Bukan kamu yang salah, juga bukan cinta yang salah. Hanya saja aku yang memilih untuk tetap bertahan bahkan disaat kamu telah mencoba untuk melepaskan.
***
“Sekali lagi lo sentuh dia, habis lo sama gue!!” ucap Khalif yang kemudian meninggalkan Gavin dan berjalan ke arah Asya yang masih terisak.
“Gue anter lo pulang!” ucap Khalif pada Asya sambil melepaskan jaket yang ia kenakan dan kemudian ia pasangakan ke gadis yang masih menangis didepannya itu. Meski dengan sedikit ragu, Khalif memberanikan diri untuk menarik tangan Asya menuju parkiran. Karena ia tahu bahwa gadis ini masih dalam keadaan sangat shocked akibat kejadian barusan.
Di sisi lain, Gavin masih tetap bertahan dengan posisinya yang tersungkur. Ia merutuki kebodohan yang baru saja ia lakukan. Ia merasa sangat bodoh karena tak mampu menahan gejolak dalam dirinya. Yang harusnya ia sadari dan tak boleh dilupakan adalah Asya tidak sama dengan gadis-gadis lainnya yang bisa dengan mudahnya ia modusi. Dan Asya juga bukan Nazla yang bisa ia tenangkan dengan pelukannya. Laki-laki itu benar-benar lupa jika gadis yang kini ia cintai adalah gadis yang berbeda, Annasya Shasfa Farzana.
Sepanjang jalan Asya hanya diam. Dia mengikuti kemana langkah kaki akan membawanya pergi. Lebih tepatnya tangan yang kini menuntunnya menuju parkiran. Pikiran Asya kosong. Tak ada senyuman atau kebahagiaan ketika melihat laki-laki yang dicintainya berada dalam jarak dekat dengannya. Fokusnya seakan hanya pada dirinya yang merasa sangat ternoda.
“Ayo naik,” ucap Khalif karena melihat Asya yang masih saja mematung di samping motor matic milik Khalif.
Asya yang tersadar dari lamunannya, dengan ragu menaiki motor Khalif. Tepat di belakang Khalif. Dan ini adalah kali pertama bagi Asya berada dengan jarak yang sangat dekat dengan lelaki pujaannya itu. Dan juga ini adalah kali pertama Asya berboncengan dengan lelaki selain ayahnya.
Tak ada percakapan sepanjang perjalanan. Keduanya fokus dengan pikirannya masing-masing. Dengan Khalif yang memang irit bicara dan juga Asya yang kini dalam keadaan tidak baik. Seandainya kali ini Asya sedang dalam keadaan baik-baik saja mungkin ia tidak akan bisa tidur 3 hari 3 malam karena terlalu bahagia dibonceng seorang Khalif.
“Turun,” ucap Khalif setelah menghentikan motornya.
“Ehh? Kok kita berhenti disini?” Asya tersadar jika itu bukan rumah Asya.
“Udah masuk dulu. Duduk situ aja,” ucap Khalif sambil menunjuk salah satu meja kosong di sudut ruangan.
Ya, sekarang mereka sedang berada di kedai ice cream. Entah apa yang membuat Khalif menghentikan laju motornya di tempat itu.
Asya hanya mengikuti perintah Khalif untuk menunggu di meja yang sudah ditunjukkan Khalif. Kesadarannya perlahan mulai kembali, karena kini ia sedang mengamati gerak-gerik Khalif yang sedang memesan ice cream. Laki-laki sedingin es yang selalu mampu untuk menghangatkan perasaan.
“Kenapa lo ngajakin gue kesini?” tanya Asya setelah Khalif duduk di depannya.
“Biar lo bisa tenangin diri dulu. Gue nggak mau lo pulang dalam keadaan kacau begini, nyokap pasti akan khawatir.” Kali ini Khalif berkata sedikit panjang dan setelahnya kembali fokus memainkan HP-nya. Khalif hanya bingung dengan apa yang akan ia lakukan setelahnya. Bahkan ia tak berani untuk membahas kejadian tadi. Hanya takut Asya tersinggung dan kembali terpuruk.
“Gue nggak tahu salah gue apa,” ucap Asya tiba-tiba, masih dengan raut wajah dan tatapan sendu.
“Gue ngerasa hina banget Lif. Seakan apa yang udah gue jaga selama ini dengan gampangnya dia patahin gitu aja.” Asya memberi jeda sejenak, memorinya kembali memutar kejadian di taman yang menurutnya sangat menjijikkan. Saat ia berada di pelukan Gavin, ia merasa sangat ternoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa & Rahasia
EspiritualSeperti teori Big Bang yang menceritakan tentang pembentukan alam semesta. Seperti teori hukum alam Hugo de Groot yang menyatakan bahwa sumber hukum alam adalah pikiran atau akal manusia. Aku ingin menjadi lebih dari sekedar diriku sendiri! Aku ing...