Suasana altar kerajaan siang itu sedikit mencekam. Raja berdiri didepan singgasananya, dengan rahang mengeras. Seorang panglima dan beberapa tentara dibelakangnya bersimpuh hormat tunduk didepannya.
"Cari dia!" titah Raja.
"Sendhiko dawuh gusti." Mereka menjawab dengan serempak. Kemudian berdiri dan berjalan menjauh.
Raja mendudukkan diri di singgasananya kembali. Tangannya mengepal kuat diatas pangkuannya. "Gadis bodoh! Bagaimana bisa dia pergi mengintai musuh tanpa daulat dariku!"
Sementara itu, di ruang kaputren.
"Apa dia benar-benar pergi sendiri?"
"Njih kanjeng Ratu."
"Kenapa dia keras kepala sekali. Bagaimana kalau sampai ada yang menangkapnya."
"Saya yakin kanjeng Putri sanggup menjaga dirinya sendiri kanjeng Ratu."
"Kenapa dia nekat?" Ratu menghela nafas pelan. "Patih, apa peperangan ini benar-benar akan terjadi? Tidak bisakah kita menggunakan jalur lain."
"Sepertinya sulit, Ratu."
"Bagaimana kalau menggunakan pernikahan?"
"Kalau tabiat putri seperti itu, saya ragu kita bisa menggunakan jalan itu Ratu."
"Ah, benar juga. Andai dulu aku melarangnya berlatih bela diri dan mengajarinya unggah ungguh. Mungkin dia sekarang benar-benar menjadi perempuan yang lebih anggun."
.
.
.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
REBORN
Narrativa StoricaWulan Cahyaningtyas, mahasiswa teknik elektro. Terjebak dalam permainan waktu. Terlahir kembali ke jaman sebelum Nusantara mengenal listrik dan barang elektronik. Terlahir sebagai pelakon yang namanya pernah muncul di buku sejarah waktu SMA. Sayang...