Part 8

1K 63 7
                                    

Nggak perlu bilang kalau lo sayang sama gue, karena gue udah tahu dari dulu.
***









“Khalif!!” teriak Asya. Lagi-lagi Khalif kembali membalikkan badan.

“Temenin gue ke kantin! Gue laper,” rengek Asya lagi melangkah mendekati Khalif.

“Gak.”

“Nanti kalau maag gue kumat, lo yang bakalan dimarahin bunda!” ancam Asya.

“Hubungannya sama gue?”

“Ya ada pokoknya kalau lo nggak mau nemenin gue makan, gue laporin ke bokap kalau lo sering bolos pelajaran sejarah!” ancam Asya lagi. Khalif hanya memutar bola matanya jengah.

Asya menarik seragam Khalif dan menyeretnya menuju kantin. Dengan langkah malas, Khalif mengikuti Asya.  Tanpa mereka berdua sadari, bahwa ada sepasang mata yang sejak awal mengamati percakapan mereka berdua bahkan hingga mereka sudah mengilang ditelan lorong sekolah. Tak hanya itu, banyak pula pasang mata yang heran melihat kedekatan mereka. Mengingat bahwa selama ini baik Khalif maupun Asya tak pernah terlihat dekat dengan lawan jenisnya.

Sesampainya di kantin, Asya memesan sepiring nasi goreng dan juga teh panas. Sedang Khalif tidak memesan apa-apa karena memang dirinya tidak sedang lapar.

Sambil menunggu pesanannya datang, Asya memfokuskan matanya pada sosok yang tengah duduk di depannya. Memandangi setiap inci wajah lelaki yang nampak terpahat sangat sempurna. Seakan tak mempedulikan bahwa ia telah zina mata karena terlalu lama memandang lelaki yang bukan mahramnya. Khalif yang sedikit merasa risih lebih memilih untuk diam dan fokus denggeser-geser benda pipih yang ia pegang.

“Ini neng makanannya.”

“Oh iya, makasih buk,” jawab Asya

Asya langsung melahap makanannya. Tak mempedulikan bahwa didepannya masih terdapat seonggok manusia. Toh Khalif sendiri juga biasa saja, bahkan ingin segera beranjak dari tempat itu.

“Lif, mau?” tawar Asya pada Khalif. Sedang Khalif hanya menggeleng dan tetap fokus pada games di Hp-nya.

“Aaa,” ucap Asya sambil menyodorkan sendoknya bermakasud untuk menyuapi Khalif.

“Gak!”

“Satu suapan aja. Kalau nggak, gue bakalan laporin...” ucap Asya lagi. sedang Khalif hanya mampu menghembuskan nafas kasar. Entah kenapa hari ini Asya nampak sangat menyebalkan, itu batinnya.

Dengan sangat terpaksa, Khalif menerima suapan nasi goreng dari Asya. Asya tersenyum penuh kemenangan. Sedang Khalif hanya mendengus kesal. Ingin sekali dia segera beranjak, namun pasti akan ada ancaman-ancaman lain yang keluar dari mulut Asya.

“Lif, emang kita nggak bisa seperti dulu lagi ya?”

Khalif tetap diam tak menghiraukan.

“Lif!”

“Hmm,”

“Jawab pertanyaan gue tadi!”

“Gak,”

Jawaban padat dan singkat itu cukup menohok hati Asya. Memang tak seharusnya dia menanyakan pertanyaan itu lagi, karena sebenarnya dia sudah tahu jawabannya. Dan jawabannya akan tetap sama.

“Lif, gue sayang sama lo!” ucap Asya sok santai padahal jantungnya sudah berdetak tak beraturan.

Khalif mematikan games di Hp-nya dan kemudian memasukkannya ke dalam kantong celananya. Membuang nafas kasar kemudian berdiri dan bersiap untuk melangkah.

Romansa & RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang