Bagaimana akhir cerita ini?

58 5 0
                                    

Setelah sedikit mengerti dengan situasinya, Seong Jae pergi ke rumah masa kecilnya, menemui kakaknya.

Melihat Seong Jae yang bernapas terengah-engah membuat Seong Ae khawatir.

"Apa yang terjadi?"

"Kim So Hyun... Apa kakak mengenalnya?"

"Kenapa dengannya?"

"Benar kakak mengenalnya?"

"Tentu saja, aku rasa aku pernah menceritakannya padamu. Dia teman sekelasku, dia mengenalmu saat melihat fotomu. Dia bilang kau bertemu dengannya di rumah Joo."

"Sekarang di mana dia?"

"Entah. Dia pindah sekolah, lagi, saat naik ke kelas 3. Kakak dengar bibinya meninggal, dan ia harus merawat neneknya di kampung halaman, tapi ia tidak pernah secara rinci menjelaskannya"

"Bagaimana cara mencari tahu alamatnya?"

"Aku tidak tahu. Tapi, kenapa kau sangat ingin mencarinya?"

"Dia adalah perempuan itu, inspirasiku"

"Benarkah?" Seong Ae mengeluarkan secarik kertas dan memberikannya pada Seong Jae.

"Ini adalah alamat sekolahnya, pergilah dan cari tahu. Aku tidak bisa..." Belum selesai Seong Ae berbicara, Seong Jae segera mengambil kertas tadi dan berlari secepat kehendaknya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

S

eong Jae berada di depan gedung sekolah yang sudah agak tua. Di kampung halaman So Hyun.

Ia berlari, mencari ruang tata usaha, mencari data tentang tempat tinggal So Hyun. Dan dengan sedikit keberuntungan, ia mendapatkan alamat tempat tinggal So Hyun. Ia melanjutkan pencarian, hingga akhirnya sampai di sebuah rumah yang sederhana.

"So Hyun-ah!" Panggil Seong Jae di depan rumah itu. Tidak ada yang menyaut.

"So Hyun-ah!" Sekali lagi Seong Jae berteriak. Tidak ada yang menjawab. Hingga akhirnya...

"Apa kau Yook Seong Jae?" seorang perempuan bertanya dari belakang Seong Jae. Seong Jae tampak bingung.

"Masuklah ke dalam" Seong Jae semakin bingung saat orang itu menyuruhnya masuk ke dalam. Seong Jae hanya berdiri, diam, mematung, tak tahu apa yang harus dilakukannya.

"Kau mencari Kim So Hyun kan? Masuklah ke dalam" setelah mendengar nama So Hyun, Seong Jae berlari ke dalam. Di dalam rumah itu, Seong Jae tidak bisa melihat So Hyun.

"Di mana So Hyun?" Tanya Seong Jae tak sabar.

"Duduklah dulu" Seong Jae seketika menjadi penurut. Dan perempuan itu membawa sebuah kardus ke hadapan Seong Jae.

"Aku adalah psikolog So Hyun. Bisa dibilang, aku adalah teman So Hyun satu-satunya. Hanya aku yang percaya dengan ceritanya yang menurut orang tak masuk akal. Dia selalu khawatir akan keadaanmu. Ini adalah barang-barang So Hyun. Dia ingin kau menyimpannya."

"Kenapa?"

"So Hyun mendapat beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Dia menitipkan barang-barang ini padaku, jikasaja kau mencarinya saat dia masih di luar negeri."

"Kapan ia akan kembali?"

"Dia sudah kembali ke rumah ini"

"Sekarang di mana ia?"

"Ia pergi ke tempat yang lebih jauh" Seong Jae diam, pikirannya mendadak kosong.

"Kau pasti pernah mendengar kecelakaan pesawat R3456 kan?
Tahun 2011, So Hyun berada dalam pesawat itu, ia tewas. Kau masih sangat kecil saat itu, kau pasti lupa kecelakaan itu."

Seong Jae masih terdiam, berusaha mencerna kata yang baru saja ia dengar. Mata Seong Jae perlahan menitikkan air mata. Untuk beberapa menit, Seong Jae menangis tersedu-sedu, merasakan kehilangan.

Psikolog itu menenangkan Seong Jae, hingga Seong Jae tak lagi tersedu.

"Meskipun tidak melihat langsung kisah hidup kalian, aku mengerti apa yang terjadi. So Hyun yang kau lihat, memanglah So Hyun, bukan ruhnya. Itu benar-benar So Hyun. Karena itu, kenanglah dia sebagai temanmu, sebagai sahabatmu. Meski terdengar tidak masuk akal, So Hyun mengambil peran dalam kehidupanmu. Jangan kau melupakannya." Seong Jae menitikkan air mata, lagi.

"Besok kembalilah kemari, kita akan bertemu So Hyun"

Seong Jae kembali ke apartemen dan membawa barang-barang So Hyun. Di antara barangnya, Seong Jae mengambil mp3 milik So Hyun. Dan terbesitlah sebuah kenangan bersama So Hyun.

Di tempat pertama mereka bertemu, So Hyun dan Seong Jae mendengarkan lagu yang ditulis sendiri oleh Seong Jae.
"Bagaimana?" Seong Jae menatap So Hyun penuh harap.
"Aku rasa lagunya lebih baik dinyanyikan oleh perempuan"
"Benarkah?" So Hyun menjawab dengan anggukan.
"Maka kau harus menyanyikannya" 
"Kenapa?" Wajah So Hyun penuh tanda tanya.
"Karena aku membuat lagu untuk untuk kau nyanyikan" Seketika wajah So Hyun memerah.
Seong Jae menyalakan mp3 itu. Dan lagu yang diputar adalah lagu Seong Jae, yang dinyanyikan oleh So Hyun. Dan sebagai penutup:
Seong Jae, aku suka lagunya. Terima kasih telah menciptakannya untukku. Aku harap kau tidak akan pernah menyerah akan mimpimu.
Jangan terlalu banyak tertidur di kelas. Bye, Seong Jae

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Keesokan harinya....

Seong Jae dan psikolog itu pergi mengunjungi makam So Hyun.

Namun, psikolog itu meninggalkan Seong Jae sendiri di sana.

"So Hyun-ah,  terima kasih untuk segalanya. Kau memberiku waktu dan kenangan yang berharga. So Hyun-ah, sekarang aku tahu arti angka 16 pada kode sandi itu, tanggal 16, hari ini, kita bertemu lagi, setelah sekian lama, maaf membuatmu menunggu terlalu lama. Aku berjanji untuk menjadi musisi seperti yang kau inginkan. Jangan khawatirkan aku, aku akan baik-baik saja"

~~~~End~~~~

Epilog

Tahun 2020

"Penyanyi solo Yook Seong Jae akan melakukan konser pertamanya bertajuk '130416'. Konser ini akan dilaksanakan  tanggal 13 April pukul 16.00. Alasannya memilih tanggal ini adalah adanya keterhubungan dengan album solo pertamanya yaitu 'Memories'. Tiket konser ini terjual habis setelah 3 menit. Pada konser pertamanya ini, Seong Jae berjanji untuk menampilkan sisi terbaik dirinya." Sebuah berita di televisi menyoroti ketenaran Yook Seong Jae.

Yook Seong Jae debut tahun 2019, dengan album pertamanya 'Memories'. Dalam albumnya itu, ia secara tersirat menceritakan kisah hidupnya bersama So Hyun.

HalfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang