Prolog

125 7 0
                                    


"Ini adalah pertama kali aku mengajak temanku ke rumahku, rasanya sedikit aneh. Apalagi aku memiliki seorang adik laki-laki yang nakal" Seorang perempuan berambut pirang menyuguhkan teh kepada teman yang sedang menunggunya di ruang tamu.

"Tapi aku tidak menemukan adikmu..."

"Dia sedang bermain dengan temannya di halaman depan. Dia akan kembali sebentar lagi." Jelas perempuan itu lagi, Joo namanya.

Benar saja, 2 bocah kecil berumur tidak lebih dari 7 tahun memasuki ruang tamu dengan badan yang agak belepotan.

"Kakak, aku lapar..." Eluh salah satunya.

"Makanlah, kakak sudah menyiapkannya di meja makan" Bocah itu berlari menuju meja makan.
Sedangkan yang satunya hanya menatap teman Joo. Yang membuat wanita itu (teman Joo) keheranan.

"Seong Jae-ya, makanlah bersama Ilhoon. Setelah itu bersihkan diri. Kau mengerti?"

Bocah yang dipanggil Seong Jae itu hanya diam, dan terus menatap wanita teman Joo.

Kedua siswi SMA itu hanya bertatapan heran dengan kelakuan teman Ilhoon. Suasana hening menyelimuti ketiganya. Berbeda dengan Ilhoon yang menikmati makan siangnya.

Hingga keheningan itu pecah saat Ilhoon memanggil nama Seong Jae.

"Yook Seong Jae! Kau tidak makan?!" Ilhoon memanggil Seong Jae dengan nada yang agak membentak.

Lamunan Seong Jae pun buyar saat Ilhoon memanggilnya.

"Aku ke sana..." Seong Jae berjalan menuju ruang makan.

"Apa hari ini makan siangnya enak? Aku tidak yakin.." Seong Jae berjalan di depan Joo.

"Anak itu..." Joo mengepalkan tangannya, gerakan meninju.

"Seong Jae-ya, jika makanannya tidak enak, jangan dimakan, nanti perutmu sakit" teriak Joo.

"Aku akan sakit perut jika tidak makan" teriak Seong Jae dari ruang makan.

Joo kembali menatap temannya dan mengajaknya bicara.

"Jangan hiraukan kedua bicah kecil itu, kelakuan mereka tidak bisa ditebak"

"Apa mereka adik-adikmu?" Tanya teman Joo penasaran.

"Adik kandungku adalah bocah yang pertama, Ilhoon. Yang kedua itu Yook Seong Jae, teman Ilhoon."

"Tapi sepertinya kalian sangat dekat"

"Di bermain ke sini setiap hari. Kami sudah menganggap dia seperti saudara. Itulah kenapa kami terlihat sangat dekat"

Teman Joo itu hanya mengangguk, mengerti.

HalfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang