***
Author pov
Lala dan Divan berjalan beriringan menuju ke kelas 10 Ipa 2. Langkah Divan terhenti saat ia baru mengingat bahwa hari ini ada Pr Fisika.
"Anjir, gue belom ngerjain Pr Fisika." Ucap Divan histeris yang membuat kesan diwajahnya menjadi sangat lucu bagi Lala. "Selaw aja. Gue udah selesai, entar lo nyontek aja sama gue." Ujar Lala santai tapi berdampak besar bagi Divan. Bagaimana tidak? Dikasih contekan gratis. Sama cecan lagi. Mantap sudah hidup Divan.
"Makasih Lala." Ujar Divan dengan cengiran khasnya.
"Alay lo." Timpal Lala kemudian melanjutkan jalannya menuju bangkunya.
Lala duduk dibangkunya kemudian mengeluarkan buku latihan Fisika dan memberikannya pada Divan yang telah duduk disampingnya. "Wehh, mantap nih. Makasih ya La." Ucap Divan lalu mulai menyalin isi dari buku Lala.
"Anjirrr, kalo nyontek bagi bagi dong." Ucap Fadhil seraya menarik buku dari meja Divan. "Fuck. Gue belom selesai, njing" Timpal Divan kemudian merebut buku Lala dari Fadhil. Hingga aksi rebut merebut terjadi antara Divan dan Fadhil.
Lala menatap malas kedua cowok dihadapannya yang sedang berebutan buku Fisikanya. Begitupun dengan Nabilah yang telah menyumpal kedua telinganya akibat bosan mendengar pertengkaran kecil Divan dan Fadhil.
"Sini bukunya. Biar adil, gue bakal bacain jawabannya di depan kelas."
"Fuck."
"Anjing." Ucap Fadhil dan Divan bersamaan saat buku wasiat yang diperebutkan diambil paksa oleh Galih.
"Apa? Gue bacain kedepan kelas aja supaya adil." Ucap Galih yang mengerti dengan tatapan Divan dan Fadhil kepadanya.
"La, bukunya boleh kan gue bacain kedepan kelas?" Tanya Galih dan dijawab anggukan pasrah dari Lala.
Galih berjalan menuju depan kelas dan meminta teman temannya untuk diam.
"WOYY TEMEN TEMEN. GUE MAU BACAIN JAWABAN FISIKA, JADI HARAP KHIDMAT SAAT ACARA BERLANGSUNG." Ucap Galih dan mendapat komentar komentar dari teman sekelasnya.
"Anjir, lo kira ini Upacara?"
"Gece Gal,nanti Pak Tongtong keburu dateng."
"Yang kenceng Gal, jangan suara pas nonton itu aja yang kenceng."
"ANJING. BISA GAK KOMENNYA ENTARAN AJA. LO PADA MAU CONTEKAN ATAU GAK SIH?. KALO MAU DIEM."
"Njirr, kok gue ngerasa kalo Galih udah cocok jadi bapak ya"
"Kasihani jiwa hayatiku ini yang selalu kau teriaki ANJING."
"Galih kok sensitif amat sih? Lo kemaren malam gak ngehamilin anak orang kan?" Komentar Divan sukses membuat Galih kesal. Dari sekian banyak komentar dari teman temannya, hanya komentar Divan yang paling gila.
"Anjir lo Van, yakali gue ngehamilin anak orang. Kalo ngomong bisa di filter dulu gak? Abaikan yang tadi. SEKALI LAGI GUE DENGER KALIAN MASIH RIBUT, GUE GAK BAKAL BACAIN JAWABANNYA." Teriak Galih mencoba menenangkan teman kelasnya yang sudah seperti orang kesurupan.
"Galih kok galak sih?"
"Gue jadi takut deket deket sama Galih. Gue batalin ajalah rencana ngebet Galih."
"Si Galih udah berani ngancem ya?"
"Yaelah si tokek aja ditakutin. Cemen lo pada."
Galih mendengus kesal saat celotehan teman temannya masih mengisi pendengarannya. Galih menatap tajam teman temannya yang masih berkomentar tidak jelas padanya.
"YA ALLAH...APA SALAH HAMBAMU INI YA ALLAH. KENAPA KAU MEMBERIKU TEMAN TEMAN YANG OON SEMUA." Ucap Galih dengan kencang sambil akting se-dramatis mungkin.
"Gue gak oon ya Gal."
"Kok Galih tiba tiba jadi alim kayak gini."
"Lo ngomong kayak gitu kok kesannya kayak Baim ya?"
"NOMOR SATU." Teriak Galih yang membuat seisi kelas menjadi sunyi. Tapi hanya sesaat.
"Cepet banget njir."
"Pelan pelan saja..."
"Bentaran Gal, gue mau ganti pembalut dulu.
"GALIH AVARDO! KEMBALI KEBANGKU KAMU!"
"Anjirr...ini apalagi, pakek nyuruh balik kebangku segala. Tadi katanya mau cepet, ehh sekarang disuruh balik kebangku. Yang nyuruh gue siap--"
"Eh Pak Tongtong...anjir, maksud saya Pak Berry. Udah bel ya Pak? Bapak hari ini gan--"
"KELUAR KAMU DARI KELAS DAN BERJEMUR DILAPANGAN UPACARA SAMBIL MENGANGKAT SATU KAKI." Teriak Pak Berry dengan tegas.
"Khidmat khidmat ya Gal dilapangan Upacaranya."
"Rasain lo Gal."
"Akhirnya, si tokek di jemur, awas jadi tokek asin ya Gal."
"DIAM KALIAN SEMUA!" Teriak Pak Berry yang membuat seisi kelas mati kutu. Galih segera meninggalkan kelas sambil berlari seperti dikejar hantu.Pak Berry adalah salah satu guru terkiller di SMA Pusaka yang memiliki kekuasaan. Mengapa dipanggil Pak Tongtong? Itu karena Pak Berry memiliki tubuh gendut dan kumis yang panjang melintang dibawah hidungnya. Ide nama Tongtong sendiri didapat dari Fadhil. Fadhil bilang, ia pernah membeli Es Tongtong pada seorang laki laki tua yang memiliki tubuh gendut dan kumis yang panjang persis seperti ciri ciri Pak Berry.
(Kebayangkan kalo kalian sekelas sama Fadhil?😂)
***
Bel istirahat berbunyi sepuluh menit yang lalu. Divan berkali kali mengelap keringat yang bercucuran dipelipisnya. Divan dihukum Pak Berry karena tidak mengerjakan Pr Fisika. Alhasil, disinilah Divan sekarang, di gudang sekolah yang berdebu dan kusam.
"Bersih bersih sendiri..." Ujar Fadhil yang baru datang bersama Lala, Nabilah, Rafa, Qiqi, dan tidak lupa juga bersama Galih.
"Karma selalu datang pada akhirnya." Timpal Galih lalu bertos ria dengan Fadhil.
"Bacot anjing. La, minta minum dong." Ucap Divan dengan tampang memelas.
"Nih." Ujar Lala seraya membukakan botol air mineral lalu meminumkannya pada Divan. Setelah selesai, Lala mengelap keringat yang ada di pelipis Divan dengan tisu. Manis. Satu kata yang menggambarkan perlakuan Lala untuk Divan. Bahagia memang jika dapat bersama orang yang kita sayang. Yap. Lala sudah mulai menyukai Divan. Lala menyukai hal hal konyol yang dilakukan Divan. Lala menyukai sikap manis Divan kepadanya. Lala menyukai candaan candaan kecil Divan kepadanya. Dan yang pasti, Lala menyukai orangnya, yaitu Divan Gravin.
"Anjirr, awas khilaf Van."
"Anak orang jangan dibawak balik Van."
"Bacot. Ganggu lo semua." Ujar Divan menatap tajam Galih dan Rafa yang telah nyengir dengan tampang watadosnya.
***
Holla semuanya👋
Sorry ya kalo feelnya kurang dapet.
Jangan jadi siders ya, selalu Vomment setiap gue update part.
Thx😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny [On Going]
Teen Fiction"Awalnya gue bingung sama perasaan gue sendiri. Setiap kali gue deket sama lo, gue selalu aja deg deg-an. Setiap kali lo gombalin gue, pipi gue selalu aja blushing. Dan setiap gue lagi sendiri, gue selalu kangen wajah lo dan candaan candaan lucu lo...