuke?" Itachi naik ke atas ranjang dengan tidak sabar. Menatap bayi mungil dalam gendongan mamanya dengan mata berbinar kagum sekaligus gemas.

Mikoto mengangguk, sementara Fugaku tersenyum samar melihat tingkah dua bocah lima tahun yang duduk menghadap istrinya.

" Sasuke?" bocah pirang dengan hoodie besar mengernyit. Meminta penjelasan dari Itachi maupun ibunya tentang siapa Sasuke?

" Iya. Sasuke Uchiha. Adikku," balas Itachi bangga. Menunjuk adik laki- lakinya yang masih merah.

" Aku yang memberinya nama," tambahnya dengan cengiran kecil menggemaskan.

Si pirang mengangguk beberapa kali tanda mengerti meski alisnya masih bertaut dengan ekspresi bingung, kemudian melempar pandangannya kembali pada bayi mungil di pangkuan mamanya Itachi dan tersenyum lebar.

Pipi gembilnya terangkat dan matanya menyipit lucu.

" Sasuke lucu sekali. Pipinya besar seperti nasi kepal buatan paman-"

" O-oaa," suara kecil Sasuke yang menggeliat terdengar pelan. Bibir mungilnya membentuk bulatan kecil dan mata besarnya mengerjap beberapa kali lalu kembali terpejam sesaat setelahnya.

" Whoaaa, Chi, Chi, dia bersuara," gemas si pirang. Menahan diri untuk tidak mencubiti kedua pipi si bayi.

" Bibi, aku boleh mencium Sasuke- nya?"

" Tidak boleh, ini adikku," Itachi mendorong dahi si pirang dengan telunjuknya. Lantas tertawa begitu mendapati wajah merengut sahabat pirangnya yang sebelas dua belas dengan boneka rillakuma pemberian paman Obito saat ulang tahunnya yang ke empat tahun lalu.

" Pelit."

Mikoto terkekeh.

" Bibi~"  rengek si pirang meminta bantuan dengan kening berkerut dalam.

" Boleh, Naruto. Kau boleh menciumnya," si wanita mengulas senyum lembut, mendekatkan sang bayi mungil ke hadapan bocah pirang di sebelahnya.

Naruto memekik gemas sebelum mengirim kecupan basah di dahi Sasuke yang hangat dan wangi bedak bayi. Senyum manis itu tak luput dari penglihatan Itachi dan membuatnya ikut menarik kedua sudut bibirnya senang dan berujar," Jangan lama- lama ciumnya. Masih kecil tidak boleh cium- cium sembarangan, nanti kau bisa jatuh cinta pada adikku."

Firefly For SasukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang