Apa yang terjadi?

44 7 3
                                    

Kim So Hyun POV

"Kau mengikutiku?" Tanyaku dengan nada yang agak tinggi.

"Apa? Aku rasa kau yang mengikutiku. Ini tempat tinggalku!" Dia menyanggah apa yang kukatakan.

"Darimana kau tahu sandinya? Apa kau benar-benar mengikutiku?" Kataku tanpa memikirkan apa yang dikatakannya.

"Aku yang membuatnya! Aku yang menentukan sandi itu!" Dia menegaskan.

"130416. Atas dasar apa kau memilih angka itu?"

"Aku hanya suka angka itu. Lalu kenapa kau memilih angka itu?"

"Aku juga suka angka itu!"

"Ayo! Kita pergi ke pemilik gedung dan bertanya siapa yang berhak atas tempat ini" Dia keluar dan Aku mengikutinya.

Hujan sangat lebat dengan angin yang sangat kencang tidak melumpuhkan niat kami untuk membela hak kepemilikan tempat tersebut. Sayangnya, pemilik gedung sedang jalan-jalan yang entah kapan akan kembali. Kami kembali ke apartemen kami.

"Apa yang akan kau lakukan? Kau harus pergi sekarang" Kata lelaki itu dengan nada mengusir.

"Apa kau serius? Ini tempatku, kenapa aku harus pergi?"

"Karena pemilik gedung sedang tidak ada, jadi mari kita putuskan dengan adil. Aku yang akan mengambil tempat ini"

Katanya dengan nada yang santai.

"Itu terdengar sangat lucu. Itu sama sekali tidak adil!"

"Ah, okay okay. Hari aku yang akan tinggal di sini. Kau datanglah lagi besok. Adil bukan?"

"Aku tidak punya tempat untuk dituju"

"Pergilah ke rumah kerabat atau temanmu!"

"Tidak ada"

"Kau bahkan tidak punya teman? Aku mengerti jika tidak ada keluargamu di kota ini. Tapi, kau tidak punya teman?" Nada mengejeknya itu membuatku kesal.

"Kalau kau punya, pergilah!" Aku mendorong tubuhnya keluar dari apartemen dan menutup pintu.

"Aku juga tidak ada!" Teriaknya dari luar.

'Kau kira aku akan percaya?' Gerutuku.

Aku kembali merebahkan tubuhku. Merasakan nyamannya beristirahat setelah berlari di bawah hujan untuk menemui sang pemilik gedung. Aku membuka bukuku dan menyalakan mp3 untuk menemaniku. Saat itu Aku melihat sebuah koper besar yang tidak aku ketahui asalnya. Dan terlintas di pikiranku lelaki tadi.

'Apa dia pergi menemui temannya? Atau benar dia tidak punya teman?'

Aku membuka pintu, dan sesuatu yang sudah kuduga benar adanya. Ia masih berdiri di depan pintu menatap hujan dengan tangan yang digosok-gosokkan. Untuk beberapa waktu aku hanya melihatnya kedinginan, tanpa empati maupun simpati. Setelah melihat kehadiranku, ia langsung menerobos masuk dan pergi ke tempat tidur, menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Apa yang kau lakukan?" Tanyaku.

"Kau sungguh tidak perhatian. Kau membuatku kedinginan, dan kau masih bertanya?"

HalfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang