Bagian 7

4.8K 697 201
                                    

Itachi mengernyit. Melirik aneh ke arah samping beberapa kali sebelum kembali mengerjakan PR nya. Pemuda dengan kaos hitam tanpa lengan berkerah tinggi itu mengulum bibirnya sejenak dan menggumam pelan tentang sesuatu yang hanya mampu didengarnya sendiri.

" Whoaa~ gelangnya genit!" pekikan terdengar. Lagi. Dari arah samping tempat kedua netra kelam si Uchiha tadi sempat berlabuh.

Itachi menghembuskan nafas kasar.

Bocah sinting.

" Chi, lihat, Chi, gelangnya berkedip padaku."

" Hentikan kelakuan idiotmu, Naruto. Apaan kau ini mirip orang sinting bicara pada benda mati begitu?"

Naruto melotot. Tidak terima.

" Jaga mulutmu, Chi! Ini harta berhargaku."

Itachi mendecih. Entah dari mana si pirang mendapatkan gelang murahan yang harganya bahkan tidak semahal harga semangkuk ramen langganan mereka di dekat sekolah. Dari sejak pagi tadi mereka berangkat bersama hingga sore yang bahkan nyaris mendekati malam sahabat pirangnya ini terus saja memandangi si gelang keramat seraya mengulum senyum kecil menjijikkan.

Itachi tidak habis pikir dengan tingkah teman mainnya sejak mereka masih menggunakan popok belasan tahun silam. Gadis itu tak sekalipun terlihat tertarik dengan benda semacam itu. Seumur- umur baru kali ini ia melihat Naruto dengan suka rela mengenakan aksesoris merepotkan seperti itu.

" Memang dari siapa sih?"

Naruto melirik.

" Yang jelas bukan darimu," balasnya cepat menuai dengusan malas dari Itachi.

" Kau kan pelit. Sudah begitu selalu menindasku. Dasar teman pahit."

" Apaan?"

" Makanya kau keriputan, Chi. Lihat nih! Dua tahun lagi pasti mukamu brewokan,  jambangmu memanjang dan janggutmu juga jadi dua- aduhh!"

" Sinting!"

" Sakit tahu, Chi!" Naruto mendelik. Mengusap beringas keningnya yang disentil Itachi dengan ujung bolpen.

" Jangan berisik. Aku mau mengerjakan PR."

Naruto menggerutu pelan. Menggulirkan pandangannya kesal  keluar jendela dan tertegun.

" Kenapa Sasuke baru pulang?" gumamnya. Satu sudut bibirnya tertarik membentuk garis lurus. Mengumpat dalam hati karena harus mendapati si gebetan tengah melambaikan tangan pada Sakura yang tertawa lebar di depan rumahnya.

" Oh, dia ada janji menemani Sakura ke toko buku sepulang sekolah," balas Itachi tanpa menoleh.

" Kenapa dia tidak bilang padaku?"

Itachi menoleh cepat, menaikkan satu alisnya sebagai tanda tanya dan berujar, "Memangnya harus ya bilang padamu dia mau kemana?"

" Tidak sih," meringis masam. Naruto lantas berdecak kesal dan kembali melempar pandangannya keluar dimana Sasuke kini tengah melepas sepatunya di depan pintu rumah Uchiha. Oh, Naruto menyesal kenapa tadi ia mempersilahkan si Itachi  mengerjakan PR di rumahnya dan bukan di rumah Uchiha. Seharusnya ia bisa menyambut kedatangan Sasuke saat ini.

Gadis itu menghembuskan nafas kasar. Menatap Itachi dengan satu tangan menjadi tumpuan kepala di atas meja. Tampak berpikir sejenak sebelum membuka mulutnya untuk memanggil sang teman.

" Chi, Chi."

" Hmm?"

" Kalau Sasuke kutembak bagaimana?"

" Ya tembak saja. Memang kenapa?" Itachi bertanya malas.

" Lalu aku harus bilang bagaimana?"

" Aku mencintaimu, mau tidak jadi pacarku, begitu saja tidak bisa."

Firefly For SasukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang