Sasuke tidak pernah tahu apa itu kehilangan. Bagaimana rasanya ketika seseorang yang disayangi tiba- tiba menghilang dari kehidupannya, menjauh dan tak pernah lagi bisa dijangkau olehnya. Sasuke tidak pernah tau. Atau setidaknya belum? Tapi ia percaya jika perasaan itu cukup menyakiti siapapun yang mengalaminya. Termasuk Naruto.
Yang Sasuke lihat sejak dua hari lalu adalah pintu bercat cokelat yang selalu tertutup rapat ketika ia berkunjung bersama Itachi. Seorang wanita yang mengaku sebagai nenek Naruto mengatakan pada mereka jika cucunya itu hanya keluar ketika hendak ke kamar mandi, selebihnya memilih untuk mengunci diri di kamar dan menolak untuk makan.
Terkahir ia bisa melihat gadis itu adalah ketika senja saat pemakaman Kakashi Hatake tempo hari. Gadis itu tidak menangis. Hanya berdiri tegak di sisi wanita berambut pirang lainnnya dengan wajah yang terlihat begitu muram dan enggan berpandangan dengan siapapun termasuk Itachi, tak membalas ucapan- ucapan turut berduka yang dilontarkan untuknya, bahkan tampak mengabaikan keberadaan orang- orang di sekitarnya. Naruto seperti patung berjalan yang seolah enggan untuk disentuh oleh siapapun.
Itachi pun tak jauh berbeda, kakak laki- lakinya itu juga terlihat sangat sedih dan kehilangan begitu pula dengan sang mama dan ayahnya. Hanya saja ayahnya terlihat lebih tegar dan masih mampu mengulaskan senyum kecil ketika menyambut kedatangan tetangga mereka yang melayat.
" Chi, bisakah kau membujuknya makan? Naruto bisa sakit jika begini terus," Mikoto menatap putra sulungnya penuh harap. Wajahnya terlihat letih dan layu. Wanita itu terus mencemaskan sahabat putranya sejak mendengar kabar kecelakaan yang dialami Kakashi. Sang mama lah yang terus berdiri di sisi Naruto ketika nenek gadis itu belum tiba di Konoha.
" Mama tahu aku sudah membujuknya berkali- kali. Tapi bahkan dia tidak mau membalas panggilanku," si sulung membalas dengan wajah lesu. Mengusap kasar wajahnya dengan telapak tangannya yang lebar.
" Naruto pasti benar- benar merasa sedih. Bagaimanapun Kakashi adalah seseorang yang selama ini merawatnya," Mikoto berujar lirih. Matanya berpendar pelan. Terlihat sangat putus asa.
" Ya Tuhan, bagaimana bisa ini terjadi pada Naruto ku?" wanita itu mengerang kecil dengan mata yang kembali basah. Menyesalkan nasib putri tetangganya yang sudah seperti anaknya sendiri.
" Ibu istirahat saja. Biar aku yang menunggunya keluar dari kamar. Nenek Naruto bilang dia akan keluar saat mau ke kamar mandi," Itachi menepuk pelan bahu sang mama.
" Tapi, mama ingin menunggu-"
" Tidak. Biar aku yang akan menunggunya bersama Sasuke," ulang pemuda itu lagi.
Mikoto terlihat begitu enggan meski akhirnya mengangguk pelan. Menuruti permintaan sang putra. Bagaimana pun ia juga perlu istirahat setelah dua malam menginap di rumah Naruto tanpa bisa tidur nyenyak. Wanita itu beranjak. Sedikit terhuyung ketika rasa pening mendera sisi kepalanya yang terasa memberat. Bersyukur Itachi menahan tubuhnya dengan cekatan.
" Baiklah. Mama pulang dulu."
" Perlu ku antar?"
" Tidak. Kalian tetap di sini saja."
Sasuke menggeser sedikit tubuhnya, memberi ruang untuk Mikoto keluar dari rumah Naruto karena sejak kedatangannya beberapa saat tadi ia hanya bersandar pada kusen pintu ruang tamu milik tetangganya itu.
" Sebisa mungkin paksalah dia untuk makan, Itachi," sang mama kembali bersuara yang lantas diangguki sang putra. Kemudian berlalu.
Itachi menarik pandangannya, membawa kedua netranya untuk menatap sang adik yang masih betah berdiri di pintu.
" Kemari. Duduk di sini," pemuda itu menepuk pelan beberapa kali pada sisi sofa tempatnya duduk. Meminta adiknya untuk mendekat.
" Kemana neneknya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Firefly For Sasuke
Fiksi PenggemarItachi Uchiha adalah sahabat baik Naruto sejak mereka masih kecil. Ia cukup tahu jika sahabat pirang ajaibnya itu jatuh cinta pd adik laki2 nya yang kelewat judes meski mereka terpaut jarak usia lima tahun. Dan bagi Itachi, menyaksikan kisah mereka...