Bel pulang sudah berbunyi 30 menit yang lalu. Alfira sedang menunggu angkot sendirian. Lisa sudah pulang 20 menit yang lalu dijemput oleh abangnya, tinggal lah ia seorang diri dan beberapa siswa lainnya yang sama sepertinya sedang menunggu angkot. Sekolah tampak sepi, anak-anak disekolahnya sudah pada pulang karena sudah dijemput oleh orang tua atau supirnya.
Sejujurnya Alfira bisa saja meminta mamanya menjemputnya atau menyuruh supir menjemputnya, tetapi ia tak mau melakukannya. Ia sudah berjanji akan belajar mandiri dan tidak mau dianter jemput oleh supir atau mamanya lagi. Tetapi, bila mendesak ia terpaksa menelpon supirnya untuk menjemputnya.
Ia telah lama menunggu angkot lewat, tetapi tetap saja nihil. Langit yang tadinya cerah kini berubah menjadi gelap. Bukan karena matahari akan terbenam, melainkan hujan sepertinya akan turun.
Sepertinya akan turun hujan. Batin Alfira.
Dan benar saja, hujan pun mengguyur jalanan ibu kota. Membuat Alfira terpaksa meneduh ditempat yang aman agar tidak basah terkena air hujan. Ia lupa tidak bawa jaket atau pun payung. Ia sangat kedinginan. Ini salahnya tidak mau mendengarkan mamanya yang menyuruhnya membawa jaket untuk jaga-jaga bila hujan.
Ia terus mengusap-usap tangannya. Dan kemudian dari arah belakang sebuah jaket menempel pada tubuhnya.
Ia menoleh dan terkejut mendapati Nicholas yang berada di sampingnya.
Ngapain dia disini? Batin Alfira.
"Nich?" Kata Alfira pelan.
"Pake aja, lo pasti kedinginan." Jawab Nich.
Ia menatap Nich tidak percaya.
Nich memberikannya jaket? Oke jangan baper dulu Fir. jangan!
Ia terus menatap Nich, ia memang tidak melihat Nich sepulang sekolah tadi, ia kira Nich sudah pulang dari tadi. Nich yang merasa ditatap lantas menoleh. Mata mereka bertemu sekian detik, karena Alfira yang memutuskannya dan menatap ke arah lain. Ia tak sanggup melihat bola mata hitam Nich.
"Lo belum pulang?" Tanya Alfira.
"Kalau gue udah pulang, gue ga mungkin disini." Jawab Nich cuek.
"Maksud gue, lo kan bawa mobil. Kenapa lo disini?" Tanya Alfira kembali.
"Gue hari ini ga bawa mobil. Gue bawa motor, dan ga mungkin gue pulang naik motor hujan-hujanan. Jadi, gue neduh dulu disini sampai hujannya berhenti sama lo." Jawab Nich masih menatap depan.
Alfira terkejut dan melotot akan ucapan Nich tadi dan langsung menoleh pada Nich.
Alfira mambatin. Sama gue? Nich sadar ga sih akan ucapannya? Pipi gue, omaigatt! Nich jangan sampai tau!"
Lantas buru-buru Alfira membuang muka ke arah lain, ia tak ingin Nich sampai melihat pipinya yang memerah. Nich yang merasa aneh melihat tingkah Alfira lantas menoleh.
"Lo kenapa? Ko muka lo ditutup?" Tanya Nick yang melihat Alfira menutup mukanya dengan jaket milik dirinya.
"Gue kedinginan sampe ke muka." Ucap Alfira.
"Lo aneh." Tawa Nich pecah.
Alfira yang melihat Nich tertawa puas lantas tersenyum. Ia tidak pernah melihat Nich tertawa seperti ini sebelumnya.
Nich tertawa karenanya?
Oh tuhan, biarkan aku melihat Nich seperti ini sebentar. Ucap Alfira dalam hati.
"Hujannya udah berhenti. Lo mau pulang bareng?" Tanya Nich pada Alfira.
"Eh.. ga usah Nich." Jawab Alfira gugup.
"Hujannya berhentinya ga akan lama, sebentar lagi juga hujan lagi, lo mau terus nunggu disini sampe malem?"
"Hmm, yaudah deh gue ikut sama lo." Ucap Alfira mengangguk.
Nich kemudian mengambil motornya yang tak jauh dari tempatnya meneduh. Ia memakai helm dan menaiki motornya kemudian kembali ke tempat Alfira berdiri.
"Ayo." Ucap Nich.
Alfira mengangguk. Kemudian naik ke motor Nich.
Nich yang melihat Alfira sudah naik ke motornya lantas lansung melajukan motornya. Alfira yang terkejut karena motor Nich melaju sangat kencang, tangannya refleks melingkar di perut Nich. Ia sangat takut.
30 menit kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah Alfira. Gadis itu diam tidak berbicara. Lantas Nich menoleh ke belakang.
"Udah nyampe." Ucap Nich memecahkan lamunan Alfira.
"Eh iya." Jawab Alfira yang melihat sekelilingnya. Ia sudah berada didepan rumahnya.
Ditengah perjalanan, ia sudah menunjukan jalan rumahnya pada Nich. Agar cowo itu tidak salah jalan.
Kemudian ia melihat tangannya yang melingkar di perut Nich lantas langsung menariknya.
"So..sori Nich, gue ga sengaja. Lo bawa motor kencang banget." Ucap Alfira kesal, sebenarnya ia gugup setengah mati.
"Gapapa." Ucap Nich singkat.
"Yaudah, gue balik ya." Lanjutnya.
"Lo ga mau mampir dulu?" Tanya Alfira yang melihat Nich sudah memakai helm nya kembali.
Nich menggeleng pelan. "Lain kali aja, gue duluan." Jawab Nich yang sudah menyalakan motornya.
"Hati-hati." Alfira melambaikan tangannya.
Nich mengangguk, langsung melajukan motornya dan pergi menjauh dari rumah Alfira.
Alfira tersenyum lepas. Hari ini ia bahagia. Andai saja ia bisa seperti ini dengan Nich setiap hari.
Ia akan bercerita pada sahabatnya malam ini.
>-<
"Bahagiaku sederhana. Hanya melihat mu tertawa lepas karenaku, itu sudah cukup."
-----------------------------------------------------------
.
.
.
.Jangan lupa vote dan komen ya!
Sekalian masukin tanggapan kalian tentang cerita ini😉 makasihh😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile
Teen Fiction"Hal tersulit yang aku terima adalah ketika kamu memilih dia untuk mengisi hatimu." >-< Ini cerita tentang seorang siswi yang menjadi idola sekolah bernama Tifanny Alfira kelas XI IPA 2 yang sering dipanggil dengan sebutan Fira. Ia menyukai teman s...