Tidak ada yang perlu diakhiri, karena memang kita tidak pernah mengawali semua ini.
💞💞Angin berhembus dengan begitu santainya, seakan tak menghiraukan suasana hati seorang gadis yang tengah termenung sendiri di taman belakang sekolah. Namun sepertinya ini lebih baik, gadis itu merasa lebih berkawan saat ini. Berkawan dengan angin yang membelai lembut dan sedikit membuat kerudung panjang yang ia kenakan bergerak.
Drrttt drrttt
Khalif Tukang Es
Assalamualaikum, untuk anggota yang terpilih lomba mading diharapkan nanti berkumpul di ruang jurnalistik untuk rapat.
Ternyata itu adalah pesan whatsApp dari khalif untuk Asya.
Asya
Gue ijin datang telat ya lif, masih ada urusan.
Send.
Setelahnya tak ada lagi tanda-tanda pesan masuk dan itu berarti bahwa Khalif tidak membalas pesan Asya. Asya kembali menghembuskan nafas dengan kasar dan focus pada lamunannya. Gadis 17 tahun itu terlihat seperti menyimpan beban masalah yang cukup besar.
Tak terasa sudah 30 menit ia berada di taman belakang sekolah sampai akhirnya bel tanda masuk berbunyi. Satu per satu siswa yang berada di taman mulai beranjak meninggalkan taman dan kembali ke kelas masing-masing. Sedang Asya masih Nampak berfikir.
"Gue pasti bisa lupain lo Lif!!" ucap Asya seraya bangkit dari duduknya dan mulai berjalan menuju kelasnya.
"Kamu dari mana aja Sya kok tadi nggak ke kantin?" Tanya Nazla.
"Lagi diet gue," Jawab Asya asal.
"Diet? Lo aja udah cungkring gitu, mau jadi tengkorak hidup?" jawab Gavin yang langsung duduk di sebelah Asya.
"Berisik lo!" jawab Asya sambil melihat ke arah Gavin sejenak lalu kembali fokus menghadap ke depan. Ya, sampai detik ini Asya masih tetap satu bangku dengan Gavin.
Drrtt drrtt
Khalif Tukang Es
Ya.
"Udah gitu doang? Gue chat panjang lebar tapi jawabnya gitu doang? Berasa bayar sms per kata, lagian ini kan bukan sms," omel Asya saat membaca pesan dari Khalif.
"Lo deket sama Khalif?" Tanya Gavin tiba-tiba. Ternyata dia tadi sempat mengintip isi percakapan chat yang sedang dibuka Asya.
"Deket gimana? Orang kelasnya sama kelas gue aja jauh," jawab Asya sinis.
"Bukan deket yang kaya gitu. Maksudnya itu lo deket semacam sering chat gitu?" Tanya Gavin masih tetap kepo.
"Nggak, biasa aja. Siapa yang mau chat sama es batu tanpa sirup gitu."
"Hahaha, suka sama dia baru tahu rasa lo. Eh tapi jangan ding, lo sukanya sama gue aja," jawab Gavin santai.
"Asya suka sama Khalif?" Tanya Nazla yang tiba-tiba ikut nimbrung. Entah gadis itu mendengar ucapan terakhir Gavin atau tidak. Tapi dari gelagatnya yang biasa saja sepertinya ia tidak mendengarnya.
"Eng...nggak, siapa yang suka sama Khalif," Asya mengelak. Namun jantungnya kembali berdetak lebih cepat.
"Bahkan Cuma sekedar nyebut nama lo aja udah ngebuat gue deg-degan Lif." Batin Asya.
"Kok pipi lo merah gitu Sya?" Tanya Gavin. Asya hanya diam dan mencoba menstabilkan diri yang sepertinya sudah terjebak dalam pancingan Gavin.
"Hahaha, udah ngaku aja kali Sya. Khalif baik kok anaknya, tapi ya lo tahu sendiri kalau dia itu anti pacaran. Gue setuju-setuju aja sih lo suka sama dia, yang penting lo nggak suka sama Gavin," ucap Nazla. Dan kalimat terakhir Nazla cukup menyentil perasaan Gavin, bukan Asya tapi Gavin. Karena memang Gavin lah yang sering sekali menggoda Asya tanpa peduli persasaan Nazla.

KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa & Rahasia
SpiritualSeperti teori Big Bang yang menceritakan tentang pembentukan alam semesta. Seperti teori hukum alam Hugo de Groot yang menyatakan bahwa sumber hukum alam adalah pikiran atau akal manusia. Aku ingin menjadi lebih dari sekedar diriku sendiri! Aku ing...