Salju pertama turun ketika cafe tidak begitu penuh dengan pengunjung senja itu. Menuai decak kagum dari banyak pasang mata di balik dinding kaca tebal yang sedikit berembun.
Itachi duduk dengan secangkir kopi yang telah mendingin di atas meja. Membuka lembaran kertas yang menumpuk di sisi laptop kelabu dengan layar menyala.
Harinya selalu begini.
Ketika jenuh mulai merayapi dan pekerjaan selalu berdatangan seolah tak ada habisnya. Mencari suasana baru untuk bekerja selalu menjadi pilihan Itachi.
Biasanya, Naruto akan datang untuk sekedar menemani atau mengoceh banyak hal di dekatnya tentang apapun. Namun untuk kali ini gadis itu sepertinya sibuk dengan urusannya sendiri meski ini hari minggu dan gadis itu tidak sedang bekerja.
Sejak bersama dengan Sasuke enam bulan lalu, Naruto tak lagi sering menemaninya seperti dulu. Tak lagi sering mengekorinya seperti ketika mereka kecil dan remaja.
Kadang Itachi rindu.
Merindukan kebersamaan mereka yang luar biasa. Menghabiskan hari dengan bermain dan mengobrol tidak mutu. Melempar umpatan dan makian bodoh yang terlampau biasa untuk didengar meski ucapan terlalu kasar. Tapi itu hal paling menyenangkan untuk dilakukan.
Itachi rindu.
Sahabatnya.
Sahabat terbaik dalam hidupnya yang monoton.
Sahabat yang kini dimiliki oleh orang lain yang tak lain adalah adik laki- lakinya sendiri.
Namun ia mengerti bahwa ada saatnya di mana mereka tak bisa lagi sering bersama seperti sekarang. Entah karena kesibukan atau barangkali karena keadaan yang memaksa mereka untuk membuat sebuah jarak karena memang seharusnya begitu dan tentu itu sedang diperlukan di saat- saat seperti sekarang.
Demi seseorang yang kini telah mengisi sudut hatinya.
Ponsel bergetar. Sebuah notifikasi pesan masuk.
Itachi meraih ponselnya cepat untuk membaca pesan singkat yang dikirim Kyuubi untuknya.
Lantas pemuda itu tersenyum kecil.
Jemarinya yang kokoh dengan cekatan membereskan berkas pekerjaan yang sedikit berantakan, menyusun dan merapikannya lagi lalu memasukkannya ke dalam tas, kemudian beralih untuk mematikan laptop.
"Itachi," sapaan terdengar. Bersamaan dengan suara derit kursi cafe yang ditarik mundur untuk diduduki.
Itachi mendongak dan menemukan sepasang manik orange yang menyabit berkat sebuah senyuman.
"Lembur lagi?" tanya orang itu. Dan Itachi mengangguk. Membalas senyuman.
"Maaf, aku baru bisa datang. Toko pamanku ramai pagi ini dan aku tidak mungkin meninggalkannya."
"Tidak masalah, Kyuu. Apa kau lari? Kau tersengal dan kelihatan pucat," Itachi mengulurkan tangan untuk mengusap peluh samar di dahi Kyuubi. Gadis manis itu mengangguk kikuk dan membiarkan sang pemuda melakukannya.
"Aku tidak ingin membuatmu menunggu lama. Jadi, aku berlari."
Itachi mendengus.
"Dasar. Padahal tidak perlu buru- buru loh. Aku akan tetap di sini untuk menunggumu."
Kyuubi mengulas senyum kecil. Manis sekali.
"Benarkah?" tanyanya.
"Tentu. Kenapa memang?"
"Bukannya menunggu Naruto?"
Kening Itachi mengerut. Menatap Kyuubi yang kini balik menatapnya tepat pada retina. Tapi masih dengan senyuman yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Firefly For Sasuke
Fiksi PenggemarItachi Uchiha adalah sahabat baik Naruto sejak mereka masih kecil. Ia cukup tahu jika sahabat pirang ajaibnya itu jatuh cinta pd adik laki2 nya yang kelewat judes meski mereka terpaut jarak usia lima tahun. Dan bagi Itachi, menyaksikan kisah mereka...