Part 12

1.3K 75 7
                                        

Diharapkan ketika membaca part ini sambil mendengarkan lagu 'Biarkan Aku yang Pergi' ~ Aldi Maldini, biar tambah sipp hehe.







Ku hanya bisa berharap kau bahagia disana. Dengan dia pilihanmu, walau dia sahabatku.
***



“Lo yakin baik-baik aja?” tanya seorang lelaki berjaket kulit hitam pada seorang gadis di depannya.

“Gue baik-baik aja kali No. Emang gue kenapa?” jawab sang gadis sambil sedkit tertawa hambar.

“Gue tahu lo lagi ada masalah sama Gavin kan? Lu istirahat aja deh, daripada nanti pengunjung kafe gue pada kabur dengerin suara lo,” ucap sang lelaki lagi.

“Alay lo No. Gue sama Gavin baik-baik aja kok. Lagian nyanyi kan udah jadi keseharian gue. Lo lupa yang membuat kafe lo rame ini siapa kalau bukan suara merdu gue,” jawab Nazla sok percaya diri.

Ya, gadis itu adalah Nazla. Dan lelaki yang tengah berbincang dengannya adalah Vano yang lebih sering dipanggil Nono oleh Nazla. Selama ini Nazla sering menyanyi di kafe milik Vano yang merupakan sahabatnya dari SMP.

“Sudah saatnya cari yang baru, karena yang lama sudah rusak. 1+1 = 2, itu pasti. Jadi carilah yang pasti!” Jawab Vano sok bijak.

“Tumben lo bijak No. Belum terlalu rusak kok, jadi masih belum butuh yang baru. Lo tenang aja, gue lagi usahain yang ini jadi pasti.” Jawab Nazla dengan senyum getir.

Pasti? Hubungannya dengan Gavin saja tak jelas kemana arahnya. Lalu kata pasti apa lagi yang harus diusahakan. Hatinya memang masih pasti, tapi bagaimana dengan hati Gavin?

“Hati lo tuh terbuat dari apa sih La? Terima aja dibegoin sama Gavin.” Vano masih saja berucap sengit.

Vano merupakan sahabat baik Nazla selain Ulula dan juga Asya. Dan lebih sering ia mencurahkan isi hatinya kepada Vano yang notabenya berbeda sekolah dengannya. Meski sekarang sudah tidak lagi. Nazla lebih sering memendam perasaannya sendiri.

“Udah deh, gue kesini mau nyanyi pak bukan mau curhat.” Nazla mulai gemas. Mungkin lebih tepatnya merasa dadanya kembali sesak jika mengungkit hubungannya dengan Gavin.

“Lo nggak pengen duet sama gue gitu buk?” tanya Vano enteng.

“Etdah, sadar diri kali pak. Bapak megang mic aja fals pakai acara mau ngajak duet.”

“Ibuk yee sekate-kate kalau ngomong,” jawab Vano.

Nazla mengambil gitarnya dan berniat untuk beranjak. Melangkahkan kaki dan kembali memfokuskan diri. Apapun masalah yang sedang ia hadapi, tetap ia harus profesional. Karena hanya bernyanyi yang bisa membuatnya lebih tenang.

Suara petikan gitar itu mengalun dengan begitu harmoninya. Dari suara petikannya saja seolah menggambarkan bahwa perasaan seseorang yang memainkannya sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Tak kusangka semua seperti ini

Semua yang indah berubah jadi sirna

Tak habis pikir kau tega seperti ini

Meninggalkan aku tanpa suatu kepastian

Ku hanya bisa berharap kau bahagia disana

Dengan dia pilihanmu walau dia sahabatku

Biar aku yang pergi

Biar aku yang tersakiti

Biar aku yang berhenti

Romansa & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang